Nadya menahan tawa dan lalu beranjak ke dapur menyiapkan minuman untuk Bagas.
Saat Nadya sedang sedang menyiapkan minuman, bu Rosa yang tak lain adalah Ibu dari Nadya keluar kamar dan menemukan Bagas sedang memainkan ponsel di sofa.
Bagas tidak menyadari keberadaan bu Rosa karena sangat fokus dengan benda pipih itu.
"Udah lama gas?" Sapa bu Rosa.
Bagas tersentak kaget dan langsung berdiri ,memasukan ponselnya ke dalam saku celananya, berjalan mengahampiri bu Rosa dan mencium punggung tangannya.
"Lumayan Tante," jawab Bagas.
"Mana Nadya ? "
"Kayaknya lagi buat minuman di dapur Bu"
Bu Rosa duduk mengangguk lalu mendudukan dirinya di sofa bersebrangan dengan Bagas.
"Gimana kuliah kamu? lancar kan?"
"Iya lancar Tante, sekarang Bagas masih ngurus skripsi, minta doanya ya."
"Semangat ya Gas, oh iya rencana nya kamu mau lanjut di perusahaan papa kamu atau gimana setelah lulus nanti?"
"Bagas mau lanjutin Tante, soalnya kak Galih kan udah punya perusahaan sendiri, dia katanya gak minat kalo harus jalanin perusahaan papa. Jadi mau gak mau Bagas yang harus bantu." Bu Rosa mengangguk paham.
Nadya berjalan kearah bu Rosa dan Bagas sambil membawa nampan berisi dua gelas minuman dan biskuit untuk camilan.
"Bikin apa sih sampe lama banget Nad, Bagas udah kehausan tuh bibirnya sampe kering gitu." Ledek bu Rosa.
"Bikin jus cinta mah, khusus buat kak Bagas."
Bu Rosa menggelengkan kepala mendengar jawaban anaknya itu.
Bagas terpantau salah tingkah mendengar ucapan Nadya di depan bu Rosa.
Kalau saja tidak ada bu Rosa, Bagas sudah menarik Nadya kedalam pelukannya.
"Di minum kak, tadi katanya haus," Nadya duduk bersebelahan dengan Bagas .
"Nadya bikinin makanan dong buat Bagas, masa di kasih cemilan aja" Bu Rosa menyarankan .
"Ng ... gausah Tante, Bagas mau langsung pamit soalnya mau kerjain skripsi sama temen kampus, biar cepet selesai jadi ngejar waktu di hari libur."
Nadya langsung menengok ke arah Bagas, sedikit kecewa.
Padahal Nadya berharap Bagas mau mencoba masakan nya hari ini.
"Yaudah hati hati di jalan Bagas."
Bagas berpamitan dan mencium tangan bu Rosa.
Nadya mengantar Bagas keluar, dia masih dalam diam tanpa berucap apapun.
Bagas memakai helm nya dan menyalakan mesin motor.
"Aku pamit ya sayang, jangan ngambek lagi aku jadi ga tenang." Bagas masih belum menyadari kalau Nadya kecewa karna dia buru buru pulang.
"Hmm." jawab Nadya dingin.
Bagas merasa ada yang aneh pada nadya, lalu dia melepas helm dan mematikan mesin motornya.
"Kamu marah lagi? pasti ini gara gara aku pamit pulang cepet kan? Padahal awalnya aku kan emang gak di bolehin masuk." Ledek Bagas.
"Engga marah kok, cuman sedikit kecewa." Jawab Nadya menunduk.
"Gak boleh gitu dong sayang, aku kan mau ngerjain skripsi nanti kalau udah selesai kita liburan yah."
Nadya mengangguk pelan.
Bagas mengusap kedua tangan Nadya, "Nanti malem kita video call ya sayang," Bagas memakai helm dan menyalakan kembali mesin motornya.
"Aku pamit, love you."
"Love you to."
Nadya melambaikan tangannya pada Bagas, lalu menutup pintu pagarnya.
~
Bu Yulia sedang menuju kediaman Galih bersama Pak Fery membawa 1 plastik yang berisi mainan untuk Sheina.
*Bel berbunyi di dalam rumah Galih.
Galih bergegas membukakan pintu, lalu mempersilahkan kedua orang tuanya masuk.
