Chapter 13

"aku mohon bantuannya," ucap remaja yang sebelumnya diajak bicara oleh Aron saat kelas praktik di lapangan. Dia membungkuk dalam-dalam, menunjukkan kesungguhannya.

Aron, Liya, dan remaja itu sekarang berkumpul di belakang bangunan sekolah, di sore hari di tempat yang jarang dilalui orang. Suasana sunyi, hanya terdengar angin yang berhembus pelan.

Aron menatap remaja itu dengan mata yang penuh perhatian. "Baiklah, katakan apa yang bisa kami bantu," ujar Aron.

Remaja itu mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab, "Namaku Farel. Aku butuh bantuanmu untuk melatihku. Aku tahu kau hebat, dan aku ingin belajar darimu. Aku merasa tidak cukup kuat untuk menghadapi ujian mendatang dan... ada sesuatu yang harus aku buktikan."

Liya, yang berdiri di samping Aron, mengamati Farel dengan tatapan tajam. "Kenapa kamu merasa perlu membuktikan sesuatu? Apa yang sebenarnya terjadi?"

Farel menunduk sejenak, ragu untuk berbicara, lalu mengangkat kepalanya lagi. "Keluargaku selalu meremehkanku. Mereka tidak percaya bahwa aku bisa menjadi seseorang yang kuat. Aku ingin menunjukkan kepada mereka bahwa mereka salah. Dan lebih dari itu, aku ingin melindungi sesuatu yang berharga bagiku."

Aron mengangguk dengan pengertian. "Aku mengerti. Tekadmu kuat, dan itu adalah awal yang baik. Aku akan membantumu, tapi kau harus berjanji untuk berlatih keras dan tidak menyerah, tidak peduli seberapa sulitnya."

Farel mengangguk dengan penuh semangat. "Aku berjanji!"

Liya tersenyum tipis, lalu menambahkan, "Baiklah, kita akan mulai sabtu pagi . Pastikan kamu sudah siap."

Dengan semangat baru, Farel meninggalkan tempat itu dengan rasa terima kasih yang mendalam. Aron dan Liya saling pandang, menyadari bahwa mereka telah membuat keputusan yang tepat.

"Sepertinya kita punya pekerjaan tambahan," kata Liya sambil tersenyum.

Aron mengangguk. "Ya, tapi ini adalah hal yang baik, Kita bisa membantu seseorang menemukan kekuatannya sendiri. Itu selalu berharga."

"Ditambah kemampuannya akan sangat berguna, terutama untuk masa depan nanti," gumam Aron pelan.

"Apa kamu baru saja mengatakan sesuatu, Kak?" tanya Liya, menatap Aron dengan alis terangkat.

"Tidak ada, ayo kita pulang ke asrama," jawab Aron cepat.

Liya mengangguk ringan, tidak lagi mempertanyakan gumaman Aron barusan. Mereka berjalan beriringan meninggalkan tempat itu, kembali ke asrama masing-masing.

Dalam perjalanan pulang, pikiran Aron melayang ke masa depan. Dia merasa tanggung jawabnya semakin besar, tetapi dia juga tahu bahwa membantu Farel akan menjadi langkah penting. Liya di sebelahnya, meskipun terlihat tenang, juga menyadari bahwa hari-hari mendatang akan membawa tantangan baru.

Mereka tiba di persimpangan jalan menuju asrama masing-masing, dan sebelum berpisah, Liya berbalik menatap Aron. " sampai jumpa lagi Kak, dan selamat malam jangan begadang yah.. "

Aron tersenyum, merasa bangga dengan sikap dewasa adiknya. "Ya, kamu juga istirahatlah yang benar, besok akan menjadi hari yang panjang."

"Ya" balas Liya sambil mengarahkan senyumannya pada Aron.

Mereka berpisah di jalan, menuju asrama masing-masing. Malam itu, Aron merasa lebih yakin tentang masa depan, siap menghadapi tantangan apa pun yang datang. Liya, di sisi lain, merasakan kehangatan dan kepercayaan dari kakaknya yang membuatnya semakin bersemangat untuk hari esok.

Sabtu pagi.

Di pagi hari saat kebanyakan orang masih tertidur, Farel sudah berada di luar gedung asrama laki-laki. Tidak lama setelah itu, Aron muncul dengan pakaian jersey olahraga yang sering dia pakai saat berolahraga pagi.

