"Sheina mau tidur sama tante Nadya."
Galih dan Nadya saling bertatapan.
Sebenarnya Nadya tidak keberatan untuk menemani Sheina di kamarnya Sampai dia pulas tertidur.
Tapi dia canggung karena status Galih duda dan Nadya belum menikah, Nadya takut ada tetangga yang tidak nyaman ada wanita yang statusnya bukan istri tapi berada di rumah seorang duda.
Galih sangat mengerti apa yang di rasakan Nadya saat ini.
Tapi Galih sangat bingung harus menjelaskan apa kepada Sheina agar dia mengerti.
"Shein, tante Nadya masih ada tugas di kampus, nanti di hukum dong kalau telat." Galih beralasan seperti itu karena Sheina pasti mengerti kalau soal tugas.
"Sheina cuman minta temenin sampe tidur aja Pah," jawab Sheina dengan wajah yang memelas.
"Yaudah yuk Tante temenin, tapi janji ya tidur siang."
Nadya memberikan jari kelingking nya, persis apa yang di lakukan Galih saat berjanji pada Sheina untuk tepat waktu menjemputnya di sekolah.
"Janji jari kelingking, Sheina ga bohong tante." Wajah yang tadinya memerah berubah menjadi ceria kembali.
Nadya dan Sheina berjalan meninggalkan Galih yang masih terduduk di sofa.
Ketika Sheina sudah tertidur pulas, Nadya berjalan berjinjit keluar kamarnya Sheina tanpa menutup rapat. Khawatir Sheina terjaga dari tidurnya.
"Kak, aku pamit pulang ya, Sheina nya udah tidur."
"Sekali lagi makasih ya Nad ... Sheina sebelumnya gak pernah manja kayak gini, semoga besok dia udah kembali normal dan gak minta yang aneh aneh lagi."
"Ini bukan permintaan aneh kok Kak, santai aja, aku Pamit ya."
"Hati hati ya Nad."
Galih mengantar Nadya sampai keluar gerbang rumah .
~
Ponsel Nadya :
(kak Bagas sayang) calling ..
(kak Bagas sayang) calling ..
Galih : "Halo"
Bagas : Sayang ? ini siapa ya ?
Galih : Galih.
Bagas : Kok ponsel cewe gue bisa sama lo sih ?
Galih : Ketinggalan.
Bagas menutup telpon nya sepihak , dia tidak puas jika harus mendengar penjelasan singkat padat dan tidak jelas dari Galih.
Dia langsung bergegas mengambil kunci motor dan bersiap dengan jaketnya.
Tak butuh waktu lama Bagas sudah sampai di kediaman Galih.
Bagas memegang handle pintu, tapi sayang sudah di kunci.
Padahal jam baru menunjukan pukul 19.00
Bagas menekan bel entah berapa kali, dia tidak sabar untuk mendengar penjelasan langsung dari kakaknya itu.
Didalam rumah Galih sudah bisa menebak siapa yang membunyikan bel, dia memutar bola matanya malas sambil berjalan membuka pintu.
"Kenapa ?" Tanya Galih, seakan tidak ada yg harus di jelaskan.
"Coba jelasin sama gue Kak, ini maksudnya apa ponsel Nadya bisa sampe ketinggalan di rumah lo."
Galih memberikan ponsel Nadya pada Bagas.
"Anterin nih kerumahnya, siapa tau dia sekarang lagi nyari ... gue juga baru nyadar tadi pas lo telpon."
"Iya itu udah pasti bakal gue anter, yang gue mau tau kok bisa Kak? Kenapa ?" Bagas sudah terlihat kesal karna kakaknya tidak kunjung menjelaskan.
"Tadi dia anter Sheina pulang ke rumah pas gue telat jemput."
"Kok bisa sama Nadya ? Biasanya juga kan sama lo si Sheina pulang sekolah."
"Tadi kan gue bilang, gue telat jemput. Makanya Nadya yang anter."
Bagas menggaruk tengkuknya kebingungan dengan penjelasan kakaknya itu.
"Bingung gue, mending gue denger langsung dari Nadya aja. Gue pamit dulu."
"Hm."
~
Nadya berjalan keluar dengan piyama nya membuka pintu pagar rumahnya, karena sedari tadi bel rumahnya berbunyi.
"Kak Bagas?"
"Boleh buka lebih besar pagarnya Nad, aku mau masuk, boleh ?"
"Eh iya ... Maaf lupa kak" Nadya terkekeh.
Nadya mempersilahkan Bagas duduk, lalu mengambil kan minum dan kue yang tadi di kampus ter injak oleh Putri.
"Masih sisa kuenya sedikit, jatah aku di rumah . Buat kak Bagas aja karena kan tadi gagal cobain."
