Happy Ending-03

Minggu ini terasa begitu berat bagi Charlie, setelah kepergian adik kesayangannya, Alia. Tetapi, dia tak bisa berlarut dalam kesedihan.

Charlie memutuskan untuk mencari tahu misteri di balik kematian Alia. Dengan tekad yang kuat, Charlie berhasil masuk ke perusahaan Florist Entertainment, tempat Alia bekerja sebelum meninggal.

Senin pagi, Charlie mengenakan pakaian rapi dan berangkat ke kantor dengan hati yang berdebar-debar. Begitu sampai di sana, Charlie disambut oleh resepsionis yang ramah.

"Selamat pagi, nama saya Charlie. Saya karyawan baru di sini," ucap Charlie dengan nada gugup.

"Selamat pagi, Charlie! Selamat datang di Florist Entertainment. Saya Lina, resepsionis di sini. Mari, saya antar ke ruang kerja Anda," sahut Lina sambil tersenyum.

Seiring berjalannya waktu, Charlie mulai menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja baru. Dia mencoba mencari tahu informasi tentang Alia dari rekan-rekan kerjanya.

Namun, sepertinya tak ada yang tahu banyak tentang Alia. Mereka hanya mengenal Alia sebagai karyawan yang rajin dan pendiam. Suatu hari, Charlie menemukan sebuah buku catatan di laci meja kerja Alia yang tertinggal.

Dia membaca catatan tersebut dan menemukan sebuah kalimat yang mencurigakan, "Saya rasa ada yang tidak beres dengan proyek ini. Saya harus segera menyampaikannya pada atasan." Malam itu, Charlie tidak bisa tidur. Dia terus memikirkan kalimat dalam buku catatan Alia.

Akhirnya, Charlie memutuskan untuk menyelidiki proyek yang dikerjakan oleh Alia. Dia mencari informasi dan berbicara dengan beberapa karyawan yang terlibat dalam proyek tersebut. Setelah mengumpulkan cukup bukti, Charlie menyadari bahwa ada praktik yang tidak etis di balik proyek tersebut.

Dia berpikir bahwa Alia mungkin telah mengetahui hal ini dan ingin mengungkapkannya. Tetapi, sebelum Alia sempat berbicara, dia ditemukan tewas secara misterius. Dengan bukti yang telah dikumpulkan, Charlie bertekad untuk membongkar skandal ini dan mengungkap kebenaran di balik kematian adiknya, Alia. Meskipun perjalanannya masih panjang dan berliku, Charlie tidak akan menyerah demi mencari keadilan untuk Alia.

Selama empat hari di perusahaan Florist Entertainment, Charlie belum cukup memahami masalah di balik kematian Alia. Masih banyak yang janggal dengan kejadian itu.

"Permisi, Pak Nico."Charlie datang menemui Nico selaku manager perusahaan Florist Entertainment.

"Iya, Charlie. Apa ada yang kamu butuhkan?"pria itu menoleh dan tersenyum kepada Charlie. Tak ada yang tahu apa hubungan Alia dengan Charlie. Hanya saja, semenjak kehadiran Charlie di perusahaan itu semua orang seakan kembali mengenang keberadaan Alia karena setiap hari Charlie akan membahas dan bergosip tentang Alia guna untuk mencari tahu keberadaan dibalik kematian sang adik. Tetapi, terlihat begitu jelas beberapa staf karyawan di sana mencoba menyembunyikan kebenaran yang mereka ketahui dari Charlie.

"Pak, apa proyek ini masih berlanjut? Saya melihat sebelumnya proyek ini di tanggung oleh salah satu karyawan magang. Tetapi, di sini...."

"Itu tidak perlu kamu urus lagi, Charlie. Juwita akan bertanggung jawab dengan proyek itu,"Nico menyela ucapan Charlie saat pria itu akan membahas tentang Alia.

"Baik, Pak. Kalau begitu saya permisi dulu,"Charlie berkata sembari berbalik. Tetapi, Nico kembali memanggil dan menghentikan langkah kaki Charlie.

"Tunggu Charlie!"

Charlie berbalik dan menoleh kembali ke arah Nico.

"Ambil dokumen ini dan antar ke ruangan Pak David,"ujar Nico. Charlie mengangguk dan segera membawa dokumen itu pergi dari ruangan tersebut.

Charlie menghela napas dalam-dalam, menguatkan diri sebelum mengetuk pintu ruangan Pak David, CEO perusahaan Florist Entertainment. Dia membawa dokumen yang dititipkan oleh Nico untuk diserahkan kepada Pak David.

Begitu pintu terbuka, Charlie menahan kaget saat melihat foto yang terpajang di dinding ruangan tersebut. Dalam foto itu, Pak David tersenyum lebar dengan jam tangan yang sama persis dengan jam tangan yang Charlie temukan di kamar Alia beberapa hari lalu.

 Detak jantung Charlie berpacu, mencoba mencerna informasi ini. Apakah kematian adiknya, Alia, ada hubungannya dengan Pak David? Charlie berusaha menenangkan diri dan melupakan sejenak foto tersebut.

Dia menyerahkan dokumen yang dititipkan oleh Nico kepada Pak David yang tampak sibuk di balik meja kerjanya.

"Terima kasih, Charlie. Katakan pada Nico nanti malam ada rapat jam 19.20, malam. Katakan pada Juwita dan juga Sherli," ucap Pak David tanpa menatap Charlie. Suara Pak David terdengar tenang dan datar, membuat Charlie semakin bertanya-tanya. Setelah keluar dari ruangan Pak David, Charlie terus berpikir keras.

Pikirannya terus menerawang ke sosok adiknya yang meninggal secara mengenaskan beberapa waktu lalu. Apakah ada keterlibatan Pak David dalam kematian adiknya? Seiring waktu berjalan, Charlie semakin yakin bahwa ada sesuatu yang tersembunyi di balik kematian adiknya. Dia bertekad untuk mengungkap kebenaran itu, walaupun harus melawan sang CEO yang memiliki kekuasaan besar di perusahaan tempatnya bekerja. Dengan rasa penasaran yang kian membuncah, Charlie mulai mengumpulkan berbagai informasi mengenai Pak David dan hubungannya dengan Alia.

Setiap petunjuk yang ditemukan semakin menguatkan dugaan Charlie bahwa sang CEO memang terlibat dalam kematian Alia. Tetapi, Charlie tahu bahwa mengungkap kebenaran ini tidak akan mudah. Dia harus berhati-hati dan bersabar, sekaligus mempersiapkan diri menghadapi risiko yang mungkin muncul akibat keberaniannya mengungkap rahasia besar ini.

Jam 19.20, malam. Banyak karyawan Florist yang sudah pulang. Hanya tertinggal beberapa orang saja di sana. Charlie melihat adanya Nico dan Juwita yang sedang berbicara di koridor perusahaan. Tak lama, muncul Sherli wanita yang dikenal sebagai senior yang dihormati banyak karyawan Florist.

Namun, ketika Charlie akan pergi meninggalkan kantor. Rifki tak sengaja menabrak Charlie yang membuat dua orang itu terjatuh.

"Rifki!"pekik Charlie yang terkejut. Awalnya, Charlie hanya fokus melihat ke arah Nico dan yang lain sehingga tak memperhatikan Rifki yang tiba-tiba muncul.

"Ma-maaf, Charlie. Aku tak melihatnya,"ucap Rifki dengan gugup. Pria berkaca mata itu menjadi pria yang pendiam dan tak banyak bicara. Penampilannya yang cupu membuat Rifki dijauhi oleh karyawan yang lain.

"Tak masalah. Apa kau ingin pulang? Aku juga mau pulang. Ayo, kita pulang sama!"ajak Charlie. Tetapi, Rifki menolaknya.

"Tidak apa-apa Charlie. Aku bisa pulang sendiri,"Rifki menjawab, serta menyembunyikan pulpen berwarna merah yang ada di tangannya.Hal itu, menarik perhatian Charlie. Kening Charlie berkerut dan terus menatap ke arah Rifki yang sudah berlalu pergi meninggalkan Charlie di depan ruangannya.

"Charlie, kamu belum pulang?"seseorang menegur Charlie yang membuat pria ini menoleh dan tersenyum kepada tiga orang yang kini berdiri di depan Charlie.

"Baru saja mau pulang,"jawab Charlie dengan sedikit senyuman. Tiga orang itu lantas berpamitan sama Charlie untuk menemui Pak David yang kini sudah berada di ruang rapat.

Terpopuler

Comments

mochamad ribut

mochamad ribut

up

2024-04-10

0

mochamad ribut

mochamad ribut

lanjut

2024-04-10

0

mudahlia

mudahlia

udah kayak main teka teki ..

2024-03-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!