"Bagus, kamu bisa bangun jam segini," ucap Aron memujinya.

"Bangun jam segini bukan apa-apa bagiku," ujar Farel dengan bangga.

"Oh, kalau begitu ayo ikut aku. Kita akan lari ringan memutari asrama 30 kali," ucap Aron, mulai melangkah.

Farel mengangguk dan mengikuti Aron. Mereka berdua mulai berlari, langkah mereka mantap dan teratur. Suasana pagi yang sepi membuat latihan ini terasa damai meskipun menantang.

Setelah beberapa putaran, Farel mulai merasakan lelah, tetapi dia terus berusaha mengikuti langkah Aron yang tetap stabil. Aron sesekali melihat ke belakang, memastikan Farel baik-baik saja dan memberinya semangat untuk terus berlari.

" kenapa kita melakukan ini, bukankah akan lebih efisien jika melatih sorcière saja? " tanya Farel yang mulai kelelahan.

"Ini bukan hanya tentang kekuatan fisik, Farel. Ini juga tentang mental. bayangkan di medan pertarungan, menghadapi setidaknya tidak lebih dari 3 makhluk urban kelas menengah dan tidak bisa melarikan diri, apa yang akan kamu lakukan? ," kata Aron sambil terus berlari.

"menghadapinya dengan putus asa dan menunggu kematianku"ucapnya membalas.

"Jika kamu tidak bisa bertahan hidup dan menang menghadapi ketiganya sekaligus di waktu bersamaan. bukankah akan membuat usahamu selama ini sia-sia? "

" itu... aku.. mau bagimana lagi. aku tidak mungkin bisa menang jika dalan keadaan seperti itu."

"Jawaban itu hanya ada bagi para pecundang. apa kamu benar-benar ingin menjadi pecundang dengan pikiranmu yang seperti itu? "

setelah Aron mengucapkan perkataan yang menyakiti perasaan farel, farel hanya bisa terdiam dengan bibir yang gemetar tidak bisa membalas ataupun beralasan pada perkataan Aron.

Aron di sisi lain tidak peduli sama sekali dengan ucapannya yang menyinggung perasaan Farel, dia seakan tidak terganggu dengan hal itu.

"kalau begitu mari hentikan pelatihannya sampai sini, melatih seorang pecundang hanya akan membuang waktuku, teruslah berangan akan tujuan hayalanmu itu " tambah Aron yang semakin menekan Farel.

" Aku... Aku.. Aku ingin lebih kuat, lebih kuat dari diriku yang sekarang dan lebih kuat dari siapapun!"

Farel mengangguk, berusaha mengatur napasnya dan mempertahankan ritme larinya. Dia tahu bahwa latihan ini penting untuk meningkatkan stamina dan kekuatan mentalnya.

Mendengar jawaban Farel, Aron tersenyum tipis, " Kalo begitu, lanjutkan berlarinya dan jangan mengeluh " ucap Aron.

"IYA! " balas Farel dengan teriakan penuh semangat.

38 putaran berlalu.

Setelah selesai 30 putaran, mereka berhenti dan melakukan pendinginan. Aron menepuk bahu Farel, tersenyum puas. "Bagus, kamu melakukannya dengan baik. Ini baru permulaan, kita akan terus berlatih dan meningkat setiap hari."

Farel tersenyum lelah tapi puas. "Terima kasih. Aku akan berusaha lebih keras lagi."

Aron mengangguk. "Sekarang, kita kembali ke asrama dan bersiap untuk latihan berikutnya. Ini baru awal dari perjalanan panjang kita."

Setelah kembali ke asrama, Aron berpisah dengan Farel. Mereka kembali ke kamar masing-masing untuk membersihkan diri dari keringat, sarapan, dan berganti pakaian yang lebih nyaman untuk bergerak.

Keduanya lalu bertemu kembali di pintu masuk asrama.

"Setelah ini, kita akan pergi ke mana?" tanya Farel.

"Arena yang ada di dekat Stasiun 12. Liya sudah menunggu kita di sana," jawab Aron.

"A-Arena 12? Arena yang terkenal tanpa peraturan itu?!"

"Apa itu nama arenanya?"

"Tidak. Itu hanya julukan yang orang-orang berikan pada arena itu karena dekat dengan Stasiun 12."

"Oh, begitu."

"Apa kamu tidak khawatir dengan adikmu? Itu arena 12, loh."