"Makasi sayang," Bagas menyesap teh hangat dan mencoba kue yang di sediakan oleh Nadya.
Bagas lalu mengeluarkan ponsel Nadya dari sakunya. menaruh di meja tanpa berbicara apa apa.
"Loh kok bisa sama kamu Kak? tanya Nadya santai.
"Boleh aku yang nanya duluan? kok bisa ponsel kamu ada di rumah kak Galih ?"
Nadya menjelaskan secara rinci dari awal bertemu dengan Sheina sampe Nadya pulang ke rumah lalu ponselnya tertinggal di rumah Galih. Nadya menyadari itu dan berencana besok pagi sekali sebelum kuliah mau ke rumah Galih untuk mengambil ponselnya.
Bagas menarik tangan Nadya dan langsung memeluknya.
"Maaf udah mikir yang engga engga." Dia menyandarkan dagu di bahu Nadya memeluk wanita itu sangat erat.
"Iya, wajar kok kak Bagas kaya gini," sambil mengelus punggung Bagas lembut.
"Ibu mana Nad? Sampe lupa aku." Kata Bagas sambil melepas pelukan.
"Kayaknya udah tidur deh, sebentar aku panggil." Nadya hendak beranjak masuk ke dalam kamar ibunya. Tapi di tahan oleh Bagas.
"Gausah Nad, duduk sini dulu. Boleh peluk lagi? Aku kangen banget sama kamu."
Nadya merentangkan kedua tangannya untuk berpelukan, Bagas menghirup aroma segar di leher Nadya yang sangat menenangkan.
"Lagian sih sibuk banget kamu, sampe ga sempet video / sleep call sama aku."
"Iya maaf ya sayang, aku juga pengen banget sebenarnya hubungin kamu terus, kita sabar dulu yah sampe kuliah aku selesai."
Pintu pagar rumah Nadya terbuka dan terlihat sebuah mobil memasuki garasi.
"Siapa?" Tanya Bagas.
"Ayah pulang kerja."
Bagas jarang bertemu dengan ayah Nadya, bisa di bilang mereka hanya 2x bertemu selama berpacaran dengan dengan Nadya.
Bagas sedikit gugup sekarang, dia merapihkan baju nya dan berdiri bersiap menyambut Ayahnya Nadya masuk.
"Eh ada kamu gas," sapa Pak Fauzan ketika masuk ke dalam rumah.
"Iya om, baru sampai barusan, antar ponsel Nadya yang tertinggal." Bagas mencium tangan Pak Fauzan, di susul Nadya.
"Mana Ibumu?" tanya pak Fauzan pada Nadya .
"Kayaknya udah tidur, yah. Mungkin kecapean."
"Saya tinggal dulu ya Gas."
"Iya om."
Bagas sedikit rileks dan mendudukan diri di sofa, kali ini dia memilih duduk berjauhan dengan Nadya.
"Ih jauh jauhan." protes Nadya manja.
"Ada ayah kamu Nad, aku ga enak."
Bagas menyadari sekarang Nadya tidak sekaku seperti awal pacaran, tapi tetap dalam segala batasan. Berbeda dengan Putri yang secara terang terangan malah menawarkan.
Bagas merasa telah salah besar mengkhianati Nadya sampai sejauh ini.
Entah apa yang terjadi jika Nadya mengetahui semua yang Bagas tutupi.
Mungkin Bagas tidak bisa lagi sedekat ini dengannya ....
"Kak ? ... Kak Bagas ? kok melamun."
"Eh iya sayang maaf, aku kayaknya pamit ya udah terlalu malam. Besok kamu juga ada kelas pagi kan? Ga enak Sama Ayah kamu."
Nadya mengangguk pelan.
Bagas mengusap pipi Nadya lembut, "Nanti sampe rumah sleep call sayang."
"Iya kak." Nadya langsung beranjak ke menuju kamar ayahnya, memberitahu Bagas hendak izin pulang. 2x ketukan pintu tapi tidak kunjung di buka oleh ayahnya.
"Kayaknya ayah mandi kak."
"Yaudah sayang, aku pamit yah."
Cup ...
Bagas mencium kening Nadya.
Mereka berdua berjalan bersama ke luar rumah, Nadya mengantar Bagas keluar untuk pulang.
~
Galih memandang langit langit kamarnya, dia mengingat gambaran siang tadi ketika Nadya bermain dengan Sheina.
moment itu membuat Galih tidak bisa terlelap malam itu.
Galih berfikir apa dia harus melakukan yang di katakan Papanya tempo hari, ketika dia disarankan untuk menikah lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Nike Natalie
smngattttt Thor,,,
2024-04-04
0