Happy Ending-07

Setelah Charlie berbalik dan melihat Pak David yang sedang menatap fotonya yang terpajang di dalam ruangan itu.

"Anda sangat tampan dan gagah, Pak. Meskipun usia sudah kepala tiga tak membuat ketampanan Anda memudar,"puji Charlie. Pak David tersenyum dan menoleh ke arah Charlie.

"Kamu karyawan baru di sini. Dan hanya kamu yang berani memuji ketampanan saya, dulu ada seorang karyawan magang yang mengatakan hal yang sama,"

"Apa karyawan itu Alia?"tebak Charlie. Langsung saja mimik wajah Pak David berubah menjadi tenang tetapi datar. Charlie melihatnya dengan seksama untuk dapat mengambil kesimpulan dari apa yang dia lihat. Tak ingin Pak David curiga lantas Charlie mendekat dan berdiri di sebelah Pak David.

"Pak, jam tangannya bagus. Saya baru melihatnya di sini,"ucap Charlie. Pak David kembali menoleh dan mengangguknya.

"Benar, tetapi jam tangan itu sudah lama hilang. Padahal, itu jam tangan hadiah dari orang tua saya. Sayang sekali saya tak dapat menjaganya dengan benar,"ujar Pak David. Kedua tangan Pak David di masukan ke dalam saku celananya. Terlihat pria itu mencoba berdiri dengan tenang dan kembali mengubah ekspresinya menjadi seperti semula tenang dan terlihat biasa-biasa saja saya Charlie menyebut nama Alia.

'Hilang? Katanya hilang? Apa dia tidak mengingatnya jika jam tangan itu tertinggal di kamar Alia? Bisa jadi ketika sesuatu antara Alia dan Pak David akan terjadi tidak sengaja jam tangan itu terlepas dan terjatuh. Atau ... Pak David melakukan sesuatu kepada Alia hingga membuat Alia melawannya dan membuat jam tangan itu terlepas?'Charlie bergelut dengan batinnya sehingga Charlie tak bisa mengatakan apapun kepada Pak David saat itu juga. Buktinya belum cukup jelas. Di TKP juga sangat bersih dan tak ada bukti lain. Seperti benar-benar tak terjadi apapun di sana.

'Padahal, hasil otopsi menunjukkan Alia mengalami kekerasan seksual dan juga penyerangan fisik secara fatal. Sungguh, aku ingin sekali mencekik lehernya saat ini juga,'tanpa sadar Charlie menatap tajam ke arah Pak David yang kini berdiri di samping pria itu. Pak David menoleh dan terkejut dengan tatapan Charlie.

"Char, Charlie!"panggil Pak David lebih keras lagi sehingga membuat pria itu sadar dari lamunannya.

"Apa ada sesuatu yang ingin kamu katakan lagi?"Pak David kembali bertanya. Charlie langsung mengubah ekspresinya agar tak membuat pria di depannya itu curiga dengannya.

"Tidak, Pak. Saya permisi dulu," Pak David hanya mengangguk dan kemudian Charlie pergi meninggalkan ruangan tersebut. Di luar ruangan Charlie melihat Rifki yang baru saja kembali dari makan siangnya dan ingin melanjutkan kerjanya yang tertinggal. Charlie pergi menemui Rifki ruangan kerja pria itu guna untuk mencari tahu perihal kue yang pria itu bagikan.

"Charlie, sedang apa kamu di sini?"Sherli bertanya saat melihat Charlie berdiri tepat di depan ruangan divisi milik Rifki. Charlie tak menjawab dia memperhatikan pulpen bewarna merah yang tergeletak di atas meja kerja Rifki. Sherli ikut menatap ke mana arah pandangan juniornya itu.

"Emm, apa kamu butuh sesuatu? Aku melihat kamu terus memperhatikan pulpen milik Rifki,"Sherli bertanya yang membuat Charlie sadar jika pergerakannya membuat Sherli curiga.

"Tidak. Aku tak butuh sesuatu. Aku ingin berbicara dengan Rifki. Tetapi, sepertinya aku melupakan sesuatu,"Charlie berkata dan langsung pergi meninggalkan ruangan tersebut. Sherli menatap Charlie dengan bingung. Lalu, Sherli menatap pria cupu yang sedang fokus pada laptopnya pria itu adalah Rifki.