"Aku mungkin lebih khawatir dengan orang lain yang ada di sana ketimbang adikku. Yah, berdoa saja supaya arena itu belum menghilang karena ulahnya."

Farel menelan ludah, merasakan sedikit ketegangan. Mereka berdua lalu berjalan menuju Arena 12, tempat yang terkenal karena pertarungan bebas dan tanpa aturan ketat. Aron berharap latihan hari ini akan membawa hasil yang baik bagi Farel.

Sesampainya mereka di Arena 12, keduanya disuguhi pemandangan seorang gadis berambut pink yang duduk di atas kursi di tengah arena dengan banyak orang terbaring di sekelilingnya. Sosok itu tidak lain adalah Liya. Dia sendirian melawan banyak sekali orang dan mendapat hasil memuaskan dengan dirinya sebagai pemenang, sementara mereka yang menantangnya di arena 12 dibuat babak belur olehnya.

"Hahh... Sepertinya kita terlambat," ucap Aron menghela napas berat melihat adiknya yang sudah menghajar habis semua orang yang ada di arena 12. Sementara itu, Farel hanya bisa tercengang melihat pemandangan di depannya. Dia masih tidak mempercayai apa yang dilihatnya saat ini.

Seorang gadis sendirian mampu membuat sekumpulan pengguna sorcière tumbang tanpa luka sedikit pun padanya, bahkan luka goresan pun tidak terlihat.

"Liya, bukannya ini terlalu berlebihan? ," gumam Aron sambil berjalan mendekat.

Liya tersenyum lebar ketika melihat kakaknya dan Farel. "Oh, kakak dan Farel! Kalian akhirnya datang. Maaf ya, aku tidak bisa menahan diri, hehehe.." ujarnya dengan nada ceria, seolah-olah dia baru saja selesai bermain.

Aron menggelengkan kepala, "Aku harap ini tidak menimbulkan masalah lebih lanjut."

Farel masih ternganga, "K-Kamu benar-benar luar biasa, Liya..."

Liya hanya tertawa kecil, "Ini hanya pemanasan. Ayo, kita mulai latihan serius kita."

'mengalahkan begitu banyak pengguna sorcière yang setidaknya berada di rank kapten atau lebih tinggi dan itu baru pemanasan? ' pikir Farel dengan takjub.

"Sebelum itu, cepat tangani mereka, sampai kapan kamu menguraikan struktur sel organ mereka?" ucap Aron sambil memandang ke arah orang-orang yang tergeletak di tanah dengan kulit yang perlahan mulai membiru.

"Hehe, ketahuan ya," jawab Liya dengan sedikit cengiran.

"Tentu saja ketahuan. Wajah mereka mulai biru tapi tidak ada luka luar. Sudah pasti kamu melakukan sesuatu pada bagian dalam tubuh mereka," balas Aron.

Liya mengarahkan tangannya ke arah arena dan mulai mengaktifkan sorcière-nya.

"Manifaktur struktur sel organ. Penyusunan kembali setiap partikel sel yang terurai, membentuk kembali setiap bagian, memulai proses, mengembalikan ke keadaan semula. Memulai menjalankan."

Sambil menunggu Liya selesai merawat para peserta yang dia buat babak belur, Aron dan Farel menunggu di pojok arena, memastikan mereka tidak berada dalam radius kemampuan Liya yang akan membuat keduanya dalam bahaya.

"Hebat sekali kemampuan adikmu, Aron. Tapi, cara dia menggunakannya benar-benar mengerikan," kata Farel dengan nada takjub.

"Yah, dia memang berbakat, tapi kadang-kadang dia terlalu bersemangat. Itu sebabnya kita harus selalu waspada dan memastikan dia tidak berlebihan," jawab Aron sambil mengawasi Liya dengan cermat.

" Selain itu. Liya tipe orang yang tidak bisa beradaptasi dengan cepat dengan lingkungan baru. keadaan yang damai di kapal koloni ini berbanding terbalik dengan kehidupan kejam yang pernah kami berdua lalui saat masih berada di permukaan, setiap hari bertahan hidup dan selalu di intai dengan kematian yang bisa terjadi kapan saja, setelah selama bertahun-tahun hidup dalam keadaan yang seperti itu lalu suatu hari berubah menjadi damai siapapun pasti akan terkejut dan susah untuk membiasakan diri mereka dengan perubahan drastis yang terjadi secara tiba-tiba "

" aku sendiri bahkan masih sedikit membutuhkan waktu untuk terbiasa dengan kehidupan damai yang ada di kapal koloni ini, dan untuk Liya mungkin tidak jauh berbeda denganku, bagaimanapun juga kami adalah saudara. Jadi, dia mungkin lebih baik atau lebih buruk dalan beradaptasi dengan lingkungan baru seperti ini "

mendengar sepenggal kisah kehidupan masa lalu dari Aron Farel merasa bahwa nasibnya masih jauh lebih baik dari Kedua saudara di depannya.

