Sebenarnya sudah beberapa kali Ferdi--kakak iparnya itu hendak melakukan tindakan tak senonoh terhadap Wulan. Namun, tak pernah terlaksana karena selalu terpergok oleh istri atau mertuanya, juga anak mereka.
Wulan selalu waspada ketika semua orang pergi, itulah kenapa dia lebih banyak menghabiskan waktu di luar sampai semua orang kembali ke rumah dan berkumpul. Kamar pun tak pernah lupa ia kunci, dan pagi itu dia hendak pergi. Wulan pikir, laki-laki itu pun ikut pergi.
Tangan Ferdi dengan lancang mengusap air mata di pipi Wulan. Meraba kulit wajah gadis itu sampai ke lehernya. Bahkan, dia pun dengan berani mengendus pundak Wulan yang jelas-jelas tertutup kemejanya.
"Kumohon, jangan lakukan ini padaku. Jangan!" Wulan meronta dengan sekuat tenaga ketika bibir Ferdi mendarat di bagian lehernya.
"Diam!" Ferdi membentak, tapi Wulan tak jua berhenti meronta.
Plak!
Sampai satu tamparan yang cukup keras mendarat di pipi kirinya, meninggalkan jejak kemerahan yang sangat jelas. Wajah Wulan berbalik kasar, sampai pelipisnya membentur dinding. Rasa pening mendera, tapi ia tak bisa lengah.
"Lepaskan aku, brengsek! Akan aku adukan perbuatan kamu ini pada mamah dan istrimu!" Wulan kembali mengancam, sambil terus mencoba untuk melepaskan diri dari cekalan tangan besar Ferdi.
"Argh!" Wulan menjerit manakala tangan Ferdi menahan rahangnya ke dinding.
"Aku tidak peduli, adukan saja pada mereka. Yang ada mereka tidak akan pernah mempercayai kamu, dan pasti akan mengusir kamu dari rumah ini. Setelah itu, kamu tahu apa yang akan terjadi? Bahkan, Sandi saja tidak akan pernah percaya padamu," tekan Ferdi yang kemudian menyeringai menunjukkan kebengisan dalam dirinya.
Cuih!
Wulan melempar ludah tepat di wajahnya. Ferdi yang jengah, menekan dagu gadis itu dengan kuat. Disapunya cairan menjijikkan dari wajah, untuk kemudian dia mengikis jarak antara mereka.
"Jangan munafik, Wulan. Aku tahu kamu sangat menginginkan itu dari suamimu, tapi sayang dia lumpuh dan tidak dapat memberikannya. Kamu tenang saja, sebagai ipar yang baik aku akan mewujudkan apa yang tidak dapat diwujudkan laki-laki itu."
Ferdi menyeringai, mulai menyerang Wulan dengan beringas. Sekuat tenaga Wulan menghindar, kedua tangan pun tak ia biarkan terdiam. Mendorong dada Ferdi dengan kuat berharap laki-laki itu akan menjauh. Akan tetapi, gagal karena tenaga Ferdi lebih kuat darinya.
"Lepaskan aku, kamu laki-laki brengsek, bajingan! Siapa yang sudi memberikan kehormatan pada laki-laki bejat kayak kamu!" kecam Wulan sembari terus berusaha mendorong tubuh Ferdi meski laki-laki itu pun terus melakukan serangan.
Ferdi tak tinggal diam, dia kembali menahan kedua tangan Wulan dan melanjutkan serangan. Namun, tak satupun serangannya mengenai sasaran. Hal tersebut membuat Ferdi geram, diseretnya tubuh Wulan dan dibanting di atas ranjang.
Gadis itu tak menyia-nyiakan sekecil apapun kesempatan, dia bangkit dan mencoba untuk pergi, tapi lagi-lagi Ferdi mendorongnya dengan kuat sehingga tubuh Wulan kembali terjengkang ke atas kasur.
"Biarkan aku pergi! Kumohon biarkan aku pergi!" Wulan melawan dengan kedua tangan menahan tubuh Ferdi agar tak jatuh di atasnya.
"Tidak akan aku lepaskan! Diamlah, dan nikmati saja yang akan kita lakukan. Kamu juga pasti akan ikut menikmati rasanya." Ferdi tertawa melihat air mata Wulan yang bercucuran.
Masih melawan meski sadar tenaga tak imbang, tapi bukan saatnya untuk menyerah. Wulan memanfaatkan kakinya yang bebas untuk menendang bagian vital Ferdi, dan berhasil.
"Argh! Brengsek! Dasar perempuan tak tahu diri!" Ferdi mengumpat, berjalan mundur sambil memegangi bagian bawahnya.
Wulan tidak menunggu lebih lama, segera bangkit dan merebut kunci dari tangan Ferdi.
"Awas kamu, Wulan! Kamu tidak akan bisa lepas dariku!"
Sambil meringis, Ferdi mengejar Wulan yang sedang membuka kunci pintu. Gadis itu segera berlari, tapi terlambat karena Ferdi kembali mencekal tangannya.
"Sudah aku bilang kamu tidak akan bisa lepas dariku!" geram laki-laki itu mencengkeram kuat-kuat pergelangan tangan Wulan.
"Tidak! Kumohon, biarkan aku pergi. Lepaskan aku, biarkan aku pergi!" Bagaimanapun Wulan memohon, suami Risna yang sudah dirasuki setan itu tak menggubris.
Dia melempar tubuh Wulan pada sofa di lantai atas, dan kembali menyerang. Ingin menyerah saja rasanya, tapi kesadaran Wulan kembali mengingatkan ada seseorang yang lebih berhak akan datang. Dia mendorong tubuh Ferdi hingga berhasil menciptakan jarak. Lalu, segera berlari menuruni anak tangga.
"Brengsek!" Ferdi mengumpat. Sudah terlanjur dan dia tidak ingin kehilangan kesempatan emas itu. Seperti digerakkan sesuatu yang tak kasat mata, kaki Ferdi melangkah dengan cepat.
Belum sampai tangan Wulan menggapai pintu utama, Ferdi kembali berhasil menarik tubuhnya.
"Argh! Lepas!" Wulan berteriak, bersamaan dengan pintu utama yang terbuka.
Reflek Ferdi mendorong tubuh Wulan dengan sekuat tenaga hingga terjerembab di lantai dengan menyedihkan.
"Brengsek! Dasar perempuan tak tahu malu, kamu pikir aku mau memenuhi permintaan kamu itu, hah! Aku tidaklah mungkin mengkhianati istri serta adik iparku sendiri!" bentak Ferdi sembari menuding Wulan yang menangis sesenggukan di lantai.
Wulan menengadah, mengernyit dahinya mendengar ucapan Ferdi yang bertolakbelakang itu. Air matanya jatuh begitu deras, menatap laki-laki bajingan yang berkacak pinggang sembari menyalang ke arahnya.
"Apa maksudnya ini, Mas? Apa yang sedang kalian lakukan?" Suara Risna menyadarkan Wulan dari situasi yang terjadi. Ia melirik, dan menggeleng pada kakak iparnya itu.
"Ah, sayang!" Ferdi berubah, dia berjalan cepat menghampiri Risna seolah-olah dialah korbannya.
"Ada apa, Mas? Kenapa kamu bisa berduaan dengan Wulan?" cecar Risna sembari menepis tangan Ferdi yang hendak menyentuhnya.
"Sayang, dengarkan dulu. Kamu jangan salah faham. Dia ... Wulan, mencoba merayuku ketika aku hendak mengambil dokumen yang tertinggal di rumah. Dia terus merayuku agar aku mau memenuhi permintaannya. Kamu tahu, 'kan? Dia bilang Sandi tidak berguna dan tidak mampu memberikan kesenangan padanya. Makanya dia merayuku, percaya padaku, sayang," cerocos Ferdi mengarang cerita.
Risna memandang wajah sang suami, mencari kejujuran dari kedua bola matanya. Ferdi memang pandai berakting, dia yakin Risna akan lebih mempercayainya dari pada Wulan. Benar saja, beberapa saat menatap sang suami, Risna mengalihkan pandangan pada sosok Wulan yang masih terduduk di lantai.
Gadis itu menggeleng dengan wajah memelas, menangis sesenggukan dengan air mata yang terus merinai. Sungguh, situasi saat ini membawanya kembali pada masa kelam. Di mana tak satu pun orang yang mempercayai dirinya.
Risna melangkah, berjongkok di hadapan Wulan, dan tanpa diduga-duga ia menarik rambut Wulan dengan sangat kuat sampai istri Sandi itu menjerit.
"Kamu perempuan menjijikkan, aku benar-benar menyesal sudah membiarkan Sandi menikah denganmu. Ternyata benar yang mereka bilang, kamu itu perempuan yang tidak baik. Beruntung aku cepat datang, jika tidak entah apa yang akan terjadi di antara kalian." Risna menghempaskan cekalan tangannya dengan kasar membuat kepala Wulan nyaris saja membentur lantai.
Sementara Ferdi, tersenyum penuh kemenangan meski gagal merebut mahkota Wulan, tapi dia tetap terbebas dari tuduhan.
"Bangun! Kamu tidak pantas berada di rumah ini!" Dengan kasar Risna menarik tangan Wulan, memintanya untuk berdiri. Kakak Sandi itu mendorong tubuh Wulan hingga kembali terjatuh di ambang pintu.
"Pergi! Dan jangan kembali lagi!"
"Ada apa ini?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Sugiharti Rusli
difitnah dengan kejinya yah si Wulan,,,
2024-02-24
1