Hiiiyyy!

Ranti bersyukur, Pak Braja tidak ngamuk barusan. Mengingat ulahnya tadi yang tergolong begitu usil, tapi ia tidak memperkirakan jika lelaki itu akan sebegitu terganggunya. Apalagi, mengingat ekspresinya tadi yang begitu kelam. Sosok itu bahkan memelototinya tajam, tapi tak berlaku apa-apa, dan selanjutnya ia langsung menyuruhnya masuk mobil dan bertandang pulang.

Padahal cuma di tiup-tiup doang, tapi gitu aja ngamukk. Hiiyy ... Apa kabar tuhh aku yang di sindir montel berulang-ulang?

Melirik sekilas, Ranti mencebik acuh tak mau ambil pusing.

Selepas itu, Pak Braja kembali ke mode awal, jutek dan sangar! Tak banyak bicara dan hanya mengatakan satu dua kata, ia hanya berujar jika mereka akan langsung pulang, padahal jam kerja masih begitu panjang. Entah apa alasannya Ranti tak berani bertanya, ingat tadi sempat di pelototi ia jadi takut mau berucap. Alhasil mereka pulang dengan mode jaim seperti biasanya.

Mobil yang mereka tumpangi tanpa terasa telah sampai di pekarangan rumah. Baik Braja maupun Ranti masih setia dalam diam. Turun dari mobil lelaki itu tak mengatakan apapun, ia langsung ngacir pergi tanpa menoleh. Begitu pun dengan Ranti ia juga masa bodo saja lahh.

Ia lantas Mengikuti langkah lelaki itu Namun, baru beberapa langkah ia berjalan. Samar-samar ia mendengar suara ramai orang mengobrol dari dalam.

"Tumben rame, Mbak Caca udah pulang kali yaa?"

Sedikit penasaran, ia kembali melangkah. Dan sampai di ambang pintu langkahnya seketika terhenti.

Dengan netra terhenyak samar, Ranti mendapati Bu Indira yang tengah asik berbincang, Namun bukan hal itu yang menyebabkan netranya sedikit melebar. Melainkan sosok Braja yang kini tengah duduk bersanding bersama wanita cantik yang sosoknya layak biduan.

"Bu."

Ranti mengangguk sopan dan menyalami beberapa orang yang tengah berada di ruang tamu, selanjutnya ia langsung pergi sembari menunduk sopan.

Entah kenapa? Tiba-tiba ada rasa asing yang kini mulai merambat di ulu hatinya. Rasanya tidak nyaman hingga membuatnya meringis nyeri. Berjalan sembari memegangi dadanya, langkahnya lagi-lagi terhenti saat mendengar seruan seseorang.

"Ranti!" panggil Mbok Darmi yang melihat dirinya baru saja sampai.

"Iya, Mbok."

"Kok sudah pulang?"

"Huum, tadi Pak Braja ajak pulang duluan."

"Ohh, mungkin karena ada tamu kali ya?"

"Memang di depan itu siapa Mbok?" tanyanya penasaran.

"Itu temannya Bu Indira sama bawa Anaknya."

"Ohh." entah kenapa jawaban Mbok barusan tidak memuaskan rasa penasaran ku. Kenapa juga Mbok tidak bilang, ohh itu wanita satunya teman perempuannya Den Braja atau kekasihnya gitu sekalian! Biar tidak meninggalkan rasa kepo yang belum tuntas begini.

Ihhh! Aduhh Ranti, ngapain juga musingin itu lelaki. Orang kowe mah bukan siapa-siapanya.

Ehh! Tapi buat apa juga si Mbok sebut-sebut itu perempuan, orang dia tidak bertanya tentangnya. Mana jawaban mbok terkesan ambigu lagi, haishhh! kenapa juga aku jadi sewot begini.

Menggeleng cepat serta mengerjab, ia berusaha mengusir rasa keponya yang mulai kumat.

Mbok Darmi lantas yang berada di depannya pun memincing heran. "Kenapa kamu Nduk? Kok kepala mu geleng-geleng begitu?"

Tersenyum keki, Ranti menyahut sambil meringis. "Gak apa-apa Mbok, kepala Ranti gatal, hehehe."

"Ya sudah kamu ganti baju sana, itu kamu ada di cariin sama Mbak Caca."

"Lohh, Mbak Caca sudah pulang ya Mbok?"

"Sudah, tadi pagi."

"Okee, kalau gitu aku keatas dulu," serunya langsung ngacir pergi.

"Nanti kalau sudah selesai bantu Mbok di bawah, Nduk!"

"Siap!" sahut gadis itu dari atas sana.

~

Di dalam kamar, dua orang gadis tengah terkikik renyah sembari tengkurap menonton drakor di laptop. Baik Caca maupun Ranti keduanya adalah sama-sama penggait aktor bermata sipit. Keduanya tampak begitu heboh, saling teriak, menangis bahkan sampai emosi meledak-ledak melihat adegan dari layar virtual tersebut.

Ranti yang pribadinya begitu asik dan senantiasa ceria, tentu saja membuat Caca nyaman nan betah berlama-lama jika tengah berduaan dengan gadis itu. Ia bahkan saat baru sampai di rumah pagi tadi langsung menanyakan keberadaannya, karena terlalu excited ingin bercerita perihal pengalaman selama study tour.

"Mbak Caca mau cerita apa? Dari tadi katanya mau cerita, tapi malah keterusan nonton drakor begini sampe lupa," ia bertanya dengan netra yang lepas menatap drakor di depannya.

Caca lantas mengingat-ingat sambil menyangga dagunya. "Ehhm, apa yaa? Kok jadi lupa aku."

"Lahh," Ranti menoleh sebentar.

"Ohh, itu! Masalah study tour kemarin. Tapi gak jadi lahh."

"Lahh, kenapa mbak?"

"Gak apa-apa, aku udah gak mood. Mood ku udah abis buat nonton drakor barusan, hihihi."

"Dihh, mbak," sahutnya sama-sama terkekeh.

"Ehh, tapi aku ada oleh-oleh lohh buat kamu." Caca kemudian beranjak berdiri mengambil suatu bingkisan dari paperbag yang masih tergeletak asal di atas lantai.

"Nihh, buat kamu." ia memberikan satu bingkisan berwarna pink yang tak lumayan besar.

Sementara Ranti, gadis itu terdiam tak langsung menerima pemberian tersebut.

"Ambil."

Menatap ragu, ia gamang ingin menerima atau tidak. Sebab Ranti yang masih sangat baru tinggal di sini, teramat sungkan menerima kebaikan majikannya yang bertubi-tubi.

"Gak apa-apa yaa?"

"Ya gak papa lahh, ayokk terima!"

Gemas melihat Ranti yang tak kunjung menerima dan juga lengannya yang mulai terasa pegal karena menggantung lama. Caca akhirnya menarik tangan gadis.

"Nahh, lama banget kamu sihh!"

Ranti hanya meringis canggung sebagai respon.

"Kemaren pas aku ke Jogja, aku ada mampir ke toko kosmetik. Nahh pas aku masuk ternyata di dalemnya jual brand Korea banyak banget, terus aku beli deh. Belinya dobel buat kamu juga.

Sebenernya beli di toko orenn banyak sihh, tapi gak tau kenapa kalau beli langsung itu vibesnya beda. Rann, nanti kamu pakek semua yaa, kali aja habis kamu pakai ini ada temennya mas yang nyantol sama kamu, hihihi!" pungkasnya begitu bersemangat.

Berbeda dengan Caca yang nampak antusias, Ranti malah sebaliknya. Gadis itu hanya diam sambil menggaruk pelipisnya.

"Ehhhm, harus semua yaa Mbak?" tanyanya pelan.

"Iyalah! Kenapa? Kamu gak suka yaa?" sahutnya sedikit ketus.

Ranti yang mendengar itu lantas segera menggeleng nan menggerakkan tangannya di depan dada.

"Bukan! Bukan begitu, cumaa, itu .... Ranti gak biasa pakai kaya gini mbak, di kasi kaya beginian aku juga gak pernah. Makanya Ranti takut Mbak Caa," ucapnya ragu sarat akan takut.

"Ohh."

"Pakai aja, gak apa-apa kok. Aku udah biasa pakai skincare begituan, jadi sebelum beli aku cari yang kandungannya aman dan cocok untuk pemula."

