Putri menyunggingkan senyumnya mendengar ucapan bagas yang tidak mengenakkan itu. "Sabar by."
"Hai," Dayu melambaikan tangan saat Putri sudah memasuki ruangan.
Putri mendudukan diri di sofa sambil menyilangkan kedua kakinya, "Sedikit kecewa by, kirain cuman kita berdua aja, eh taunya ada Dayu nya juga."
"Lah biarin, ini kan apartemen gue."
Bagas membuang muka saat Putri dan Dayu yang malah adu argumen.
Bagas mendekat ke arah Putri, di menaruh kedua tangan yang di lipat di atas perutnya.
"Udah puas sekarang ngancurin gue ? Hidup gue ancur, nyokap gue kena serangan jantung, dan Nadya ... ya Nadya ninggalin gue, apa udah puas lo ngancurin semua kebahagiaan gue ?" Bagas sedikit berteriak di akhir ucapan dengan suara gemetar dan mata yang sudah memerah.
Putri berdiri hendak memegang tangan Bagas, tapi dengan cepat Bagas melepasnya dan Putri sedikit terdorong ke belakang.
"Tenang by, aku bisa isi kebahagiaan kamu yang hilang."
"Gue gak sudi ngegantiin semua kebahagiaan gue dengan orang licik macam lo."
"Gak licik by, aku cuman sedikit berbagi kebahagiaan di sosmed kok, mereka aja yang lebay."
"Bukan mereka yang lebay, tapi lo nya yang sakit !! Lo menghalalkan segala cara buat terus sama gue tanpa memikirkan dampaknya apa, semua permintaan lo yang ga berguna selalu gue turutin, dengan kesepakatan lo ga akan ngelakuin hal yang di luar batas kayak gini, nyatanya lo ingkar !!"
"Aku gabisa nahan by, maaf." Putri tertunduk sambil menangis, dia seolah olah seperti korban dalam masalah ini.
"Gue udah gak terpancing dengan air mata iblis lo itu, sekarang gue minta lo take down foto di sosmed. lo bikin klarifikasi soal kebohongan foto itu. Gak ada ancaman apa apa lagi sekarang, semua yang lo ancam udah terjadi di hidup gue, bahkan keluarga gue ga menganggap gue ada. Kita selesai."
Putri menggeleng pelan kepala nya , "Gak by enggak .. aku gamau mengakhiri semua yang udah kita mulai, kamu harus tetep sama aku, apapun keadaannya. Kalau keluarga kamu gak Nerima kamu lagi, gak usah ngerasa sendiri, ada aku .. Aku temen hidup kamu.
"Apa? temen hidup lo bilang? Jangan kan temen hidup buat jadi sekedar kenal sama lo aja gue gak Sudi ! "
Dayu menepuk tangannya pelan dengan semua adegan yang di tonton nya. "Udah lah Put, buat apa lo maksa pengen milikin orang yang gak mau sama lo, udah jelas di awal Bagas cuman manfaatin lo doang, malah lo bawa bawa perasaan." Dayu tertawa sedikit meremehkan.
"Kali ini mulut lo bermanfaat juga," Bagas menyetujui ucapan sahabatnya itu .
Putri semakin merasa terhina di hadapan kedua pria itu. Dia mengepalkan tangannya kuat. Tidak ada air mata yang jatuh lagi saat ini.
"Kalau kamu ngira aku udah puas sama semua ini, kamu salah by ... aku belum puas sama sekali." Putri mendorong pelan tubuh Bagas lalu melenggangkan kaki jalan pergi dari apartemen Dayu .
"Gue rasa putri tuh obesisi deh sama lo, dia rela ngelakuin apapun. Sampe harga dirinya sebagai cewek tercoreng pun bukan masalah bagi dia." Ucap Dayu .
"Kesalahan terbesar dalam hidup gue udah main-main sama orang sakit kayak dia."
~
Bu Yulia dan pak Fery sudah ada di rumah keesokan harinya, perkiraan 3 hari di rumah sakit salah. Dokter sudah mengizinkan pulang, karena kesehatan bu Yulia yang sudah stabil, tapi tetap tidak boleh stres.
Bagas tidak pulang ke rumah malam itu, sampai siang haripun pria itu belum menunjukkan batang hidungnya di rumah.
"Bagas gak ada di rumah sudah 2 hari kata bu Yani mah." Ucap pak Fery.
