Ehh? Uhh!

Ranti seketika terdiam melihat kedatang sosok yang akhir-akhir ini menghantui pikirannya.

Braja tiba bersama beberapa tentara yang berada di sisi serta belakangnya. Ia berjalan dengan begitu tegas nan perkasa. Memakai seragam loreng berwarna coklat hitam serta baret ungu, level ketampanannya nampak bertambah berkali-kali lipat.

Ranti yakin, pasti semua yang melihat Pak Braja sekarang enggan berkedip. Memang pantas jika ia menyematkan kata ugal-ugalann untuk lelaki itu. Kadar pesonanya itu loh! Benar-benar tidak bisa di anggap remeh. Membuat sesiapa saja enggan mengalihkan pandang demi melihat parasnya yang terlampau candu.

Jika Braja di ibaratkan air sungai, maka Ranti adalah helaian daun yang begitu mudahnya tergerus mengikuti alur arusnya.

Menghembuskan nafas pelan, ia masih setia menatap lekat gerak-gerik lelaki itu, sampai sang empunya yang berdiri tak jauh dari jangkau pandangnya tanpa sengaja beradu pandang dengannya, barulah ia menunduk segera.

Braja sampai di lapangan, ia berdiri di bagian sisi dan memperhatikan setiap barisan. Berdiri dengan tegap serta tangan yang bertaut di depan. Sorotnya nampak menatap jeli setiap barisan. Hingga tanpa sengaja, ekor matanya menemukan sosok mungil yang sejak berangkat tadi, membuatnya was-was.

Ia menemukan gadis itu, berdiri di barisan kedua menggunakan stelan training yang tampak paling berbeda namun terlihat tenggelam jika di sandingkan dengan kowal lainnya.

Menelisik dengan tatapan tajam dari atas hingga bawah, ia menatap lekat penampilannya.

"Cukup pas." itu kata yang tercetus di mindanya.

Tanpa sepengetahuan Ranti, Braja tadi malam sudah mempersiapkan kelengkapannya untuk hari ini. Ia meminta kepada kepala asrama kowal untuk menyiapkan satu stel baju training beserta sepatunya dengan ukuran yang paling terkecil di standard baju kowal yang ada.

Beralih ke sisi lain, Braja memperhatikan dengan serius kelangsungan kegiatan pelatihan fisik yang berlangsung. Di pimpin oleh Mayor Linggar, kegiatan diawali dengan pemanasan dan senam SKJ 88, dilanjutkan lari terpimpin dengan rute Lapangan, Puslatlekdalsen, Pos 1, STTAL, Pos 3, Pusdikkes, Satkes dan kembali ke lapangan. Pelatihan kali ini pun dihadiri Wadan Kodiklatal, para Kasatker, dan para Komandan Pusdik serta Komandan Sekolah di lingkungan Kodiklatal.

Semua personel pun mengikuti arahan dan melakukannya dengan tertib. Mereka melakukan peregangan tubuh dan di lanjutkan dengan senam SKJ, tak terkecuali dengan Ranti. Kendati dirinya bukan seorang tentara, tapi ia dapat mengikuti kegiatan dengan cukup baik, meskipun dari sisi ketangkasan dirinya masih terbilang kurang.

Usai melakukan pemanasan, Ranti berlanjut mengikuti senam, sampai di part ini memang tak di pungkiri ia mengalami banyak kendala, salah satunya adalah gerak laju yang sama sekali tak ia ketahui. Namun, meskipun begitu , sekalipun dengan gerakan yang terjeda nan tak luput keliru ia tetap mengikuti kegiatan senam hingga usai.

Tanpa ada waktu istirahat, kegiatan terus berlanjut hingga sesi berlari. Ranti yang kala itu mulai merasa letih, nafasnya nampak memburu dengan peluh yang merembes di dahinya.

Menunduk dengan lengan yang bertumpu pada lutut, ia menoleh ke sembarang arah memperhatikan personel lainnya. Di lihatnya yang lain masih tampak bugar, sama sekali tak terlihat kelelahan layaknya dirinya.

"Mereka gak capek apa yaa?" serunya dengan nafas ngos-ngosan.

Beranjak menegakkan tubuhnya, Ranti kembali ke barisan semula. Dan tak berselang lama, kegiatan kembali berlangsung. Sesuai arahan para personel berlari terpimpin sesuai rute yang telah di tentukan.

Tak terasa matahari telah berada tepat di atas kepala. Kegiatan berlari yang tengah berlangsung pun hampir usai. Hampir memasuki pos terakhir, raut letih mulai kentara jelas di wajah para personel.

