Diusir

"Ada apa ini?"

Mamah mertua datang tepat ketika tubuh Wulan terjerembab di ambang pintu. Tanpa segan ia membantu sang menantu untuk berdiri. Memeriksa kondisinya dengan penuh perhatian.

"Kamu tidak apa-apa? Astaga, apa ini? Siapa yang melakukan ini, Nak?" cecarnya sembari menyibak rambut Wulan dan menelisik dengan seksama bekas jari Ferdi di pipinya.

Wulan menunduk, memegangi pipi yang kembali terasa berdenyut. Dia bahkan lupa bekas tamparan itu karena berusaha keras melepaskan diri dari cengkeraman Ferdi.

"Wulan, katakan, Nak! Siapa yang melakukan ini? Mamah tidak tahu harus menjawab apa ketika Sandi nanti bertanya," desak sang mertua sembari memegangi kedua bahu Wulan.

Ferdi menegang, membulatkan mata gelisah. Detik kemudian rahangnya mengeras, otak liciknya berputar-putar mencari alasan agar dia tidak disalahkan. Sementara Risna menatap nyalang pada Wulan yang seolah-olah menjadi korban, padahal dialah pelakunya. Begitu isi pikiran kakak Sandi itu.

Bukannya menyahut, bahu Wulan justru berguncang beriringan dengan suara lirih isak tangis yang menguar dari sela bibirnya. Namun, Wulan belum membuka suara, masih ada keraguan di hati apakah sang mertua akan percaya padanya?

"Wulan-"

"Mah! Menantu Mamah yang satu itu tidaklah sebaik kelihatannya." Suara Risna menggelora memangkas ucapan sang mamah.

Wanita paruh baya itu menoleh, berbalik menghadap sang anak membelakangi Wulan yang masih tertunduk sambil memegangi pipinya. Sekarang, baru terasa perih dan nyeri. Mungkin saja bagian dalamnya terluka.

"Apa maksud kamu?" tanya Mamah menuntut penjelasan Risna. Diliriknya suami sang anak yang segera menunduk berpaling menghindari tatapan.

"Mas, kamu jelaskan sama Mamah apa yang dia lakukan tadi?" pinta Risna menepuk lengan sang suami agar mengangkat wajah dan menjelaskan kepada Mamah mereka.

Ferdi menggaruk kepalanya yang tak gatal, meringis tak enak. Tepatnya, dia tidak ingin memperpanjang karena bisa saja semua kebohongan yang sudah berhasil mengambil hati Risna akan rusak dan hancur.

"Sudahlah, tidak apa-apa. Tidak usah diperpanjang juga, ini hanya kesalahpahaman saja," ucapnya terbata-bata. Sungguh dia pandai sekali berakting, seolah-olah menjadi yang tertindas padahal sebaliknya.

"Apa maksud kamu? Apanya yang tidak apa-apa? Aku tidak sudi tinggal satu rumah dengan perempuan tidak tahu diri itu." Risna meradang, menuding Wulan yang menengadah menunjukkan air matanya yang kembali membanjir.

Sang mamah melirik Wulan. "Siapa yang tidak tahu diri? Jelaskan sama Mamah, Risna. Tidak udah berbelit-belit seperti ini," tuntut wanita itu dengan dahi yang mengerut. Heran dan bingung juga dengan apa yang sedang terjadi.

Risna berjalan mendekat, mencengkeram tangan Wulan yang menutupi pipi dan menahannya dengan sangat kuat. Menatap bekas jari sang suami yang begitu kentara dan meninggalkan jejak kebiruan di sudut bibir Wulan.

"Hmm ... kamu memang pantas mendapatkan itu meski aku rasa ini belum seberapa dibandingkan apa yang sudah kamu lakukan," maki Risna sambil menghempaskan tangan Wulan dengan sangat kuat hingga membuat tubuhnya termundur.

"Memang apa yang sudah dilakukan Wulan sampai membuat kamu marah seperti ini?" Suara Mamah mertua meninggi karena tak ada satu pun yang menjelaskan perkara yang sedang terjadi.

Risna mendekat, mencibir Wulan yang bersembunyi dibalik tubuh mamahnya. Dengan gerakan secepat kilat, dia mendorong tubuh Wulan menjauh dari sang mertua hingga istri Sandi itu kembali terjerembab di lantai. Lalu, menatap nyalang seolah-olah Wulan adalah mangsa empuk untuk dikuliti hidup-hidup.

"Dia perempuan gatal, Mah. Berani-beraninya dia menggoda suamiku di saat semua orang tidak ada di rumah," ujar Risna dengan geram.

Mata Miranda membelalak, rasa tak percaya menantunya yang selama ini baik dan tidak pernah berbuat macam-macam dapat melakukan hal kotor seperti itu. Wulan menggeleng, air mata jatuh tak terhentikan. Sungguh, siapa yang akan mempercayainya saat ini? Tak satupun. Maka yang dia lakukan hanyalah pasrah pada nasib yang akan dia terima.

"Apa yang kamu katakan, Risna? Tidak mungkin adik ipar kamu melakukan hal kotor seperti itu? Dia istri Sandi," tolak sang Mamah tak ingin percaya.

Sementara laki-laki pengecut itu, hanya diam sambil berusaha mati-matian menyembunyikan kegugupan.

"Mamah bisa tanya sendiri pada suamiku, dia masih di sana. Beruntung suamiku tidak tergoda oleh perempuan gatal ini." Risna menunjuk suaminya, kemudian menuding Wulan.

Istri Sandi itu menunduk, terisak tanpa ada yang mempedulikan. Saat ini dia berharap Sandi datang dan membelanya seperti biasa. Percaya padanya bahwa ia tak akan melakukan hal kotor seperti itu.

"Benar itu, Nak Ferdi? Apa Wulan menggodamu?" tanya Miranda sambil menatap menantu laki-lakinya dengan kerutan di dahi.

Laki-laki itu gugup, menyeka keringat diam-diam. Menyusun kata agar mereka percaya padanya.

"Aku sendiri tidak tahu, Mah. Tiba-tiba saja Wulan datang dan menabrakkan tubuhnya padaku. Entah apa yang ingin dia lakukan, tapi semakin aku diam dia semakin berani. Bahkan, hendak melakukan sesuatu padaku. Aku ... aku bingung menjelaskannya. Beruntung aku cepat tersadar hingga berhasil menjauhkannya dariku," kilah Ferdi sembari melirik Wulan dan mencibirnya.

Wulan terperangah, air matanya semakin deras.

"Tidak, Mah. Bohong! Dia bohong!" ucap Wulan membela diri sendiri.

Miranda bingung harus percaya pada siapa.

"Ayolah, Mah. Aku sudah sepuluh tahun lebih menjadi menantu Mamah dan sudah memberikan satu orang cucu. Apa selama ini aku pernah berbuat macam-macam? Sedangkan Wulan belum lama menjadi menantu di rumah ini, kita belum tahu seperti apa sifatnya," ucap Ferdi tak ingin Wulan melakukan pembelaan diri.

Miranda menatap Wulan dengan mata yang merah penuh amarah. Benar, tak akan mungkin dia percaya pada Wulan yang baru jadi menantu. Berbeda dengan Ferdi yang sudah lama menjadi bagian anggota keluarga suaminya itu. Jadilah, Wulan hanya pasrah dan tidak akan pernah melakukan pembelaan lagi. Semua itu percuma.

Dijambaknya rambut Wulan, diangkatnya tubuh lemah itu hingga dengan terpaksa Wulan mengikuti tarikan tangan Miranda.

Plak!

Sebuah tamparan yang tak kalah keras kembali mendarat di pipinya untuk yang kedua kali. Tubuh Wulan oleng hingga membentur tiang pintu. Menangis dan meratap, mengiba memohon ampunan, jelas semua itu sia-sia. Apalagi melakukan pembelaan.

"Kurang ajar kamu, ya. Aku terima kamu tinggal di sini karena menghargai anakku. Tak kusangka kelakuanmu begitu kotor. Berani-beraninya kamu menggoda suami iparmu sendiri. Kamu mau berkhianat pada anakku!" hardik Miranda menuding keras kepala Wulan.

Gadis itu tak berdaya, hanya menangis tergugu yang dapat ia lakukan.

"Pergi kamu dari sini! Aku tidak sudi membiarkan menantu sepertimu tinggal di rumah ini! Pergi dan jangan membawa apapun dari rumah ini. Semua ini bukan milikmu!" usir Miranda sembari menarik tas milik Wulan dengan paksa.

"Pergi!" Risna mendorong tubuh Wulan hingga keluar dari pintu.

Wulan menatap mereka, ada dendam terbersit di dalam hatinya. Terlebih saat tatapan mata berpaku pada sosok Ferdi. Laki-laki itu tersenyum penuh kemenangan. Wulan mengusap kasar air mata di pipi, terlalu berharga jika dijatuhkan untuk mereka semua.

"Baik, aku akan pergi. Ingat, semua kebenaran pasti akan terungkap! Allah tidak tidur, DIA melihat apa yang tidak bisa dilihat manusia!"

Wulan melempar tatapan tajam pada Ferdi sebelum berbalik dan pergi meninggalkan rumah mewah tersebut. Ke mana kaki akan melangkah? Entahlah.

Terpopuler

Comments

Soraya

Soraya

thor alurnya jgn terlalu halu bgt ya diksih riel dikit

2024-03-13

0

Sugiharti Rusli

Sugiharti Rusli

oh dia terusir dari rumah suaminya, memang Wulan sebatang kara kah,,,

2024-02-24

1

Hafifah Hafifah

Hafifah Hafifah

bagus wulan air matamu terlalu berharga buktikan pada mereka lw kamu g seperti yg mereka pikirkan.meski pun nanti sandi g percaya padamu biarkan aja jadilah wanita kuat dan jangan mudah di tindas kamu pantas hidup bahagia udah cukup kamu menderita selama ini

2024-02-22

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!