Happy Ending-06

Charlie, Nico, Juwita, dan Sherli duduk bersebelahan, mencoba untuk fokus pada materi rapat yang disampaikan oleh pak David. Pak David, yang berdiri di ujung meja dengan percaya diri, tampak serius dalam menyampaikan poin-poin penting yang perlu diperhatikan oleh para peserta rapat.

Suara berat pak David terdengar jelas di seluruh ruangan, menandakan pentingnya materi yang sedang disampaikan. Di atas meja rapat, terdapat berbagai alat tulis dan dokumen yang telah disiapkan sebelumnya. Berbagai grafik dan diagram tampak rapi dijajarkan, mencerminkan hasil analisis yang telah dilakukan tim.

Di sisi lain meja, terdapat beberapa gelas air mineral dan kopi yang siap untuk memberikan kelegaan bagi peserta rapat yang mungkin merasa haus atau lelah. Namun, di balik keseriusan rapat yang sedang berlangsung, terasa pula ketegangan yang menggelayuti ruangan. Setiap peserta rapat tampak memikirkan segala kemungkinan yang mungkin terjadi, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan.

Wajah-wajah mereka menunjukkan ekspresi cemas dan khawatir, seolah-olah mereka sedang menanti keputusan penting yang akan menentukan nasib mereka.

Sejak Charlie masuk ke dalam ruangan tersebut. Pria ini tak bisa fokus pada ucapan Pak David melainkan terus memperhatikan Nico yang saat ini duduk di depannya. Sesekali, Charlie menatap Pak David penuh kecurigaan.

"Charlie,"

"Charlie!"ulang Pak David dengan keras saat Charlie tak fokus. Pria itu segera menoleh dan menatap Pak David.

"Apa kamu mendengarkan apa yang ku katakan barusan?"tanya Pak David.

"Iya, Pak."

Ketukan pintu ruangan rapat dari luar membuat Pak David dan yang lain menoleh secara bersama.

"Siapa?"Pak David bertanya saat mendengar suara ketukan tersebut. Pintu ruangan terbuka. Itu adalah Lina sang resepsionis. Tetapi, siapa dua orang yang berdiri di belakang Lina?

"Maaf, Pak. Di luar ada pihak kepolisian yang ingin berbicara dengan Anda terkait kasus kematian sang karyawan magang yang bekerja di sini. Menurut keterangan yang dikatakan oleh pihak berwajib, seseorang telah melaporkan kasus ini kepada mereka. Jadi, orang itu curiga kalau kasus Alia adalah kasus pembunuhan bukan bunuh diri,"jelas Lina dengan detail. Terlihat jelas raut-raut wajah panik yang terpancarkan dari empat orang tersebut selain Charlie.

Nico membulatkan matanya mendengar ucapan itu. Juwita ikut cemas begitu juga dengan Sherli yang mendadak gugup. Pak David berusaha untuk tenang saat berjalan ke arah pintu ruangan rapat. Charlie, ingin sekali mendengar tentang apa yang ingin pihak berwajib tanyakan pada Pak David. Charlie yakin jika yang melaporkan kasus ini adalah Dokter Syahril yang membantu untuk melakukan otopsi atas jenazah Alia.

"Mari kita bicarakan di ruangan, Saya."Pak David membawa dua orang polisi tersebut ke ruangannya. Charlie mengerutkan keningnya karena tak bisa mengetahui apa yang ingin mereka bahas.

"Charlie, kamu mau ke mana?"Nico bertanya saat Charlie ingin meninggalkan ruangan tersebut.

"Aku ingin ke toilet,"jawab Charlie dan pergi dengan tergesa-gesa. Kini hanya tinggal Juwita dan Sherli serta Nico juga.

Mereka bertiga nampak berpikir mengenai kasus Alia.

"Juwita, kamu kan teman Alia. Masak kamu nggak tahu sih teman kamu punya masalah sampai mau bunuh diri?"tanya Sherli. Juwita menghela napasnya.

