"Bu Yani, tolong panggilkan Bagas untuk sarapan bersama." Ucap pak Fery.
Bu Yulia tidak memberikan komentar apapun, masih sibuk menata sarapan di meja makan membantu bu Yani.
"Nyonya saya tinggal dulu ke kamar mas Bagas ya."
Bu Yulia hanya membalas anggukan saja. Pak Fery setiap hari menasihati istrinya itu agar melupakan masalah yang ada, perlahan dia menyatukan kembali kebersamaan istri dengan anak bungsunya itu.
Bagas berjalan perlahan menuju meja makan , sudah segar dan rapi bersiap berangkat ke kampus.
"Mulai kelas jam berapa Gas?" Tanya Pak Fery.
"9 Pah," sambil menuang susu ke gelasnya .
Pak Fery melihat arlojinya, jam menunjukkan pukul 7.45, "Jangan sarapan di mobil, bareng Papa mama disini ... Jam kelas kamu masih lama kok."
"Jangan maksa Pah, kalau anak itu tidak mau sarapan disini ga masalah." Ucap bu Yulia ketus.
Pak Fery mengelus tangan istrinya itu lembut, mengisyaratkan tidak usah bicara apa apa dulu.
"Iyaa Pah, Bagas sarapan disini."
Bagas mendudukan dirinya di samping papa nya.
"Gimana skripsi kamu?"
"Gak gimana gimana Pah," jawab Bagas seadanya.
"Semoga kuliah kamu tidak berpengaruh dengan masalah yang ada saat ini, ingat ... Setelah lulus kamu harus ikut sama Papa, tangani masalah kamu dengan bijak, jangan sampai menimbulkan masalah baru."
"Iya Pah, maaf Bagas sudah membuat malu keluarga kita."
"Kita hadapi bersama." Jawab pak Fery dengan tenang .
"Pah, nanti jadi kan kita dan Galih ke rumah Nadya?" Bu Yulia sengaja membahas ini di depan Bagas .
Reflek Bagas tersedak susu yang sedang dia minum.
Bu Yulia tersenyum miring melihat Bagas terkejut seperti itu .
"Kenapa kamu? Kaget?" Tanya bu Yulia sinis.
" Nadya dimana Mah? Bagas udah nyari nyari tapi ga ada info, Bagas butuh Nadya mah."
"Tapi kayaknya Nadya ga butuh kamu."
"Ini kesalahan besar Bagas mah, Nadya harus tau kejadian nya dari awal sampai akhir. Bagas mau minta maaf sama Nadya. Bila perlu Bagas akan bicara sama kedua orang tua nya. Bagas rela di beri pelajaran apapun, asalkan tidak berpisah dengan Nadya."
"Udah enak enakan selingkuh, terus gak mau pisah sama nadya, duh Pah anakmu ini loh seenaknya sekali sama wanita."
Bu Yulia mengajak pak Fery masuk ke dalam obrolan.
"Sudah lah mah, Bagas sepertinya sudah mau berubah buktinya dia beranj mau mengakui kesalahannya pada kedua orang tua Nadya," ucap Pak Fery.
"Yang namanya selingkuh itu tidak bisa di kasih toleransi Pah, biar saja dia berhubungan dengan selingkuhannya sejauh apa yang dia mau, kasian Nadya kalau masih harus bersama Bagas . Terbayang-bayang masalah kemarin, belum lagi harus mendengar gunjingan sana sini."
"Bagas memang salah mah, Bagas rela lakuin apapun buat Nadya, apapun ... " Suara Bagas bergetar, pria itu langsung meninggalkan meja makan dengan cepat, khawatir air matanya menetes di depan orang tuanya.
Bagas melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, saat ini dirinya merasa terpojokan oleh mama nya sendiri. "Apa bedanya mama sama anak anak kampus yang suka ghibah in gue! gak ada yang nenangin gue sama sekali," gerutu Bagas.
Bagas memutuskan untuk tidak pergi ke kampus, dia memilih menunggu Nadya di depan rumahnya, tubuh kekarnya bersandar di depan pagar, berharap sang pemilik rumah rela membuka kan pintu untuknya seperti hari hari sebelum masalah kemarin.
Entah berapa kali bel pagar di tekan tapi belum menunjukkan ada kehidupan di dalam sana.
Galih sampai dekat rumah Nadya, memastikan alamat yang tertera di ponsel dengan keberadaan nya sekarang tepat .