Braja yang sedari tadi mengiringi kegiatan. Kini menatap gusar pada satu sosok yang tengah berlari di sisi ujung paling belakang barisan para kowal. Gadis itu tampak begitu kelelahan, beberapa kali ia mendapati Ranti yang tengah berhenti sejenak sembari mengatur pernafasan.

Ragu-ragu ia ingin menyuruh gadis itu untuk berhenti, takut jika fisiknya tak lagi mampu hingga berujung pingsan atau lebih fatal lagi dehidrasi. Namun, hal itu urung ia lakukan jelasnya. Sebab berakibat menimbulkan prasangka dari para personel dan terlebih kegiatan hari ini di hadiri para perwira tinggi.

Menambah kecepatan berlarinya, Braja yang sedari tadi berlari santai di barisan paling belakang, kini menyusul hingga berada di sisi gadis itu.

Ranti yang saat itu tengah fokus berlari, tak sadar jika di sebalahnya kini ada sosok lain.

"Tidak usah terburu-buru, sebentar lagi sampai," ucap Braja yang sedari tadi menangkap gelagat gadis itu.

Ranti lantas menoleh, dengan tatapan lelah ia menjawab. "Uhh!" sautnya tak begitu dengar. Tak di pungkiri tenaganya terasa terkuras habis. Rasa penat, haus bercampur jadi satu, di tambah lagi dengan postur tinggi yang tak seberapa, membuatnya kewalahan di bandingkan lainnya.

"Capek!" keluhnya dengan sisa tenaga yang ada.

Braja yang ada di sebelahnya pun lantas menoleh sebentar.

"5 menit lagi." jawabnya, ia lantas segera berlari gesit dan menyusul kedepan.

Tepat 5 menit kemudian, sesuai perkataan lelaki itu. Para personel akhirnya tiba di tengah lapangan. Tapi tak berhenti begitu saja, karena selanjutnya masih di teruskan dengan beberapa wacana yang di intruksi oleh sang Mayor Lindra.

Panas kian mendera serta rasa letih nan juga haus yang kian menggila. Bermenit-menit ia mati-matian berdiri dengan kaki lemas, tenaganya sudah over limit. Sampai wacana telah usai dan intruksi bubar barisan pun telah di ucapkan. Ranti lantas mendesah lega.

Segera, ia melangkah dan ingin cepat-cepat kembali ke ruang divisinya. Namun, baru beberapa langkah tiba saja pandangannya mulai kabur dan di susul dengan tubuh lemas lalu_

"Bugghh!"

Ranti tumbang dan terjatuh di dekapan sosok gagah yang lagi dan lagi selalu tepat waktu menangkap dirinya.

"Ehh!"

Posisi tubuh Braja yang kini belum berdiri seutuhnya masih sedikit menunduk menahan beban tubuh gadis itu, seketika membetulkan rengkuhannya. Namun, karena beban tubuh Ranti yang tergolong ringan, Braja tak sengaja sedikit menghentak tubuhnya ke atas hingga_

"Cupp!"

Bibir Ranti tanpa sengaja menyentuh rahang berbulu lelaki itu.

"Uhh!"

Braja menoleh seketika, mereka beradu pandang dalam diam. Sama-sama terkejut nan mengerjap cepat.

"Maaf."

Cium pipi mas tentara ugal-ugalann ternyata seperti ini, hangat dan geli!

...----------------🍁🍁🍁----------------...

Terpopuler

Comments

𝐀⃝🥀ᴳ᯳ᷢ🍁🦂⃟τᷤяᷤιᷫαꪶꫝ𝓐𝔂⃝❥❣️

𝐀⃝🥀ᴳ᯳ᷢ🍁🦂⃟τᷤяᷤιᷫαꪶꫝ𝓐𝔂⃝❥❣️

jadi pengen tium tium juga akohhhh🤪🤭🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️🤣🤣🤣

2024-03-20

0

𝐀⃝🥀ᴳ᯳ᷢ🍁🦂⃟τᷤяᷤιᷫαꪶꫝ𝓐𝔂⃝❥❣️

𝐀⃝🥀ᴳ᯳ᷢ🍁🦂⃟τᷤяᷤιᷫαꪶꫝ𝓐𝔂⃝❥❣️

wah Ranti kayaknya mau pingsan tapi kok masih sempat mengecup pipinya Braja astagaaa 🤭😛🤣🤣🤣🤣🤣

2024-03-20

0

༄༅⃟𝐐 🇩𝗲𝘄𝗶ᵇᵘⁿᵍᵃ㊍㊍ꪶꫝ🌀🖌

༄༅⃟𝐐 🇩𝗲𝘄𝗶ᵇᵘⁿᵍᵃ㊍㊍ꪶꫝ🌀🖌

lumayan kisss mas ganteng🤣

2024-03-06

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!