"Huum, Mbak Caa. Makasih yaa."

"Iyaa."

"Ehh, Rann!"

"Huuh, apa Mbak?"

"Itu di dalam kan ada lipgloss, besok-besok waktu kerja kamu pakai yaa. Bibir kamu biar mungil begitu tapi kan penuh Ran, pasti seksi banget kamu kalau pakai. Macam bibir-bibir cipokable kaya di drakor gitu, hihihi!" kelakarnya tertawa geli.

Ranti seketika memekik jijik. "Hiiyy, Mbak Caca ngajarin yang aneh-aneh ihh! Aku gak mau, nanti dikiranya bibir Ranti habis di sengat tawon. Gak mau ihh, gak mauu!"

Gadis itu lantas beranjak nan ngacir begitu saja.

"Makasih Mbak, Ranti mau bantuin si mbok dulu."

Brakkk!

Caca yang melihatnya pun semakin tertawa lebar sembari memegangi perutnya.

"Udah 19tahun tapi kelakuan masih kaya bocah sd."

~

Di lantai bawah Ranti berjalan sembari menggerutu.

"Bisa-bisanya Mbak Caca ngajari begitu, pakai lipbalm aja aku tipis-tipis karena terasa lengket seperti habis makan kembang gula. Lahh ini suruh pakai yang bikin bibir bengkak kaya di entupp tawon, ya jelas gak mau lahh aku, hiyyy."

Menggendik kan bahu merasa geli, Ranti sampai di dalam dapur nan segera membantu si mboknya.

"Mbok!" Serunya sengaja mengagetkan.

"Ehh, Nduk. Lama banget kamu?"

"Hehehe, maaf. Mbak Caca ngajakin nonton pilem mbok."

"Ohh, ya sudah gak apa-apa."

"Kok gak apa-apa? Lahh, terus aku bantuin apa?"

"Apa yaa? Semua udah selesai. Ohh ini aja, kamu ambil gelas sama bersihin ruang tamu, itu tamunya baru aja pamit."

"Okeyy, siapp mbok!"

Ranti lantas segera melenggang pergi, dan sampai di ruang tamu ternyata sayup orang yang sedang berbicara masih terdengar. Dengan perasaan kepo yang kembali kumat, ia berjalan mengendap-endap dan berdiri di balik pintu untuk mengintip.

Bertepatan dengan itu, Bu Indira tengah bersalaman dengan kedua tamuanya. Namun, berbeda dengan bu Indira, Braja tampak cipika-cipiki dengan seorang wanita yang sedari tadi membuatnya menjuling sinis.

"Pantes aja tadi biasa saja, orang udah keseringan salam tempel begitu."

"Gak tau apa ini bibir masih perawan? Mentok-mentok aja cuma nempel di guling bukan di rahang. Haiiishh!"

Terpopuler

Comments

𝐀⃝🥀ᴳ᯳ᷢ🍁🦂⃟τᷤяᷤιᷫαꪶꫝ𝓐𝔂⃝❥❣️

𝐀⃝🥀ᴳ᯳ᷢ🍁🦂⃟τᷤяᷤιᷫαꪶꫝ𝓐𝔂⃝❥❣️

Eh Ranti ini sepertinya sudah ada rasa kayaknya cuma belom nyadar iya gak siii🤭😁🤔🧐🤭

2024-03-20

0

༄༅⃟𝐐 🇩𝗲𝘄𝗶ᵇᵘⁿᵍᵃ㊍㊍ꪶꫝ🌀🖌

༄༅⃟𝐐 🇩𝗲𝘄𝗶ᵇᵘⁿᵍᵃ㊍㊍ꪶꫝ🌀🖌

tau gak Ranti, kepo itu bisa membunuh mu

2024-03-06

1

༄༅⃟𝐐 🇩𝗲𝘄𝗶ᵇᵘⁿᵍᵃ㊍㊍ꪶꫝ🌀🖌

༄༅⃟𝐐 🇩𝗲𝘄𝗶ᵇᵘⁿᵍᵃ㊍㊍ꪶꫝ🌀🖌

justru itu yang berbaya Ranti, hadeeh 🤦‍♀️

2024-03-06

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!