Happy Ending-16

"Kenapa kau diam saja?"Sherli ikut bertanya saat Charlie tak memberi jawaban.

"Apa jangan-jangan...." Sherli menggantungkan ucapannya lalu menatap Charlie dengan intens.

"Aku tak punya alasan apapun. Kenapa aku harus menceritakan semuanya pada kalian?"tanya Charlie kembali.

"Jika kamu ingin curiga, di sini yang patut kamu curigai adalah...."

"Kenapa kalian berdebat? Kita harus memikirkan cara agar kita bebas dari segala tuduhan yang ada,"saran Nico yang langsung menyela dan memotong ucapan Charlie. Hal itu membuat Charlie menyempitkan matanya. Kecurigaan Charlie terhadap Nico semakin dalam. Pasti ada sesuatu yang Nico sembunyikan dari mereka.

Nico terlihat takut saat Charlie akan mengatakan sesuatu kepada Sherli. Memang benar Charlie ingin membongkar semua yang dia tahu tentang Nico dan Juwita. Tetapi, saat ini semua bukti ada di handphone Charlie yang sudah hilang. Jadi, tak mungkin Charlie bisa membongkar rahasia itu tanpa adanya bukti.

Charlie pergi dari ruang tamu dan meninggalkan Nico dan juga Juwita. Sedangkan, Rifki dan Sherli serta Charlie memilih untuk pergi ke kamar.

Nico duduk di sofa bersama dengan Juwita, wajahnya tampak gelisah dan tatapannya sesekali melirik ke arah pintu. Dia merasa takut jika Charlie akan memberitahu Sherli tentang kebenaran pekerjaan sampingannya yang selama ini berhasil dia sembunyikan.

Kedua tangannya saling menggenggam erat, mencoba menenangkan diri dari rasa cemas yang menghantui pikirannya.

"Kamu kenapa, Nico?" tanya Juwita dengan nada khawatir, menyadari bahwa ada sesuatu yang mengganggu pikiran Nico. Nico menarik nafas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan keberanian untuk berbicara.

"Aku merasa Charlie tahu sesuatu tentang pekerjaan sampinganku, Juwita. Aku takut dia akan memberitahu Sherli," jawabnya dengan suara yang gemetar. Wajah Juwita berubah menjadi serius.

"Apa kamu yakin, Nico? Mungkin kamu hanya terlalu curiga saja," ujarnya mencoba menenangkan Nico. Namun, Nico tetap tidak bisa merasa tenang.

"Aku merasakan ada sesuatu yang aneh dari tatapan dan sikap Charlie padaku, Juwita. Aku tidak bisa menjelaskannya, tapi aku yakin dia tahu sesuatu." Juwita menepuk bahu Nico pelan, memberikan dukungan moral untuknya.

"Baiklah, jika memang itu yang kamu khawatirkan, kita harus mencari cara untuk memastikan apakah Charlie benar-benar tahu atau tidak. Jangan biarkan kekhawatiran ini menguasai dirimu, Nico. Kita akan menghadapinya bersama," ujar Juwita dengan tegas, berusaha memberikan kepercayaan diri pada Nico untuk mengatasi masalah yang dihadapinya. Meskipun usia keduanya berbeda. Nico dan Juwita dan Nico terlihat lebih akrab dari yang lain. Apalagi, Nico dan Juwita memiliki rahasia yang sama.

Di dalam kamar Sherli mondar-mandir memikirkan tentang Charlie. Kenapa Charlie ada foto mereka semua. Apa yang ingin Charlie lakukan? Itulah yang saat ini Sherli pikirkan. Sherli tak ingin terjadi sesuatu dia harus waspada kepada siapapun. Termasuk Charlie atau ketiga rekannya yang lain. Kematian Kang Dadang membuat Sherli menjadi parno dan ketakutan sendiri.

Malam itu, Charlie berdiri di balkon kamarnya. Sekali lagi dia melihat seorang pria yang berjalan ke arah pagar villa dengan menggunakan topeng. Tetapi, kali ini pria itu di jemput oleh sebuah mobil Brio bewarna hitam. Charlie melihatnya dari arah balkon. Karena penasaran akhrinya Charlie memutuskan untuk memeriksa semua rekan kerjanya di kamar. Agar Charlie tak berlarut dalam kecurigaannya. Terlebih lagi, beberapa hari lalu Charlie menemukan sebuah fakta tentang jam tangan Pak David yang sama persis dengan yang Charlie temukan di kamar Alia. Lalu, jaket yang dikenakan Rifki hari itu sama dengan yang dipakai oleh seseorang yang muncul di rekaman cctv apartemen Alia, beberapa menit setelah Alia melompat dari lantai atas kamarnya.