"Memangnya aku ibunya yang harus mengetahui kehidupan pribadinya?"jawab Juwita dengan ketus. Meskipun keduanya berasal dari kampus yang sama semua orang juga tahu Juwita dan Alia tak seakrab yang mereka pikirkan.

Charlie mengendap-endap sampai tiba di depan ruangan CEO. Charlie sudah berusaha untuk menguping tetapi Charlie tak dapat mendengar apapun dari dalam. Hanya saja, Charlie dapat melihat jika Pak David memberikan sejumlah uang kepada pihak kepolisian saat itu juga. Entah apa yang mereka bicarakan Charlie tak bisa mendengar hal itu. Saat itu juga Charlie ingin masuk dan menanyakan langsung pada Pak David. Tetapi, Charlie sadar bahwa dirinya saat ini sedang menyamar dan belum ada yang tahu jika Charlie adalah kakak kandung Alia.

Charlie kembali ke ruangan rapat. Tak lama Pak David masuk masih dengan raut wajah yang tenang. Charlie menatapnya dengan penuh kebencian.

"Apa yang terjadi, Pak?"Sherli adalah orang pertama yang ingin tahu hal itu. Tentu saja kesempatan tersebut dimanfaatkan oleh Charlie.

"Benar, Pak. Apa yang terjadi? Kenapa pihak kepolisian dari ke mari? Apa kita melakukan sesuatu yang melanggar hukum?"tanya Charlie. Sontak, Nico dan Juwita serta Sherli menoleh ke arah Charlie. Begitu juga dengan Pak David.

"Tidak. Itu polisi datang meminta keterangan Ats kematian Alia. Sudah ku katakan perusahaan tak bertanggung jawab atas hal itu. Selama ini Alia juga bekerja tanpa tekanan jadi perusahaan tak ada hubungannya dengan kematian itu,"ungkap Pak David yang kembali kepada rapatnya.

Florist Entertainment merekrut seorang artis baru untuk melakukan proses syuting pembuatan beberapa produk iklan. Oleh sebab itu Pak David meminta tim yang bertanggung jawab untuk segera melakukan proses syuting pembuatan iklan itu. Tempat yang dipilih Pak David adalah villa. Pak David meminta mereka semua untuk datang ke villa.

"Ini semua alamat dan kunci kamar masing-masing dari kalian. Aku harap kalian semua dapat bekerja dengan benar. Ingat, jangan melakukan kesalahan apapun yang akan merugikan perusahaan,"Pak David mengingatkan semua orang. Charlie mengangguk setuju. Jika Charlie dapat tinggal satu atap dengan mereka selama satu Minggu. Maka dengan mudahnya Charlie akan membongkar kejanggalan di antara semua orang yang ada di perusahaan tersebut.

Sore hari....

Charlie datang menemui Pak David dengan membawakan dokumen yang di minta Nico untuk memeriksanya. Setelah selesai Charlie mengantar dokumen tersebut ke ruangan Pak David. Kesempatan kali ini Charlie ingin menanyakan tentang jam tangan tersebut kepada Pak David. Memendam kecurigaan bukanlah cara yang tepat. Jadi, Charlie memutuskan untuk segera mencari tahu semuanya.

"Oh, Charlie. Letakkan saja dokumen itu di atas meja,"seru Pak David yang sedang berdiri di depan rak buku yang ada di dalam ruangan kerjanya.

"Baik,"Charlie berjalan ke arah meja kerja Pak David. Lalu, tanpa sengaja melihat sesuatu di dalam laci meja tersebut. Sebuah kalung yang sangat familiar bagi Charlie. Lalu, Charlie teringat jika kalung tersebut pernah di pakai oleh adiknya, Alia.

'Kalung Alia kenapa ada di dalam laci Pak David?'batin Charlie seraya menoleh dan menatap pria itu yang terus memandangi foto nya.

Terpopuler

Comments

mochamad ribut

mochamad ribut

up

2024-04-10

0

mochamad ribut

mochamad ribut

lanjut

2024-04-10

0

mudahlia

mudahlia

astaga knp msih penuh tanya sih

2024-03-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!