Bab 15

Rendra mengerjapkan matanya perlahan saat merasa sudah tidak ada lagi sosok di sampingnya. Pandangannya dia edarkan ke sekitar hingga menangkap sosok wanita dengan rambut yang di gulung ke atas sedang berkutat di depan komputer.

"Ini jam berapa sayang?"

Suara berat Rendra berhasil mengalihkan fokus Kaluna dari layar komputer.

"Baru jam setengah 4 pagi mas."

Rendra menghela napas, coba dikumpulkannya kesadaran dalam dirinya dengan usapan punggung tangannya di bagian mata.

"Kamu ngapain bangun jam segini?"

"Tadi tiba-tiba kebangun, tapi habis itu gak bisa tidur lagi. Jadi ya aku ngecek kondisi mama." jelasnya lembut.

Rendra bangun dari pembaringannya, lelaki itu duduk bersila di atas ranjang kecil yang sebenarnya hanya cukup untuk satu orang.

"Tidur lagi ya habis ini? Kamu cuma tidur berapa jam lho itu tadi?" ujarnya khawatir.

Kaluna tersenyum lembut mendengar kekhawatiran Rendra. "Gak papa mas, kan udah biasa shift malam." ujarnya lembut.

Rendra menepuk sisi ranjang yang kosong. "bobo sini, masih jam 3 pagi ini Yank." protesnya tidak suka.

Kaluna menghela napas. "Aku gak bisa tidur mas." Elaknya.

"Kalau gitu baring disini aja, jangan di depan komputer. Kalau kamu gak istirahat, terus ikut sakit, yang jaga mama siapa?"

Kaluna terdiam. Isi kepalanya coba mencerna ucapan Rendra. Ya, benar juga, hanya dia yang bisa menjaga mamanya. Dua kakak perempuannya sudah punya anak. Mas Hendra tidak tahu dimana, sedangkan mas Theo sepertinya juga sudah tidak perduli dengan urusan rumah.

Kaluna beranjak dari kursi kerjanya, wanita itu berjalan mendekat ke arah Rendra yang masih duduk bersila di atas ranjang yang sebenarnya hanya untuk satu orang.

Tidak ada kalimat apapun yang keluar dari mulutnya saat tangannya menarik lembut tangan Rendra agar ikut berbaring di sisinya.

Wanita itu membenamkan wajahnya di dada Rendra, sedangkan tangan kirinya melingkar sempurna di pinggang Rendra.

"Mas.." panggilnya lirih.

Rendra hanya diam, lelaki itu menunggu kalimat selanjutnya yang akan keluar dari bibir mungil kekasihnya.

"Kalau aku gak bisa selamatin rumah mama gimana?" Lanjutnya.

Rendra menarik napas dalam-dalam sebelum menghembuskannya secara perlahan.

"Kamu mau mas gimana? Mas bantu lunasin hutang kamu juga gak mau."

Kaluna menggeleng. "Yang harus bertanggung jawab itu mas Hendra, jadi aku gak mau bikin kamu bertanggung jawab untuk masalah yang gak ada hubungannya sama kamu mas."

Rendra melonggarkan pelukannya, tangan kanannya menarik dagu Kaluna membuat wanita itu sedikit mendongakkan kepala hingga manik mata mereka bisa saling bertemu.

"Izinin mas bantu ya? Mas gak akan bayar 1 perak pun hutang mas Hendra, tapi izinin mas untuk ajarin kamu merintis lagi usaha mendiang ayah kamu. Mas mau kamu jadi presdirnya, dengan begitu mas bisa pantau perkembangan kamu dan perusahaan."

Kaluna hanya diam, manik matanya menatap lurus ke arah manik mata Rendra. Tangan kirinya yang sedari tadi berada di pinggang Rendra sekarang beralih mengusap lembut pipi laki-laki yang berbaring di sampingnya itu.

"Janji jangan pergi ya mas. Aku gak punya tempat pulang sekarang." keluhnya dengan mata yang mulai terlihat memerah.

Rendra tersenyum lembut. Ya, ini yang selama ini laki-laki itu perjuangkan. Dia ingin menjadi garda terdepan untuk wanita yang dia cintai. Dia ingin menjadi tempat pulang dan tempat Kaluna mencurahkan semua masalahnya karena hatinya sakit setiap kali melihat Kaluna harus berpura-pura kuat sendirian.

"Mas janji gak akan kemana-mana." jelasnya sebelum kembali mendekap tubuh Kaluna.

"Kamu bisa pulang ke mas. Kamu bisa ceritain semua masalah kamu ke mas. Bahkan kalaupun itu cuma masalah sederhana, mas akan dengerin semuanya. Jadi jangan dipendam lagi ya, kamu punya mas." lanjutnya dengan tetap mendekap tubuh Kaluna.

                                                                   

...****************...

