Bab 17

Bulan yang merasa bosan berada di ruang rawatnya, memutuskan untuk berjalan menyusuri lorong rumah sakit.

Ayah dan ibunya pergi makan siang karena di paksa oleh Bulan, jika tidak mereka tidak akan meninggalkan Bulan sendirian.

Saat berjalan Bulan melewati ruang rawat inap yang di dalamnya banyak orang berkerumun dan semua orang menangis.

"Apa keluarganya meninggal ya?" Tanyanya pada diri sendiri.

Saat Bulan lebih memperhatikan kerumunan orang itu, ia melihat sosok anak yang berdiri di lantai sambil melihat orang-orang yang sedang menangis itu.

Sosok anak kecil itu mirip dengan anak yang berbaring di atas ranjang, "Semoga tenang adeknya dialam sana," ucap Bulan dalam hati lalu beranjak pergi.

Saat berjalan menuju taman di luar rumah sakit, ia tanpa sengaja melihat kak Raffi, "Mirip kak Raffi, tapi gak mungkin lah sekarang masih jam sekolah," ucap Bulan.

Dia berjalan ke taman untuk menghirup udara segar, hari ini tidak terlalu terik jadi banyak yang keluar berjalan-jalan.

Lagi-lagi Bulan melihat sosok anak kecil itu, dia berjalan mengikuti seorang ibu yang mungkin itu adalah ibunya, ibu itu terus menangis di dalam pelukan suaminya.

Saat pandangan Bulan mengikuti sosok anak itu, ternyata sosok anak kecil itu juga melihat ke arah Bulan, mata mereka bertemu, Bulan yang menyadari itu langsung memalingkan wajahnya.

Bulan yang menundukkan kepalanya sambil memejamkan mata merasa ada seseorang di dekatnya, karena dia berpikir bahwa itu adalah sosok anak kecil tadi, jadi dia tetap memilih memejamkan matanya.

Ponselnya berdering, ia seketika mengangkat kepalanya dan melihat ponselnya. Ternyata yang menelpon adalah ayahnya, "Assalamualaikum yah,"

"Ini ibu nak, sebenar lagi ibu balik ke rumah sakit, kmau ada mau nitip sesuatu gak nak?" Tanya sang ibu.

"Gak usah buk, gak usah buru-buru juga ke rs,"

"Ya sudah nak, ibu juga bakalan ke toko dulu," 

"Oke bu," ucap Bulan lalu menutup telponnya.

"Astaghfirullah," ucap Bulan yang kaget saat ia menoleh, saking kagetnya ia hampir terjatuh dari duduknya.

Bukan hantu anak kecil tadi ataupun hantu lain, tetapi sosok seniornya yang di lihat di dalam rumah sakit tadi.

Kak Raffi dialah orangnya, melihat Bulan yang hampir jatuh, dia sigap membantu.

"Kenapa disini?" Tanya Bulan.

"Nyariin kamu lah," jawabnya.

Bulan menatap heran ke arah seniornya itu, seolah bertanya tau dari mana.

"Kamu gak masuk sekolah, tadi saya datang ke kelas kamu bawa vitamin tapi kamu gak masuk sekolah malah masuk rumah sakit." Ucapnya.

"Ayahku dokter di rumah sakit ini, tadi saya tanya beliau ternyata kamu adalah pasien ayahku."

"Kenapa jidatmu?" Tanyanya.

"Ko kakak cerewet sih?" Tanya Bulan heran karena sang senior banyak berbicara tidak seperti kemarin.

"Gak usah nanya, saya gak secuek itu," jawabnya.

"Jidatmu kenapa?" Tanyanya lagi

"Ah ini, katanya sih semalam saya pingsan terus pas jatuh kejedot di lemari," ucap Bulan sambil memegang perban di jidatnya.

"Terus ngapain kakak ke rumah sakit?"

"Cari kamu," jawabnya santai.

"Nyari saya?" Tanya Bulan sambil menunjuk dirinya, "Kenapa?"

"Mau ngasih vitamin," ucap kak Raffi

"Terus vitaminnya mana?" Tanya Bulan.

"Udah saya minum, haus," jawabnya.

Bulan semakin heran, ada apa dengan seniornya ini. Tiba-tiba Bulan teringat oleh perempuan kemarin.

"Kak saya penasaran, perempuan kemarin pacar kakak ya?" Tanyanya.

"Yang mana?" 

"Di lapangan,"

"Kenapa?" Tanya kak Raffi.

"Orang nanya mah di jawab bukan nanya balik, gimana sih," ucap Bulan.

"Cemburu ya," ucap kak Raffi, yang membuat Bulan menggeleng dengan cepat.

"Hanya penasaran,"

Kak Raffi tidak menjawab, Bulan pun memilih untuk diam saja.

"Dia kakakku, tuh dia," ucap kak Raffi sambil menunjuk ke arah seseorang yang berjalan masuk rumah sakit.

Bulan menganggukkan kepalanya, "Ayo masuk, kamu harus istirahat," ajak kak Raffi.