Tidak hanya sampai di situ. Charlie juga pernah memergoki Nico pergi ke gedung sekolah yang terbengkalai. Di sana Charlie curiga jika Nico sudah melakukan sesuatu yang membuat Bos bertopeng itu marah hingga waktu itu Nico terlihat gugup.

Juwita juga terlibat dalam pekerjaan yang sama dengan Nico. Charlie curiga jika Juwita menyembunyikan sesuatu darinya terkait kasus kematian Alia. Di dalam kamar apartemen nampak bersih seakan tak pernah terjadi masalah ataupun kejadian apapun. Padahal, semua itu sudah di rekayasa oleh seseorang untuk mengelabui pihak yang berwajib.

Charlie juga curiga kepada Pak David yang sengaja menutup kasus Alia.

"Sebenarnya ini semua ada apa?"gumam Charlie yang mengusap kasar wajahnya karena frustasi memikirkan semua masalah itu. Malam itu Charlie memilih untuk mengikuti orang tersebut. Dia takut hal serupa terjadi lagi dan kali ini bisa jadi dirinya dalam bahaya. Karena, pergerakannya telah di ketahui oleh rekan-rekan yang lain. Akhirnya, Charlie mengurungkan niatnya untuk memeriksa rekan kerjanya di dalam kamar.

Sementara itu, orang yang berpakaian serba hitam masuk ke dalam ruangan itu dan duduk di kursi kebesarannya di sebuah markas.

"Sejauh mana kau sudah melangkah? Apa kau sudah menemukan pelakunya?"pria bertopeng yang duduk di kursi Bos tersebut bertanya kepada pria yang berdiri di depan meja kerjanya dengan memakai topeng yang sama. Tetapi, jelas suara mereka sudah di samarkan.

"Aku mencurigai Charlie ada hubungannya dengan kematian Alia, Bos. Kedatangan Charlie ke perusahaan Florist terlalu mendadak. Terlebih lagi kejadian kemarin yang menyebabkan kematian Kang Dadang semua orang saling mencurigai,"ungkap Pria yang berpakaian hodie hitam dengan topeng di wajahnya.

"Kita memiliki waktu satu Minggu lagi untuk menangkap pelakunya,"ujar pria itu dan membalikan kursinya untuk membelakangi bawahannya yang memakai topeng.

"Hari ini aku tak ingin membawa paket itu. Charlie dan Sherli nampak curiga dengan barang tersebut. Saat ini, pihak kepolisian juga akan kembali ke villa ingin mengintrogasi kami. Jadi, untuk sementara aku tak ingin membawanya dulu,"ungkap pria itu lagi yang belom diketahui siapa pria dibalik topeng tersebut.

"Baiklah. Kau boleh pergi!"

Pria itu mengangguk sekilas. Lalu, pergi meninggalkan tempat tersebut. Di luar gedung sekolah terbengkalai itu, nampak beberapa orang dengan memakai topeng yang sama juga menjaga sekitaran tempat tersebut.

Sebuah mobil berhenti di depan jalan masuk gedung sekolah terbengkalai itu. Pria yang memakai topeng itu langsung masuk ke dalam mobil dan sampai di dalam mobil dan duduk dengan tenang. Barulah dia melepaskan topengnya. Seseorang yang sedang menyetir menatapnya dan tersenyum ke arah pria yang semula memakai topeng itu.

"Apa kau akan menyerah?"tanya sang sopir kepada pria itu.

"Tidak! Aku takkan menyerah! Aku akan mengetahui siapa pelaku yang sesungguhnya dan siapa saja yang terlibat dalam kematian Alia. Aku sudah cukup membodohi diriku selama ini. Ternyata, menjadi orang baik tidak membuat orang lain menghargaiku,"ujarnya meletakkan topeng wajah itu di samping. Pria yang saat ini sedang menyetir hanya menyeringai. Sorotan netra nya terlihat tajam dan juga pria itu memakai topi hitam.

Terpopuler

Comments

mudahlia

mudahlia

astaga pengen gigit Mak e rasanya

2024-03-09

1

Sari Nande16

Sari Nande16

pa mungkin pak David dan Rifki da kaitanya 🤧🤧

2024-02-29

0

siti kholifah

siti kholifah

apa mungkin yg bertopeng itu rifky ??
kan dia bilang ckup slama ni menjadi bodoh, seolah mengandung makna pura² bego gtu ga sii

2024-02-29

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!