Sherli menghela napas dan pada akhirnya pergi meninggalkan ruangan itu dan kembali ke ruangan direktur di mana ruangannya berada.

"Hallo, Dok."Charlie menerima panggilan Dokter Syahril di toilet kantor agar tak ada yang curiga dengannya.

[Charlie, aku ingin bertemu denganmu. Bisakah kau datang menemuiku di jam makan siang? Aku menemukan sesuatu dari hasil otopsi beberapa hari yang lalu,]

"Baik, aku akan datang ke rumah sakit,"Charlie memutuskan panggilan tersebut. Begitu Charlie pergi dari toilet. Seseorang baru saja keluar dari kamar toilet yang lain. Orang itu adalah Nico.

"Kenapa Charlie pergi dengan terburu-buru? Untuk apa Charlie ke rumah sakit?"gumam Nico yang meninggalkan toilet.

Charlie menerima panggilan dari Dokter Syahril yang mengatakan bahwa adiknya, Alia, ternyata tidak bunuh diri, melainkan dibunuh.

 Charlie langsung bergegas menuju rumah sakit dengan hati yang berdebar kencang, penuh amarah dan kekhawatiran. Sesampainya di rumah sakit, Charlie menemui Dokter Syahril yang sudah menunggunya di ruang konsultasi.

 "Apa yang sebenarnya terjadi, Dok?" tanya Charlie dengan suara yang bergetar.

Dokter Syahril menarik napas dalam-dalam, lalu menjelaskan.

"Hasil otopsi yang kami lakukan menunjukkan bahwa Alia mengalami kekerasan seksual sebelum kematiannya. Ada bekas memar dan luka di tubuhnya yang menunjukkan bahwa dia telah diperkosa. Kemudian, dia dibunuh dengan cara yang sangat kejam."

Mendengar penjelasan itu, amarah Charlie semakin memuncak. Tangannya bergetar hebat, matanya memerah, dan jantungnya berdegup kencang.

"Saya tidak akan tinggal diam, Dok. Saya akan mengungkap kasus ini dan menemukan pelaku yang sebenarnya!" ujarnya dengan penuh tekad. Dokter Syahril mengangguk, memberikan dukungan kepada Charlie.

"Saya yakin Anda bisa melakukannya. Saya akan membantu sebisa mungkin untuk memberikan informasi yang diperlukan." Charlie mengepalkan tangannya erat, menahan amarah yang membara di dadanya.

Dia bersumpah akan mencari keadilan untuk adiknya, Alia dan menghukum pelaku yang telah merenggut nyawa adiknya secara brutal. Dalam hati, Charlie berjanji akan melacak jejak pelaku dan memastikan mereka mendapatkan hukuman yang setimpal.

"Satu lagi, kasus ini telah ditutup. Seseorang membayarnya dan membuat pihak kepolisian menutup kasus Alia. Pihak kepolisian juga yakin jika ini hanyalah kasus bunuh diri bukan dibunuh. Terlebih lagi, bukti yang kita miliki tidak cukup untuk memberatkan pelaku,"ungkap Dokter Syahril.

"Apakah hasil otopsi tak menunjukkan siapa pelaku? Atau tidakkah pelaku meninggalkan DNAnya?"tanya Charlie dengan raut wajah yang merah menahan amarahnya.

"Emm, dari luar terlihat bersih. Tidak ada tanda-tanda apapun jika korban telah diperkosa. Tetapi, dari dalam pelaku meninggalkan sp*rmanya. Dan itu tidak hanya satu orang pelaku ada sekitar dua atau tiga,"ujar Dokter Syahril.

"Biadab!"maki Charlie yang tak bisa lagi menahan amarahnya. Pria ini semakin ingin menghancurkan pelaku saat itu juga.

____

Jangan lupa tinggalkan like dan koment ya ❤️❤️

Terpopuler

Comments

mochamad ribut

mochamad ribut

up

2024-04-10

0

mochamad ribut

mochamad ribut

lanjut

2024-04-10

0

Al Fatih

Al Fatih

apa itu David,Nico dan Rifki?

2024-04-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!