Galih sempat mengantar Sheina sekolah lalu langsung pergi ke tempat ini, berharap bisa bertemu Nadya untuk memberi info akurat kepada sang mama.
"Sepertinya di lihat dari lokasi yang Nadya share di sosmed nya sih benar disini," gumam Galih sambil melajukan mobilnya pelan.
Tak jauh dari situ matanya menangkap mobil Bagas terparkir di depan sebuah pagar rumah, terlihat pula sang pemilik mobil sedang bersandar berdiri di pintu pagar rumah itu.
Galih semakin yakin bahwa rumah itu adalah rumah Nadya.
Bagas mendongak melihat mobil Galih tak jauh dari jaraknya berdiri.
Ngapain kak galih disini. Batin Bagas, sambil berjalan ke arah mobil kakaknya itu.
Pintu kaca mobil di ketuk Bagas.
Galih membuka perlahan, "Apa ini rumah Nadya ?"
"Ngapain lo disini?"
"Kayaknya bener ini rumah Nadya," Galih tidak menghiraukan sama sekali pertanyaan adiknya itu.
Galih memarkirkan mobil tepat di belakang mobil Bagas.
Bagas terus mengekor Galih "Gue tanya lo ngapain disini?!" Kali ini Bagas mengencangkan suaranya.
"Apa urusannya sama lo? Gue di suruh mama buat bilang sama Nadya, kalau Mama mau ketemu sama dia."
"Urusannya sama gue? Ya jelas urusan gue lah, gue cowoknya ! sebelum ketemu mama dia harus ketemu sama gue dulu."
Galih tersenyum smirk mendengar ucapan Bagas .
"Setelah apa yang lo lakuin sama dia, masih pengen lo di anggap jadi cowoknya?"
"Kok lo lama lama ngelunjak ya Kak! Gue peringatin ya sama lo, jangan lo deketin cewek gue dengan beralibi mama yang suruh, lo cari janda di luar sana ... banyak kok yang mau sama lo. Tapi jangan cewek gue! "
Galih akhirnya terpancing emosi dengan ucapan adiknya, tangannya meremas baju bagas sampai mengkerut di area leher, "Gue cuman di suruh mama, ga ada maksud lain selain itu. Jadi jaga mulut lo! " Galih mendorong tubuh kasar Bagas menabrak pagar rumah Nadya .
"Ada apa ini pak? Tanya salah satu tetangga Nadya yang mendengar suara keributan di area komplek.
"Maaf pak sebelumya kalau mengganggu kenyamanan Bapak, saya Galih teman nya Nadya, apa Bapak tau Nadya dan keluarganya kemana?"
"Sudah lama juga saya tidak bertemu pak Fauzan. Jadi saya tidak tahu mereka kemana, mungkin bisa tanya satpam komplek yang jaga di pos depan." Saran dari tetangga Nadya.
"Terimakasih banyak pak info dan sarannya, saya tanya satpam depan komplek sekarang, mari pak saya permisi." Ucap Galih sopan.
Bagas masuk ke dalam mobil mengikuti arah mobil Galih pergi .
Galih turun di depan komplek dan menanyakan sesuatu kepada satpam, tidak terdengar pembicaraan apapun Bagas hanya bisa melihat gerak gerik kakaknya itu.
Galih keluar komplek dan giliran Bagas yang memastikan pada satpam komplek di situ .
"Pak tadi laki laki yang barusan bertanya apa yah?" Tanya Bagas .
"Oh tadi dia tanya soal keluarga neng Nadya, saya jawab mereka sekeluarga pergi pulang kampung ,ada saudaranya yang sakit."
"Kampungnya dimana ya pak kalau boleh tau?"
"Tempo hari sih pas malam malam mereka berangkat katanya ke daerah Bandung, saya gak tahu tuh jelasnya Bandung dimana nya."
"Oh iyaa makasih ya Pak."
"Bapak siapanya Pak Galih? pertanyaan nya Sama soalnya."
Bagas tidak menjawab pertanyaan satpam tersebut, dia justru memberikan selembar uang lima puluh ribu.
"Kita tukeran nomor ponsel ya pak, nanti jika keluarga Nadya sudah kembali tolong hubungi saya, nanti saya kasih lebih uangnya."
Setelah bertukar nomor ponsel satpam itu, Bagas pergi dan melajukan mobilnya.
"Terimakasih ya Pak." Ucap satpam itu kegirangan.
"Lo ngajak gue perang Kak, gue pastiin gue yang ketemu Nadya lebih dulu," gumam Bagas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments