NovelToon NovelToon

Kami Berbeda

Bab 1

Hari ini merupakan hari pertama masuk sekolah, begitu juga dengan anak-anak yang masuk sekolah ke tingkat lebih tinggi.

Begitu banyak anak-anak yang datang, siswa baru dan siswa lama, semua berbaris di lapangan mengikuti arahan anak-anak Osis.

Seorang siswa baru berdiri di tengah kerumunan, dia sangat bosan berdiri sedari tadi. Tak ada yang bisa diajak berbicara, ia pun sungkan untuk menyapa orang lain.

"Sangat membosankan masuk sekolah menengah atas sendirian, kenapa sih teman-temanku masuk sekolah berbeda, tapi gak apa-apa lah aku juga tak terlalu akrab dengan mereka," gumam Bulan.

"Hei," colek anak perempuan disebelahnya. "Kamu Bulan kan?" Tanyanya, "Aku Chika," sambungnya.

Bulan yang di sapa oleh seseorang merasa senang, Bulan langsung tersenyum dan mengatakan "Hai Chika, tau dari mana nama aku Bulan?" Tanya Bulan.

Chika tersenyum tanpa berbicara langsung menunjuk nama yang ada di baju Bulan. 

Bulan langsung menunduk melihat arah yang di tunjuk oleh Chika, lalu Bulan menganggukkan kepalanya.

Cukup lama mereka melaksanakan upacara bendera, karena kepala sekolah menyampaikan beberapa hal kepada siswa baru dan juga siswa kelas 2 dan kelas 3.

Setelah upacara bendera selesai, siswa baru diarahkan ke ruang aula untuk mendapatkan arahan selanjutnya.

Cukup lama siswa baru mendapatkan arahan, setelah selesai mereka berhamburan mencari kelas yang akan mereka tempati selama setahun ke depan.

Bulan pun berjalan dengan santai mencari ruang kelasnya, tidak begitu lama dia mendapat kelasnya.

"Ah ternyata aku kelas 1B," ucapnya sambil melangkahkan kakinya masuk dalam ruang kelas.

Saat Bulan masuk, dia melihat sekeliling. Melihat wajah-wajah baru, yang akan menjadi teman sekelasnya. 

Namun tanpa sengaja dia melihat seseorang yang menyapa nya di lapangan tadi.

Bulan melangkahkan kakinya ke arah bangku Chika yang duduk sendiri, "Kamu duduk sendirian?" Tanya Bulan.

"Iya, Bulan duduk sama Chika aja." Jawab Chika. Bulan tersenyum dan langsung duduk.

"Kamu gak bilang terima kasih sama aku?" Tanya Chika.

"Hah. Kenapa aku harus berterima kasih?" Tanya Bulan balik.

"Ya iyalah harus, aku sudah mempersilahkan dirimu duduk di sampingku." Ucap Chika ketus.

"Oooooh sorry. Terima kasih Chika sudah mengizinkan aku duduk di sampingmu." Ucap Bulan karena tak ingin memperpanjang masalah.

"Chika sepertinya anak yang baik dan ramah, namun dia tidak suka jika seseorang tidak berterima kasih kepadanya setelah di bantu," pikir Bulan.

Mereka berdua hanya berdiam, sambil melihat teman-teman mereka yang sangat ribut. 

Tak lama seorang guru masuk dalam kelas, kelas seketika hening.

Guru yang masuk ternyata wali kelas 1B. "Anak-anak saya adalah wali kelas kalian, nama Ibu Humairah.  Ibu juga mengajar di kelas ini dengan mata pelajaran Seni budaya." Kata Ibu Humairah. 

Wali kelas juga mengabsen kami semua, beliau juga menjelaskan sedikit mata pelajaran Seni budaya. 

"Hari ini cukup ini dulu, untuk ketua kelas ada yang bersedia?" Tanya Ibu Humairah.

Seketika kelas ribut mengusulkan siapa yang menjadi ketua kelas. Karena tidak mendapat jawaban pasti, Ibu Humairah menunjuk sendiri siswa yang akan menjadi ketua kelas 1B.

"Cukup anak-anak, cukup." Tegur Ibu Humairah. "Biar Ibu yang nunjuk siapa yang jadi ketua kelas, Zaka," sambungnya sambil menunjuk anak laki-laki yang duduk di pojok belakang.

"Kamu yang jadi ketua kelasnya, bagiamana?" Tanya Ibu, belum sempat Zaka menjawab namun teman-teman di kelas sudah menjawab duluan, sebagai perwakilan.

"Baik, kalau gitu silahkan kalian diskusikan siapa yang jadi wakil ketua kelas, sekertaris, dan bendahara kalian. Setelah selesai, laporkan ke Ibu di kantor. Zaka, Ini absen untuk kelas ini." Ucap Ibu Humairah sambil memberikan absen ke Zaka.

"Zaka, jangan lupa buat kelompok masing-masing kelompok ada 4 orang, Minggu depan ibu akan membagikan tugasnya. Cukup untuk hari ini sampai ketemu dipertemuan selanjutnya." Ucap ibu Humairah sambil berjalan ke luar kelas.

Serempak satu kelas berterima kasih kepada wali kelasnya.

Setelah Ibu Humairah keluar kelas, sekarang giliran ketua kelas mengajak teman-temannya untuk menentukan wali kelas, sekertaris dan bendahara.

Cukup lama mereka diskusi, ada yang memperhatikan ada juga yang tidak peduli siapa yang akan menentukan posisi itu.

"Wakil ketua kelas Yusuf Fattah, Sekertaris Delisha Malikha dam Bendahara Adelia Sakinah," ucap Zaka sang ketua kelas. 

"Untuk kelompok, diurutkan aja ya dari absen 1 sampai absen nomor 4 itu kelompok 1 dan seterusnya, sampai kelompok 5" tutur Zaka.

Sekelas setuju-setuju aja dengan apa yang di sampaikan oleh sang ketua kelas mereka.

Karena hari ini adalah hari pertama dan tidak ada jam pelajaran hanya perkenalan dengan guru yang masuk.

Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 15.00, pertanda jam pulang sekolah. Beberapa siswa berhamburan saat lonceng jam pulang berbunyi.

Namun berbeda dengan beberapa siswa di kelas 1B. Ada yang masih berkumpul membicarakan tentang tugas yang diberikan oleh guru mereka.

Bulan berkumpul dengan 3 orang lain teman sekelompok nya, dan dia juga satu kelompok dengan Chika.

Adel, Bulan, Chika, dan Delis. Mereka berempat satu kelompok sesuai dengan urutan absen.

Awalnya mereka cukup canggung karena belum begitu akrab, terlebih lagi Adel hanya diam tidak banyak bicara.

"Pulang yok, tugasnya juga masih Minggu depan," ajak Chika.

Tanpa menjawab Adek langsung berdiri dan beranjak pergi. Teman-temannya hanya melongo melihat tingkah Adel.

"Dia sangat sopan," ucap Delis.

"Sangat sopan," ucap Bulan dan Chika berbarengan yang berujung gelak tawa karena tak sengaja berbicara hal yang sama secara bersamaan.

Bulan yang sampai ke rumah segera membuat grup chat untuk mereka berempat.

Dengan ceria Delis menyapa teman-teman barunya, di grup chat kelompok seni budaya mereka.

"Hai, kawan-kawanku..." Sapa Delis.

"Yuhuuuuuuuuu," Chika pun mengirimkan pesan.

"Guys simpan nomor aku ya," pinta Bulan.

"Oke, udah aku save ko. Kapan-kapan kumpul berempat yok, aku pengen kita jadi temen," pesan Chika.

"Boleh boleh aku juga pengen kalian jadi temen dekatku," kata Bulan.

"Ayok kapan nih kita bisa ngumpul bareng?" Tanya Bulan.

"Tunggu kita dapat tugas aja gimana? Sekalian kumpul dan ngerjain tugas juga," ucap Delis.

"Oke deh," balas Bulan.

"Siap" balas Chika.

"Ko Adel cuma baca pesan sih, balas kek," pinta Chika ke Adel.

"Oke!" Balas Adel

"Cuek bener dah si Adel ini, gak heran kalau dia dijadikan bendahara, biar anak-anak gak pada nunggak," ucap Chika.

Bulan dan Delis hanya membalas dengan emoticon ketawa.

Tak ada lagi pesan di grup mereka. Itu membuat Bulan yang notabenenya anak tunggal merasa kesepian. Setiap hari dia harus tinggal sendiri di rumah karena Ayah dan Ibunya bekerja.

"Ngapain ya enaknya," gumamnya sendiri. "Tidur aja kali ya," sambungannya. Benar saja tak lama Bulan benar-benar terlelap.

Bab 2

Keesokan harinya, Bulan datang pertama kali di kelasnya. Dia hanya memungut sampah kertas yang berserakan di depan kelasnya.

"Pagi juga kamu Lan," ucap Delis yang membuat Bulan terkaget.

"Njir kaget aku. Tiba-tiba banget ada di belakang aku," ucap Bulan.

"Sorry sorry gak maksud," kata Delis sambil berjalan ke dalam kelas.

Satu persatu anak-anak kelas 1B berdatangan. Tepat pada pukul 07.30 bel berbunyi pertanda jam pelajaran pertama segera dimulai.

Semua anak sekolah masuk ke dalam kelas masing-masing, tapi di kelas 1B masih ada siswa yang belum datang.

Tak lama guru jam pelajaran pertama masuk, tapi siswa tersebut juga tak kunjung datang.

"Ini si Adel mana? Ini udah masuk tapi dia belum datang juga, apa dia sakit ya," gumam Bulan.

Guru mulai mengabsen siswa kelas 1B. "Adelia Sakinah," guru menyebut nama Adel pertama karena namanya berada pada absen pertama.

"Hadir," ucap seorang siswa yang tak lain adalah Adel yang baru masuk dalam ruang kelas. "Maaf Bu saya telat," sambungnya sambil mencium tangan gurunya.

"Lain kali jangan telat kamu Adel, karena ini hari pertama jadi saya maklumi yaa," kata Bu guru sekaligus peringatan buat Adek dan siswa lainnya.

Guru terus mengabsen dan memperkenalkan diri, serta sedikit menjelaskan pelajaran selama satu semester akan membahas apa. Beliau bernama Ibu Fatma, guru matematika.

Cukup singkat bu Fatma menjelaskan pelajaran di pertemuan pertama. Sekitar satu jam, ibu Fatima menyudahi pelajaran di pertemuan pertama.

Jam pelajaran kedua di kelas Bulan,yaitu pelajaran Kimia kosong karena gurunya sedang ada kegiatan.

Tak lama ada senior dari Organisasi Pramuka yang masuk ke dalam kelas Bulan, mereka menjelaskan kembali maksud dan tujuannya masuk ke kelas 1B.

Pada saat hari Senin kemarin, di ruangan aula sudah dijelaskan bahwa akan diadakan perkemahan wajib bagi siswa baru yaitu perkemahan yang di adakan selama 3 hari Jum'at, Sabtu, dan Minggu, yang wajib diikuti oleh seluruh kelas 10.

Anak-anak Pramuka ini membagikan formulir, untuk siswa-siswi kelas 10 yang akan ditandatangani oleh orang tua siswa dan dikumpulkan pada saat hari perkemahan dimulai yaitu hari Jum'at.

Anak pramuka juga menginformasikan bahwa kelas 1B. Dibagi menjadi dua yaitu regu laki-laki dan regu perempuan.

"Regu laki-laki nama kelompoknya adalah 2A dan regu perempuan nama kelompoknya adalah 2B," ucap senior Pramuka yang bernama Kak Tomi.

"Siap Kak." Jawab serentak

"Jangan lupa membawa keperluan yang sudah di jelaskan pada saat bimbingan kemarin di Aula, serta diingatkan kembali untuk tidak membawa alat makeup." Tegas Kak Tomi.

"Untuk ketua regu laki-laki dan perempuan silahkan diskusikan sendiri. Ada yang mau ditanyakan lagi?" Tanya kak Indri yang berada di samping Kak Tomi.

"Siap tidak ada kak." Jawab siswa kelas 1B.

"Oke, kalau kalian nantinya ada pernyataan kalian boleh tanyakan langsung ke saya atau kek Kak Tomi ya," ucap kak Indri. "Jaga kesehatan kalian, sampai ketemu di perkemahan pertama kita nanti." Sambung kak Indri.

Kak Tomi dan Kak Indri keluar kelas 1B, siswa lain pun ada yang keluar kelas ngikutin langkah seniornya itu. Bukan karena ada yang ingin ditanyakan tapi karena mereka mau duduk di depan kelas.

Belum sempat mereka melangkahkan kaki keluar kelas, Kak Tomi menyuruh mereka untuk kembali duduk di bangku masing-masing. Dan mendiskusikan siapa ketua dari regu mereka.

"Woy siapa nih ketua regu kita?" teriak seorang siswa perempuan kepada yang lainnya.

"Sekertaris aja noh, yang jadi ketua regu," usul siswa lain.

"Setuju setuju," ucap beberapa siswa yang menyetujui saran tersebut.

"Gak-gak, aku gak mau," sanggah Delis tidak menyetujui saran teman-temannya. "Yang lain lah masa aku sih," sambungnya.

"Siapa lagi Lis kalau bukan kamu, ayoo lah," bujuk siswa lain.

"Yaudah sih Lis, kamu aja, kalau ada perkemahan lagi ntar kita ganti ketua regunya," ucap Chika.

"Nah iyaa bener tuh," ucap siswa lain meyakinkan.

"Yowes, asal kalian harus nurut kataku," ucap Delis ke teman-temannya.

Teman-temannya mengiyakan dan memberikan jempol kepada Delis.

Regu laki-laki di kelas 1B, juga telah menunjuk siapa ketua regu mereka. Siapa lagi kalau bukan sang ketua kelas Zaka.

"Ketua regu kitaaaaaa Zaka Alvan Faiq," teriak Yusuf sang wakil ketua kelas.

"Okeee." Jawab serentak anak laki-laki di kelas itu.

Zaka yang mendengar kekompakan teman-temannya hanya menggelengkan kepalanya. Dia ingin sekali protes tapi sepertinya sudah tidak ada jalan pikir Zaka.

Bel bertanda istirahat pun berbunyi, siswa berhamburan ke arah kantin untuk mengisi kampung tengah mereka. Namun banyak juga siswa yang tetap memilih berada di dalam ruangan.

Siswa yang tidak ke kantin menggunakan waktu mereka untuk mendiskusikan dan membagi apa saja yang akan mereka bawa pada hari perkemahan nanti.

Chika yang notabenenya memiliki rumah yang dekat dengan sekolah, hanya berjarak sekitar 5 menit jalan kaki. Menjadi sasaran teman-temannya untuk meminjam alat masak, seperti panci dan kawan-kawannya.

"Chika, rumah kamu kan deket nih dari sekolah bolehlah pinjemin panci dan tetek bengeknya ya," pinta Delis.

"Oke, asal kalian ambil sendiri di rumah. Aku mana bisa bawa sendiri," ucap Chika yang disetujui oleh teman-temannya.

Setelah mereka semua mencatat dan membagi tugas yang akan membawa serta mengambil barang-barang di rumah Chika selesai, mereka semua bersantai sambil menunggu jam masuk berbunyi.

Tak lama biar masuk pun berbunyi, namun di kelas 1B guru yang mengajar tidak bisa masuk dikarenakan ada kegiatan di luar sekolah.

Teman-teman yang kembali dari kantin, membawa beberapa isu panas yang sedang digosipkan oleh siswa baru.

Bulan yang juga dari kantin bersama teman-teman yang lain, seketika bercerita kepada Delis, Adel, dan Chika.

"Eh tau gak?" Tanya Bulan ke tiga temannya.

"Ya mana kita tau, kan kamu yang mau cerita," jawab Delis.

"Iyaa tuh," timpal Chika

"Sekolah kita tidak mengadakan ospek karena beberapa tahun lalu ada siswa perempuan meninggal karena kecelakaan," ucap Bulan.

"Hah serius, bercanda kan?" Tanya Delis.

"Kagak serius, ini lagi rame di ceritain sama anak-anak di kantin tadi, katanya sih ya kakak ini tuh pas ospek telat datangnya, akhirnya dia nyebrang jalan sembarangan tanpa liat kanan kiri." Cerita Bulan,

"Terus tuh nih yaa si sopir ini juga ugal-ugalan katanya, jadilah nabrak dan meninggal." Sambungnya.

"Innalilahi wa Inna Ilaihi Raji'un," ucap ketiga temannya.

"Semoga kakaknya tenang di sana, Aamiin." Doa Delis, dan ketiga temannya juga ikutan mengaminkan doanya.

Ternyata semua teman-teman kelasnya juga bercerita tentang hal ini.

Bab 3

Sedang asyik-asyiknya bercerita, tiba-tiba mereka dikagetkan oleh siswa yang berteriak.

"Bendahara," teriak siswa laki-laki, "Minggu ini kita belum bayar kas kan?" Tanyanya.

Bendahara yang mendengar hanya merespon dengan anggukan.

"Ngomong kek jangan ngangguk aja," ucap siswa laki-laki tersebut yang bernama Tura.

"Diem gak lu!" Perintah Adel sang bendahara.

"PMS ya, sensi bener," ucap Tura, yang berhasil mendapatkan lemparan pulpen dari Adel.

Tepat pulpen itu mendarat di jidat Tura yang mengundang gelak tawa teman-temannya.

"Tura Tura udah di suruh diem masih aja ngomong, kena kan," ucap teman sebangkunya.

Tepat jam 12 siang bel lagi-lagi berbunyi sebagai pertanda istirahat siang dan juga waktu sholat bagi siswa-siswi yang memeluk agama Islam.

Cukup panjang waktu istirahat siang, sekitar satu jam jadi mereka semua tidak harus terburu-buru melaksanakan sholat dan makan siang.

Setelah bel berbunyi, ternyata guru yang sebelumnya tidak masuk, akhirnya datang. Guru Fisika, masuk hanya perkenalan dan membicarakan kontrak belajar.

Jam pelajaran ketiga memang waktunya terpotong istirahat siang, walaupun hanya 30 menit tapi itu cukup untuk guru menjelaskan beberapa poin pelajaran.

Tak terasa jam pulang pun tiba, siswa berlarian menuju parkiran. Tapi tidak dengan Bulan dan ketiga kawannya. Mereka justru memilih berdiam diri di dalam kelas. 

"Pulangnya nunggu sepi aja ya," ajak Bulan

"Hmm boleh, males juga rame banget di parkiran." Timbal Chika.

"Tapi kan rumah lu deket, jalan kaki juga bisa," ucap Bulan.

"Iyaa sih tapi mager ah jalan kaki, hari ini aku bawa motor." Jawabnya

Mereka berempat hanya fokus ke handphone masing-masing. Sampai akhirnya.

"Del, ko kamu gak pernah ngomong sih, yaa ngomong sih tapi singkat padat dan gak jelas, kamu cadel ya?" Tanya Chika

Bukannya menjawab Adel hanya melirik Chika dan hanya menggelengkan kepalanya.

"Nah kan, kenapa sih?" Tanyanya lagi

"Gue sakit gusi, jadi mending lu diem sebelum di tampol," timpal Adel sambil kesakitan.

Bulan dan Delis hanya tertawa, ternyata Adel tidaklah cuek tapi lagi sakit gusi.

Cukup lama mereka berdiam di dalam kelas, dan sesekali mengobrol ringan membahas hal-hal yang mereka sukai.

Sampai pada titik mereka sadar bahwa mereka berempat menyukai hal-hal yang horor dan hal yang berbau misteri.

Hal ini membuat mereka heboh berempat, Adel hanya bisa tersenyum mendengar hal tersebut.

"Serius kalian juga suka hal horor?" Tanya Delis.

"Iyaa aku suka," jawab Bulan.

"Aku juga aku juga," jawab Chika, dan Adel yang mengangguk.

"Seru nih, ada temen ceritanya hahahaha," tawa Chika.

"Aku ingin cerita horor," Bulan tiba-tiba berbicara serius.

"Aku suka horor tapi aku aslinya penakut, jadi saranku jangan sekarang lagi sepi," jawab Delis, dan lagi-lagi Adel hanya mengangguk.

"Aku juga penakut, mending besok aja," Chika menimpali. 

"Ah gak seru kalian,"

"Biarin daripada aku pingsan di tempat," jawab Chika, "Emang kamu gak takut apa?" Tanyanya

"Takut juga sih," jawab Bulan sambil cengengesan.

"Huuuu dasar," ucap Chika dan Delis berbarengan.

"Eeeh," belum sempat Delis mengucapkan kalimat, tiba-tiba saja.

"Kalian gak balik?" Seorang laki-laki bertanya ke Bulan dkk.

"Bentar lagi Suf," jawab Delis. "Lo bukannya tadi kamu udah balik ya Suf, ko balik lagi?" Tanya Bulan.

"Handphone aku ketinggalan di laci, jadi balik lagi deh buat ambil padahal udah sampe," jawab Yusuf, "Duluan ya, kalian juga balik parkiran udah sepi," sambungnya.

"Oke hati-hati Suf," ucap Delis mengingatkan.

"Yaudah kita juga balik yok," ajak Chika.

Akhirnya mereka berempat pulang, setelah mengetahui bahwa parkiran sudah mulai sepi.