Bu Yuli dan pak Fery saling pandang karena penampilan anak sulungnya itu.
Bagaimana orang tuanya tidak saling pandang melihat kelakuan Galih memakai apron masak dengan tangan sebelah memegang seikat bayam.
"Gal, kenapa gak bilang Mama aja sih kalau mau masak, Mama bisa bantu atau bawain kesini buat kamu sama Sheina"
"Iya Gal dari pada kamu repot repot begini," timpal Pak Fery.
Galih melepas apron dan meletakan bayam di meja dapur nya.
"Galih seneng kok ngelakuin ini Pah,Mah ... Sheina juga suka masakan Galih, jadi apa salahnya kalau laki kaki memasak."
Bu Yulia mengambil apron yang tadi galih gunakan dan memegang kendali di dapur.
"Iya ... yaudah sana ngobrol sama Papa, izinin Mama masak buat anak sama cucu Mama"
Galih mengangguk, dan menyusul Papanya duduk di sofa.
Bu Yulia melihat beberapa menu yang sudah Galih siapkan di antaranya ayam dan tahu goreng.
Galih menaruh kopi instan kaleng di meja untuk menemaninya mengobrol bersama papa nya.
"Gak usah terlalu memaksakan semuanya sendiri Gal, Sheina butuh sosok Ibu. Kamu masih muda jadi apa salahnya menikah lagi." Pak Fery langsung bicara pada intinya karena tidak suka berbasa basi.
Galih menyesap kopi yang di siapkan nya tadi.
"Nanti ada saatnya Pah."
"Saatnya kapan Gal? Lebih baik kalo kamu punya istri jadi bisa menjaga Sheina di rumah, dan kamu pun gaperlu repot repot memasak kayak gini ! Apa jangan jangan kamu masih berharap sama mantan istri kamu itu, apa yang kamu harapkan dari dia?"
Pak Fery memberi sedikit penekanan pada setiap kata katanya.
"Kalau soal menjaga Sheina dan memasak, Senin sampai Jumat ada suster, Galih sengaja meliburkannya di Sabtu Minggu, karena itu waktunya quality time Sheina dengan Galih. Mencari istri bukan sekedar tentang menjaga anak dan memasak Pah." Jawab Galih santai.
Galih bersikap keras dan tidak mudah goyah dengan prinsipnya sehingga apa yang dia lakukan tidak bisa di ganggu gugat, sekalipun yang memerintah kedua orangtuanya sendiri.
Sheina membuka pintu kamarnya, mengucek ngucek kedua matanya sambil memanggil papa nya .
"Papa ... "
Galih beranjak dari sofa dan langsung mendatangi sumber suara.
"Anak Papa udah bangun, nyenyak tidur nya sayang?" Galih menggendong Sheina dan membawa ke tempat dia mengobrol dengan papanya.
"Opa ada disini?" Sheina langsung bergegas turun dari gendongan papanya ,dan berlari menuju pak Fery.
"Cantiknya Opa baru bangun ya, ini Opa bawain mainan buat Sheina," memberikan satu kantong plastik putih besar berisi peralatan memasak anak anak.
Sheina menepuk tangan kegirangan, "Wah Opa makasih, Sheina suka ." Sheina langsung membuka mainan tersebut.
"Nanti Sheina mau main ah sama tante Nadya, pasti seru deh main masak masakan bareng."
Pak Fery dan Galih saling berpandangan satu sama lain .
"Fikirkan omongan Papa Gal, kamu lihat dan dengar sendiri tadi Sheina bicara apa."
Galih membuang pandangannya ke arah jendela sambil meminum kopi.
"Sheina sayang, Oma masakin sayur bayam jamur kesukaan Sheina, mau makan sekarang nak?"
"Oke Oma, tapi nanti ya Sheina lagi main dulu."
"Oma boleh ikut main?"
"Boleh Oma tapi jangan sampai rusak ya, soalnya Sheina nanti mau main sama tante Nadya, biar kayak teman nya Sheina kalo di sekolah cerita main masak masak sama bunda nya."
Ketiga orang dewasa yang ada di situ sedikit tersayat mendengar ucapan Sheina.
"Shein ... kan ada Oma, Oma juga kan perempuan sama seperti bunda nya teman Sheina di sekolah." Galih mengelus kepala Sheina lembut.
"Tapi Pah ... "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments