"Mas percaya padaku?"
"Tentu saja, aku akan selalu percaya padamu, Wulan."
"Terima kasih, Mas. Terima kasih banyak. Mas orang pertama yang mempercayaiku."
Percakapannya dengan Wulan kembali mengiang di telinga, membuat hati Sandi lemah.
Berjalan gontai menapaki teras dengan jas yang tersampir di bahu. Namun, saat tangan hendak mengetuk, samar-samar ia mendengar percakapan antara Miranda dan Risna. Tangan Sandi mengepal, membuka pintu dengan kasar dan berjalan cepat.
"Sudahlah, kamu tidak perlu khawatir. Semuanya sudah jelas, alasan Wulan keluar dari rumah ini karena dia sudah berani menggoda iparnya sendiri. Apa lagi?"
"Apa! Jadi karena suamimu istriku keluar dari rumahnya sendiri?" seru Sandi sembari berjalan mendekat ke ruang keluarga.
Kedua wanita berbeda usia itu menoleh dengan mata melebar, mulut mereka menganga, jantung tiba-tiba berdetak tak menentu.
"Sa-sandi?" Lidah Risna kelu, meneguk saliva pun amat kesulitan.
"Sandi, sayang. Kapan kamu pulang, Nak? Kenapa tidak bilang-bilang kalau mau pulang?" Miranda berdiri, mendekat ke arah anaknya hendak memeluk.
Namun, tangan Sandi yang terangkat ke depan, mengisyaratkan penolakan. Miranda membeku, urung berhambur ke pelukan sang anak.
Sandi berjalan ke hadapan Risna dengan wajah yang datar dan dingin. Istri Ferdi itu semakin bergetar ketakutan. Menunduk dengan cepat ketika dua manik Sandi menghujam tepat pada bola matanya.
"Katakan lebih jelas padaku, apa benar Wulan menggoda suamimu itu?" tuntut Sandi lebih tegas.
Dia tidak percaya begitu saja, meski belum lama mengenal Wulan Sandi tahu istrinya bukan gadis seperti itu. Sandi terus meyakinkan hatinya menolak pernyataan yang baru saja dia dengar. Ingat pada janji akan selalu percaya padanya.
"Itu benar, Sandi. Wulan menggoda iparmu. Kita yang sudah dibutakan oleh kepolosannya sehingga tak sadar sudah memelihara ular berbisa di rumah sendiri," sambar Miranda sembari mendekat ke arah mereka.
Sandi melirik, mengatur udara yang masuk ke dalam paru-paru, meredakan gejolak emosi yang memuncak.
"Kalau kamu tidak percaya, kamu bisa tanya pada Ferdi. Aku memergokinya sedang menggoda suamiku," sambung Risna mendapat keberanian setelah melihat pembelaan Miranda.
"Dan kalian percaya begitu saja? Lalu, mengusir istriku dari rumah ini? Begitu?" protes Sandi sengit. Matanya menyalang menatap kedua wanita yang selama ini dia hormati.
Miranda menghela napas, mengusap punggung anaknya dengan lembut. Mencoba membuat Sandi percaya pada situasi yang mereka lihat beberapa bulan lalu.
"Memang seperti itu kejadiannya, Sandi. Apa lagi? Apa kamu sudah tidak mempercayai kami?"
Percaya? Aku akan selalu percaya pada istriku. Sandi bergumam di dalam hati.
"Kenapa kamu menerimanya?"
"Karena tidak ada yang dapat aku lakukan lagi selain menerimanya. Aku tidak bisa melakukan apapun, menuntut seseorang untuk percaya padaku juga rasanya mustahil."
"Kenapa kamu tidak membela diri? Setidaknya menjelaskan."
"Semua itu percuma."
Ia memejamkan mata kala teringat percakapannya dengan Wulan. Tidak ada yang mempercayainya selain dia sebagai suami Wulan. Sandi meyakinkan hati, dan terus meyakinkannya bahwa Wulan tidak bersalah. Dia hanya mengalah dan menerima kesalahan itu karena tak ada yang percaya padanya.
Sandi membuang udara, melepaskan gejolak yang sempat menimbulkan kebencian terhadap Wulan.
"Apa kalian melihat sendiri kejadiannya?" Ia bertanya setelah membuka mata dan menatap pada Risna. Rahangnya mengeras, urat-urat di wajahnya pun menegang.
Risna gugup, dia memang tidak melihat kejadiannya. Hanya memergoki ketika Ferdi mendorong tubuh Wulan hingga terjerembab di lantai. Risna menunduk ketika mata Sandi menohok tajam kedua maniknya.
"Aku akan tanya sekali lagi, apa kalian melihat kejadiannya?" tuntut Sandi menahan getaran lisannya.
"I-itu ... a-aku ...."
"Risna memergoki mereka, Sandi. Beruntung saat itu, Ferdi mendorong tubuh Wulan ketika istri kamu itu semakin gila," sambar Miranda membuat Sandi kembali memejamkan mata sambil menahan geram.
"Hanya seperti itu saja? Mana mungkin aku percaya. Bagaimana jika kejadiannya dibalik? Suamimu yang pengangguran itulah yang menggoda istriku dan hendak melecehkannya," ucap Sandi menatap remeh pada Risna.
Mendengar itu, mata Risna membulat sempurna. Tidak terima dengan pernyataan Sandi yang membalikkan fakta.
"Jangan sembarangan, Sandi! Suamiku tidak seperti itu. Dia-"
"Apa?" potong Sandi dengan cepat. "Dia pernah memanfaatkan uangku untuk berselingkuh dengan banyak wanita? Begitu?" lanjut Sandi begitu menohok jantung Risna.
"Tutup mulutmu, Sandi! Itu kejadian lama dan aku sudah melupakannya," tolak Risna masih tidak bisa menerima kenyataan.
Sandi tertawa sumbang, menggeleng sambil menatap Risna dengan menyedihkan.
"Jangan naif, Kak. Aku tahu Kakak tidak pernah bisa melupakan semua itu. Sama seperti Kakak dan Mamah, aku akan tetap percaya bahwa Wulan tidak bersalah. Laki-laki itulah yang telah menggoda istriku karena merasa ada kesempatan."
Plak!
Risna berdiri, menampar Sandi dengan sekuat tenaga. Suami Wulan itu tersenyum miris, hanya karena laki-laki pengangguran seperti Ferdi Risna sampai tega menamparnya.
"Jangan pernah menghina suamiku!" ucap Risna tertahan.
Sandi kembali tertawa, berpaling menatap sang kakak.
"Juga jangan pernah merendahkan istriku! Aku tidak suka ada yang menghinanya apalagi sampai mengatainya sebagai perempuan gatal. Dia perempuan baik-baik, tidak sama seperti suamimu yang mudah berpaling dengan alasan bosan," sambar Sandi dengan berani.
Miranda menegang, membeku melihat pertengkaran kedua anaknya. Bingung harus memilih siapa, dan memilih untuk tetap berada di tengah.
Sandi berbalik dan berjalan meninggalkan mereka, tapi kemudian dia berhenti dan menatap keduanya dengan tajam.
"Kalau sampai aku menemukan kebenarannya, bahwa Wulan tidak bersalah maka, aku tidak akan segan memenjarakan suamimu itu. Juga kalian harus pergi dari rumahku ini!" ancam Sandi dengan tegas. Setelahnya dia pergi meninggalkan rumah, kembali mengendarai roda empatnya menuju apartemen.
"Mah, bagaimana ini?" Risna terlihat cemas dan gelisah.
Miranda pun nampak bingung dengan situasi yang terjadi saat ini. Siapa yang harus dia percayai sekarang? Ferdi yang sudah bertahun-tahun menjadi menantunya, ataukah Wulan yang baru beberapa bulan bergabung menjadi anggota keluarga.
"Salah kamu kenapa tidak mendengarkan penjelasan Wulan dulu waktu itu? Sekarang cuma Ferdi yang bisa menjelaskan semuanya kepada Sandi karena dialah kunci dari masalah ini," sahut Miranda kesal.
Terbersit sedikit rasa sesal di hatinya karena pada waktu itu tak mau mendengarkan penjelasan Wulan terlebih dahulu.
"Terus bagaimana, Mah?" rengek Risna bingung.
"Ada apa, sayang? Kenapa kalian tegang begitu?" Ferdi muncul dan nampak bingung melihat istri dan mertuanya yang sedang merasa cemas.
"Mas! Sandi pulang dan dia tidak percaya dengan cerita kamu. Dia akan menuntut kamu kalau terbukti Wulan tidak bersalah," cerocos Risna cepat.
Ferdi gugup seketika, peluh sebesar-besar biji beras bermunculan di pelipis. Disapunya cepat sambil melayangkan senyum hambar.
"Mas, kamu tidak berbohong, 'kan? Apa yang kamu bilang itu benar, 'kan?" Risna bangkit dan menginterogasi suaminya itu. Kedua tangan kakak Sandi itu mencengkeram kemeja Ferdi, menuntut kejelasan.
"Sayang, kamu tenang, ya. Tentu saja apa yang aku bilang sama kamu itu benar," ucap Ferdi sambil tertawa untuk menyembunyikan kegugupannya.
Miranda diam memperhatikan, mulai menaruh curiga pada menantu laki-lakinya itu.
Gawat kalau sampai Sandi mencari bukti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Maulana ya_Rohman
pelan tapi pasti akan terbongkar...
2024-02-26
1
Sugiharti Rusli
kalo dalam Islam harus bersikap tabbayun, dan Sandi harus melakuakan itu terlebih dahulu
2024-02-26
1
Yuliana Tunru
cari bukti dan cari istrimu sandi dia sendiruan dan mencari nafkah bust hidup x
2024-02-25
1