Pagi harinya, Rendra mengerjapkan mata beberapa kali saat merasa beban di lengan kirinya hilang. Samar-samar pandangannya dia edarkan ke semua sisi ruangan Kaluna tapi dia tidak menemukan sosok kekasihnya.

"Sayang.." Panggilnya dengan suara lirih.

"Yank.." Panggilnya lagi saat tidak mendapat jawaban di panggilan pertamanya. Merasa tidak mendapat jawaban, lelaki itu bangun dari tidurnya. Dengan kesadaran yang belum sepenuhnya kembali lelaki itu mengusap matanya beberapa kali menggunakan punggung tangan kanannya.

Samar-samar suara air terdengar di kamar mandi dengan ukuran kecil yang ada di ruangan Kaluna. Rendra mencari ponselnya, beberapa pesan terpampang di layar ponselnya.

"Lilian?" gumamnya saat melihat sebuah pesan dari seorang wanita bernama Lilian.

Dengan cepat tangannya bergerak di atas layar datar ponselnya. Pesan dari seseorang yang sudah cukup lama tidak dia temui tiba-tiba membuatnya bersemangat untuk membahas tentang masa lalu.

"Mas.."

"Hmm.." jawab Rendra datar saat Kaluna baru saja keluar dari kamar mandi. Lelaki itu masih sibuk dengan ponsel di tangannya.

"Mas gak mau mandi dulu atau pulang?"

Rendra mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya ke arah Kaluna. "Iya habis ini." ujarnya asal.

"Kamu chatingan sama siapa sih?"

Pertanyaan Kaluna tiba-tiba seperti membuat Rendra sadar. Lelaki itu diam, ekspresi dan sorot matanya menyiratkan kalau dia sedang berpikir untuk menjawab pertanyaan Kaluna,

"Teman lama sayang." jawabnya singkat. Tangannya dengan cepat memasukkan ponsel ke saku celananya sebelum akhirnya lelaki itu beranjak dari ranjang kecil yang semalam mereka berdua tiduri.

Kaluna menghela napas. "Kebiasaan gak jujur kamu gak berubah." ucapnya kesal saat mengetahui kalau kekasihnya sedang berbohong.

Rendra yang semula akan masuk ke kamar mandi memilih mengurungkan niatnya. Lelaki itu berbalik lalu memeluk tubuh Kaluna dari belakang. Semerbak wangi shampo dari rambut basah Kaluna dan aroma sabun yang menyeruak dari leher Kaluna membuat lelaki itu tampak nyaman menyandarkan kepala di pundak kekasihnya.

"Lilian." ucapnya singkat tanpa memindahkan kedua tangannya yang sedang memeluk pinggang Kaluna.

Kaluna coba mengingat nama yang tidak asing di ingatannya itu. Matanya membulat saat mengingat siapa sosok pemilik nama Lilian. Dengan cepat Kaluna menepis tangan Rendra yang masih di pinggangnya.

"Kenapa sih?" Rendra tidak mengerti dengan sikap Kaluna yang tiba-tiba berubah.

"Dia yang dulu satu kampus sama mas waktu S2 kan?"

Rendra mengangguk. Tidak ada elakan apapun darinya karena memang Lilian adalah salah satu sahabat baiknya saat di luar negeri.

"Yang dulu mas sering nginap di apartemennya dia kan?" ucap Kaluna dengan sorot mata kesal.

Rendra menghela napas saat sadar apa yang menjadi alasan kemarahan kekasihnya. Lelaki itu meraih tangan Kaluna yang menggantung bebas.

"Mas gak ada apa-apa dan gak pernah ada apa-apa sama dia. Lagipula mas nginep disana karena memang harus kerjain tugas. Gak berdua yank disana, kami ramai-ramai." jelasnya dengan nada lembut.

"Ya mas mau ngapain disana kan aku juga gak tahu." ujarnya kesal.

Rendra tertawa kecil melihat kecemburuan kekasihnya. Rendra mencondongkan tubuhnya, membuat jarak wajah mereka hanya tersisa beberapa centimeter saja. Sorot mata Kaluna yang tampak tidak gentar walaupun jarak mereka sangat dekat membuat Rendra tersenyum simpul.

"Jangan berpikir macam-macam. Mas tidak seliar itu saat di luar negeri. Mengerti?" Rendra mengusap kepala Kaluna sebelum menjauhkan tubuhnya.

"Mas numpang cuci muka sama gosok gigi ya." Pamitnya yang langsung berlalu meninggalkan Kaluna yang masih memasang ekspresi cemberut di tempatnya berdiri.

Terpopuler

Comments

Cici Pramita

Cici Pramita

mas ren mas rennn ,,

2024-03-30

1

Ayangnya Junmyeon❤

Ayangnya Junmyeon❤

awassss yh masrennndd klo macemm" ak majuuu plg depannnn😤

2024-03-30

2

Alina

Alina

nanti nggak diajakin bobok bareng lagi lho rend /Facepalm/

2024-03-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!