Dia lahir di keluarga yang cukup terpandang, berhasil mengungsi ke kapal koloni tepat waktu dan hidup dengan tenang di atas kapal. koloni. dia bahkan tidak bisa membayangkan dirinya akan selamat apabila dia yang berada di posisi yang sama dengan kedua saudara itu.

Farel mulai memikirkan bahwa pengakuan yang dia kejar seakan seperti lelucon jika di bandingkan dengan apa yang sudah kedua saudara itu lalui selama ini.

Setelah beberapa saat, warna kulit orang-orang yang tergeletak mulai kembali normal. Liya menyelesaikan proses penyembuhan dengan senyuman puas.

"Bagus. Sekarang kita bisa mulai latihan serius," ujar Aron. "Farel, bersiaplah. Ini akan menjadi latihan yang sangat berbeda dari yang pernah kamu lakukan sebelumnya."

"Kalau tidak salah, sorcière-mu itu jarak menengah, bukan?" tanya Aron.

"Iya," jawab Farel sambil mengeluarkan senjatanya, dua revolver yang terbuat dari baja asteroid dengan warna logam hitam dan sedikit corak keemasan.

"Hebat, senjata yang bagus. Sebagai seorang observator, kemampuanmu untuk mengamati dan mencari celah kelemahan makhluk urban melalui visi cerita yang sudah tertulis dalam buku atau ingatan-ingatan lama dari mereka yang masih mengingat makhluk urban itu akan sangat berguna," kata Aron.

"Terima kasih. Aku akan melakukan yang terbaik," balas Farel dengan semangat.

Aron mengangguk. "Baiklah, kita akan mulai dengan latihan reaksi dan pengamatan. Liya, kau akan menjadi lawan latihannya. Jangan terlalu keras, tapi pastikan dia mendapatkan tantangan."

Liya mengangguk dengan senyum penuh semangat. "Oke, siap untuk bermain, Farel?"

Farel menelan ludah, menyiapkan diri. "Siap."

" Aku peringatkan walau ini bisa di katakan ilusi tapi dampak dari serangannya adalah nyata. jadi sebisa mungkin jangan meremehkan apa yang ada di depanmu" ucap Liya memperingatkan Farel terlebih dahulu.

Liya mulai mengaktifkan sorcière-nya, menciptakan ilusi makhluk urban di sekitar arena. Farel, dengan revolver di tangan, mulai bergerak, mengamati setiap ilusi dengan cermat, mencari celah dan kelemahan.

makhluk urban itu memiliki bentuk berbadan manusia raksasa dengan tinggi tiga meter dengan kepala sapi. makluk urban itu tidak lain adalah Minotourus. Makhluk urban yang Berada di Rank menengah.

" kalau begitu. aku pamit pergi. aku masih harus bekerja hari ini" Ucap Aron berpamitan kepada mereka berdua.

" kamu bekerja? padahal kamu pelajar?" tanya farel heran.

" kami ini cuma siswa undangan yang di bawa masuk kepala sekolah. kami tidak bisa selamanya mengandalkan pendanaan kepala sekolah, ketika kami lulus dari academy pendanaan dari sekolah akan berhenti dan kami harus mulai hidup mandiri, itulah mengapa aku bekerja. Kalau begitu. aku pergi, Liya jangan berlebihan " Aron pun mulai pergi dari Arena 12 untuk masuk kerja paruh waktunya.

" Iya. hati-hati di jalan. kak" ucap Liya ceria sambil melambaikan tangannya.

" Nah. karena kakak sudah tidak ada, aku tidak perlu lagi menahan diri kan?, orang yang pernah menghina kakak. tentu saja tidak akan aku lepaskan dengan mudah, he. he. he " ucap Liya dengan tatapan dingin dan tajam sambil mencengkram kuat bahu Farel, terlihat wajah ketakutan dan kesakitan dari Farel yang melihat perubahan sikap yang begitu tiba-tiba dari Liya begitu Aron pergi.

•••

Farel menembak ilusi dengan presisi, setiap peluru mengenai sasaran dengan akurat. Tapi serangan yang dia lancarkan tidak berdampak apa-apa. Latihan terus berlanjut, semakin intens, tetapi Farel tetap tenang dan fokus.

Farel yang terengah-engah menghindari setiap pukulan minotourus dengan susah payah. rasa lelahnya di sebabkan karena secara bersamaan bergerak kesana kemari menghindari serangan sambil mencari informasi untuk bisa mengalahkan ilusi itu.

'sial, apa itu beneran ilusi?, dampak dari pukulannya itu beneran bisa membut permukaan tanah dari arena ini retak.'

'jadi ini yang sebelumnya di katakan Liya, jika dampak serangan dari ilusi makhluk urban ini itu nyata' pikir Farel sambil terus berlari menghindari serangan yang datang padanya.

Di sisi lain, Liya yang melayang di atas arena mengamati pertarungan itu dari ketinggian. Dengan sorcièrenya, dia bisa melayang dengan membuat pijakan dari udara yang lebih padat di bawah kakinya, membuat Liya terlihat seperti sedang terbang dan melayang di udara.

Walau disebut pertarungan, ini lebih terlihat seperti pemukulan sepihak. Ilusi Minotaurus yang Liya buat terus menyerang Farel, sementara Farel berusaha menghindari serangannya tanpa bisa memberikan serangan yang berarti.

"Ahh... anjing kecil yang malang. Itulah akibatnya jika kamu menggonggong di depan kakakku tersayang," ucap Liya.

Suara tawa pelan yang dingin dan mencekik tanpa sadar keluar dari mulut Liya yang tersenyum lebar, menikmati pemandangan di depannya dengan tatapan merendahkan serta niat membunuh yang jelas terlihat. Jika Farel melihatnya, dia mungkin akan berteriak ketakutan karena ekspresi Liya saat itu sangat menakutkan.

Sayangnya, dengan tidak adanya Aron di sini, Liya bisa menunjukkan sifatnya yang kejam kepada mereka yang pernah bersikap tidak baik kepada kakaknya. Tanpa Aron untuk mengendalikan tindakannya, Liya bisa bertindak tanpa batas.

Farel terus bergerak, mencoba bertahan. "Liya! Ini bukan latihan yang adil!" teriaknya, berusaha membuat Liya mengubah pendekatannya.

Liya hanya tersenyum lebih lebar. "Adil? Siapa yang peduli tentang keadilan? Ini adalah pelajaran tentang kenyataan. Di dunia nyata, tidak ada yang akan berlaku adil padamu, terutama tidak kepada orang yang berani merendahkan satu-satunya keluargaku," jawabnya dingin.

Namun, Farel mulai merasakan sesuatu. Dalam kepanikannya, dia mengingat kembali pelajaran dan cerita tentang Minotaurus. "Jantungnya," pikirnya. "Jika ini benar-benar ilusi yang mirip dengan aslinya, titik lemahnya harus di jantungnya."

Dengan tekad baru, Farel menembakkan peluru ke arah jantung ilusi Minotaurus. Ilusi itu terhuyung dan akhirnya menghilang, membuktikan bahwa Farel berhasil menemukan kelemahannya.

Liya tersenyum puas. "Bagus, kamu akhirnya mengerti. Tapi ingat, ini baru awal. Kamu masih harus banyak belajar," katanya sebelum turun dari udara.

Farel terengah-engah, tapi ada rasa bangga di matanya. "Terima kasih... atas pelajarannya, Liya," ujarnya, meski dengan sedikit rasa takut yang masih tersisa.

Di R'Lyeh Academy di ruang OSIS para anggota osisi duduk dan berkumpul di satu meja dengan posisi duduk saling berhadapan, terdapat 7 orang yang duduk di meja itu dengan satu orang duduk di bagian tengah meja.

sosok yang duduk di tengah itu memiliki pandangan yang dingin. tajam dan tegas, dari matanya yang berwarna merah ruby dengan rambut panjang berwarna hitam yang terurai serta rasa anggun dan misterius yang d berikan setiap kali ada orang memandangnya.

sosoj itu tidak lain adalah ketua OSIS dari R'Lyeh Academy.

...Aoi Hikari...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!