Bulan langsung beranjak dari duduknya, dan berjalan mengikuti langkah seniornya itu.

Saat berjalan kembali ke ruang inapnya, kak Raffi juga berjalan di dekatnya. Bulan tidak menghiraukan, dia masuk ke kamar tapi seniornya pun masuk.

"Kenapa lagi?" Tanyanya heran karena sang senior terus mengikutinya.

"Gak apa-apa, hanya memastikan sesuatu." Ucapnya lalu pergi.

Saat dia ingin keluar dari pintu, tiba-tiba dokter datang ya g ternyata itu adalah ayah kak Raffi.

"Kenapa disini?" Tanya sang dokter ke anaknya.

"Jengukin teman yah," ucapnya

"Teman?" Tanya ayahnya sambil tersenyum.

"Raffi mau kembali ke sekolah ya, bye." Ucapnya lalu pergi.

Setelah pemeriksaan oleh dokter, ternyata aku sudah boleh pulang esok harinya.

Tapi Bulan belum di bolehkan untuk sekolah, jika kondisinya besok belum memungkinkan untuk beraktivitas berlebihan.

Setelah makan dan minum obat bulan tidur siang, namun saat tertidur itu Bulan bermimpi bertemu sosok makhluk besar berwarna merah yang terus-menerus mengejar Bulan.

Makhluk itu terus mengatakan kamu adalah milikku, dia telah memberikanmu padaku.

Bulan yang kaget langsung terbangun dan keringatnya bercucuran. Ibunya yang baru masuk melihat anaknya yang tampak ketakutan.

"Kenapa Bulan?" Tanya ibunya.

"Sosok merah," ucap Bulan yang membuat ibunya kaget.

"Kamu liat sosok merah nak? Siapa dia nak?" Bulan menggeleng ini pertama kalinya melihat sosok merah itu.

Ibunya takut ada orang yang ingin mencelakai anak, ia takut kejadian yang lalu kembali terulang lagi.

Sang ayah yang baru masuk di dalam kamar inap Bulan, sontak kaget saat mendengar sosok merah itu.

"Kamu gak apa-apa kan Bulan?" Tanya sang ayah.

"Gak apa-apa yah," ucapnya sambil tersenyum.

Saat sore hari, ada keluarga Bulan yang datang menjenguknya karena mendengar bahwa Bulan masuk rumah sakit.

Yang datang itu keluarga dari pihak ibunya, merek mengobrol satu sama lain.

"Bulan," sapa kakak sepupunya.

Bulan tersenyum, "Bagaimana sekolahmu?"

"Aman kak, teman-teman sekelasku juga baik banget,"

"Baguslah, kalau ada apa-apa bilang ke kakak ya," ucap sang kakak sepupu.

"Sudah semakin baik ya kamu," ucap tantenya,

"Iya tante,"

"Tante denger kamu besok udah bisa pulang ya, hati-hati ya," ucapnya, "Kak, jangan ninggalin Bukan di rumah sendiri kalau kondisinya belum sehat," katanya kepada ibu Bulan.

"Iya dek," ucap ibunya Bulan.

Saat jam jenguk hampir habis, baru lah keluarga Bulan itu pulang.

"Berangkat sekolah sama kakak aja kalau ayahmu gak sempet anterin kamu ya, sekolah kita juga deketan," ucap kak Heru sepupu Bulan.

"Iya kak, nanti Bulan kabarin kalau ayah gak sempat anterin ke sekolah." 

"Oke, minum obat teratur," ucap sepupunya sambil berjalan pergi.

Setelah Bulan makan malam dan minum obat dia tidur kembali.

Keesokan paginya, Bulan merasa semakin baik. Saat bangun dia melihat sosok anak kecil kemarin, kali ini ia tidak memalingkan wajahnya, namun justru tersenyum ke anak kecil itu.

Ayah dna ibunya tidak ada di ruang inapnya jadi dia dengan leluasa berkomunikasi dengan sosok anak kecil itu.

"Hai nama kamu siapa?" Tanya Bulan.

"Leo," jawabnya.

"Kenapa Leo disini?"

"Gak tau, Leo gak tau mau kemana,"

"Leo sudah tau, kalau Leo sudah meninggal?"

"Sudah," jawabnya.

"Lalu kenapa Leo masih di rumah sakit, kembali ke alam kamu," ucap Bulan.

"Leo mau pergi tapi Leo mau bertemu kakak,"

"Kenapa?" Tanya Bulan heran.

"Kakak hati-hati ya, ada yang ikut kakak, dia serem banget," ucap Leo

"Terima kasih ya Leo, tenang disana ya," Leo mengangguk lalu berlari menembus tembok.

Bulan berpikir keras siapa kah sosok itu, apakah sosok merah yang dilihat dalam mimpinya, tapi kenapa dia mengikuti dirinya.

Terpopuler

Comments

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝑩𝒖𝒍𝒂𝒏 𝒉𝒓𝒔 𝒉𝒂𝒕𝒊"

2024-04-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!