"Biar saja pah, dia sudah dewasa. hal baik dan buruk sudah kita ajarkan sejak kecil, sekarang tergantung pilihan dia mau menjalani hidup seperti apa."
"Jangan begitu mah, Bagas belum menikah ... dia masih butuh perhatian kita, kasian Bagas."
"Kasian? Kasian kamu bilang." Bu Yulia sudah sedikit emosi dengan mata yang berkaca kaca.
Pak Fery langsung memotong pembahasan, dia lupa kalau istrinya tidak boleh banyak fikiran, karena akan berdampak pada kesehatannya.
"Sudah mah sudah, ayo jalan ke taman belakang melihat beberapa tanaman kita," pak Fery menggandeng tangan Istrinya berjalan menuju taman rumah.
Mereka berdua bercengkrama hangat membicarakan tanaman tanamannya , bu Yulia benar benar tidak bisa di ajak bicara apapun soal Bagas saat ini .
"Omaaa Opaa!! " Anak kecil yang tak lain adalah Sheina berlari ke arah taman menghampiri dua orang yang sedang mengobrol itu.
Galih melihat dari kejauhan sambil tangannya sebelah menenteng tas sekolah Sheina .
Kedua orang tua dan putrinya terlihat sangat bahagia tiada tara saat berkumpul.
Untuk kesehatan bu Yulia yang lebih maksimal, Galih memilih menginap di rumah orang tuanya bertepatan dengan libur weekend besok.
Bagas berjalan gontai menuju kamarnya, pria itu baru sampai rumah saat siang hari. Galih yang melihat itu bergegas menghampiri adiknya.
"Mama udah pulang, berhenti bikin masalah. Gue gak mau sampe mama drop lagi," Ucap Galih tegas.
Bagas menatap nyalang kakaknya itu, "Lo fikir gue mau hah? berhenti bersikap seolah lo jadi anak paling bener disini!! "
Bagas mendorong tubuh Galih kasar dan langsung masuk ke dalam kamarnya.
"Gal ... "
Pak Fery melihat Galih sedang berdiri di depan kamar Bagas .
"Ng ... Iya Pah."
"Anak itu sudah pulang?" tanya pak Fery pada Galih.
"Sudah ... Pah apa harus mama tinggal di rumah Galih dulu sampe menunggu semuanya kondusif? Galih khawatir sama kondisi kesehatan nya."
"Gak perlu Gal, selama keadaan belum kondusif Papa akan bekerja dari rumah saja, kamu gak perlu khawatir, mama pasti akan baik baik saja." Pak Fery menepuk pundak anak sulungnya itu.
Galih mengangguk paham.
"Tolong sampaikan Bu Yani siapkan makan siang, ayo kita makan bersama. mama juga sudah waktunya minum obat."
"Iya Pah."
Makan siang sudah di hidangkan, tapi para penghuni rumah itu belum juga ada yang mendudukan kursi meja makan.
Bagas keluar dari kamarnya karena mencium bau harum masakan, perutnya juga minta di isi saat itu juga.
Sheina berlari lebih dulu ke ruang makan melihat Bagas yang hendak menyuap makanannya.
"Eh Om ... Tunggu, kita kan mau makan bersama."
Galih berjalan perlahan melihat Bagas dan di susul kedua orang tuanya di belakang.
Suasana makan siang di rumah itu sangat hening.
Sheina tidak terbiasa akan hal itu seperti bertanya tanya ... Kenapa orang dewasa tidak ada yang berbicara, biasanya mereka makan bersama sambil mengobrol santai.
"Papa, kok semuanya diam?" Tanya Sheina kepada Galih .
"Kalau sedang makan gak boleh berbicara sayang."
"Tapi kan biasanya tidak seperti ini ... " Sheina menampilkan raut wajah sedihnya.
Bagas makan dengan cepat dan segera masuk ke kamar tanpa berbicara apapun.
" Om Bagas ... "
Sheina belum menyelesaikan makan siangnya langsung berlari mengejar Bagas ke kamar.
Tanpa permisi Sheina langsung masuk ke dalam.
"kenapa Shein? Kok ga ketuk dulu?" Protes Bagas .
"Sheina kangen tante Nadya ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Itu KARMA buat loe,Untung yg kenak Putri, Jadi loe bisa cepat sadar dgn kalakuan loe,Coba yg loe manpaatin cewek lain, Pasti cewek itu yg mewek2 sekarang,Dan loe yg menang dan loe pasti gak akan pernah berubah,Dan gak akan pernah sadar..
2024-07-18
0