Setelah Bulan sampai di rumah, dia berpikir bahwa rumah akan sepi seperti biasanya. Namun tidak kali ini, Ayah dan Ibunya ada di rumah. Ini cukup mengherankan bagi Bulan karena biasanya orang tuanya aka pulang ketika Malam tiba.

"Assalamualaikum yah," salam Bulan sambil mencium tangan Ayahnya.

"Wa'alaikumussalam mak," jawab sang Ayah.

"Tumben baliknya cepet, biasanya juga malam baru balik,"

"Iyaa nak, ayahmu lagi gak enak badan tadi di toko jadi lebih baik pulang," ibunya menimpali yang tiba-tiba datang dari dalam rumah.

"Tapi sekarang ayah gak apa-apa kan? Istirahat di dalam aja kalau gitu yah," perintah Bulan, ia khawatir jika ayahnya semakin sakit.

"Ayah sudah tidak apa-apa nak, setelah sampai di rumah ayah sudah mendingan, mungkin hanya kecapean aja," jawab ayahnya, "kamu masuk sana istirahat, capek kan dari sekolah," sambungnya

Bulan mengiyakan perkataan ayahnya, dan langsung masuk ke dalam rumah. Walaupun ia masih terheran-heran dengan perkataan ayahnya.

Tapi Bulan tidak ingin ambil pusing, karena Bulan sudah sangat lelah dari sekolah.

Malam harinya Bulan mengerjakan tugas yang telah diberikan tadi oleh sang guru, Bulan mengerjakan bukan karena rajin tapi karena ia malas.

Handphone Bulan berbunyi pertanda ada pesan yang masuk.

"Bulan besok pelajaran apa ya?" Itu isi pesan yang diterima oleh Bulan, yang membuat dirinya cukup kaget.

"Bisa-bisanya kamu gak tau kita belajar apa besok," balas Bulan.

"Yaa aku gak nyatat jadwalnya," pesan masuk lagi

Bulan tidak langsung merespon pesan yang di kirimkan oleh Chika, yang membuat dia mengirimkan pesan terus menerus.

"Cepetan,"

"Mana?" 

"Lama kali kau ini,"

"Bulaaaaaaaaaaaaan," 

"Bersinarlah,"

"Tidur kah dirimu wahai kawan,"

Bulan kaget mendengar suara pesan masuk yang begitu banyak.

"Sabar woooy," balasnya. Setelahnya Bulan langsung mengirimkan foto jadwal yang telah dia buat.

"Okkey thank you kawan," pesan Chika.

"Hmm sama-sama," ucap Bulan tanpa membalas pesan Chika.

Setelah tugas Bulan selesai dia memilih langsung istirahat karena harus menyiapkan dirinya untuk hari esok.

Keesokan paginya Bulan lagi-lagi berangkat tanpa kedua orang tuanya di rumah.

"Berarti ayah sudah sehat," gumam Bulan.

Baru saja ia ingin berangkat tiba-tiba ponselnya berdering, "Kenapa?" Tanya Bulan.

"Aku ikut  kami ya, kemarin abis jatuh gak di bolehin bawa motor sendiri," jawab seseorang di seberang sana.

"Oke, aku berangkat." Jawab Bulan sambil menutup telpon genggamnya.

Sesampainya di rumah Delis, ia langsung melihat Delis yang berjalan sedikit pincang.

"Kamu jatuh dimana? Parah nih? Di jahit gak? Ko bisa sih jatuh?" Tanya Bulan bertubi-tubi.

"Diem diem, bantuin kek apa kek jangan nanya mulu, sakit ini," jawab Delis.

Bukannya Bulan membantu dia memilih diam di tempat yang membuat Delis geleng-geleng kepala.

Setelah sampai di sekolah, Delis berjalan ke ruang kelasnya sangat lambat, ini membuat Bulan memiliki ide jahil.

"SEMANGAT. SEMANGAT. SEMANGAT." teriak Bulan dengan lantang yang membuat sekeliling melihat ke arahnya.

"Semangat Delis bentar lagi sampe," lagi-lagi Bulan menyemangati temannya itu.

"Diem njir, bukannya bantuin malah bikin rusuh, duluan aja sono." Perintah Delis sambil melotot yang membuat Bulan tertawa.

Siswa lain yang melihat pun ikut menyemangati Delis yang berjalan pelan itu, agar ia bisa kuat berjalan sampai kelasnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!