Bab 19

Jam terakhir di kelas Bulan kosong, sang guru tidak dapat hadir jadi hanya memberikan tugas.

Bulan yang tengah mencari tumpangan untuk pulang tapi tidak dapat, alhasil dia menghubungi kakak sepupunya.

Tapi kakak sepupunya itu pulang jam 4 sore, jadi Bulan akan menunggu sekitar satu jam.

Tak lama bel pulang berbunyi, teman-temannya mulai pulang.

"Bulan, jadi kamu balik sama siapa?" Tanya Adel.

"Sama kakak sepupuku, tapi dia balik sekolah jam 4," jawab Bulan.

"Ya sudah nunggu sejam aja ko gak lama itu," 

"Kalian balik aja duluan, aku nunggu sendiri aja gak masalah," ucap Bulan yang menyuruh temannya itu pulang duluan.

"Rumahku deket aja, lagi pula aku bawa sepeda," ucap Chika.

Delis melihat keluar kelas mencari seseorang, tiba-tiba saja dia pergi.

"Kak Raffi," panggil Delis.

"Kenapa?"

"Nunggu siapa?"

"Gak nunggu siapa-siapa," jawabnya.

"Balik sama siapa?"

"Sendiri,"

"Kak bisa anterin Bulan balik gak?" Tanya Delis.

"Dia gak bawa motor?" Tanyanya pura-pura tidak tau.

"Gak kak, dia belum dibolehin sama ayahnya, tadi pagi berangkat sama sepupunya juga," ucap Delis.

"Dia dimana?"

"Di kelas bentar ya kak aku panggilin,"

"Jangan biar saya saja," ucap kak Raffi, lalu ia berjalan ke kelas Bulan, tanpa sadar dia tersenyum.

Kak Raffi masuk membuat Bulan kaget, "Hai kak Raffi," sapa Chika. Dia hanya tersenyum.

"Ayo balik, saya anterin," ajak kak Raffi.

Adel, Chika dan Delia hanya berdiri melihat interaksi mereka berdua.

"Gak usah kak, bentar lagi juga saya di jemput," setelah mengucapkan kalimat itu, tiba-tiba Bulan menerima pesan dari sepupunya.

"Bulan, kakak gak bisa langsung balik sekarang, kamu nunggu sebentar ya," Bulan membaca pesan sepupunya.

"Yaudah ayo," ajak Bulan.

Adel, Chika dan Delis pamit pulang duluan saat Bulan sudah setuju dengan pulang dengan kak Raffi.

Kak Raffi mengambil tas Bulan dan membawakan, "Gak usah kak, itu gak berat saya bisa sendiri," ucap Bulan saat melihat kak Raffi membawakan tasnya.

Tapi dia tidak peduli dan tetap saja membawakan tasnya Bulan. Saat melewati kantor, ada guru yang memanggil mereka.

"Raffi," panggil seorang guru.

"Iya pak," ucap kak Raffi dan berjalan ke arah guru, Bulan hanya berdiri di tempatnya.

"Besok saya tidak masuk di kelasmu, untuk tugas yang Minggu lalu dilanjutkan saja,"

"Siap pak,"

"Siapa?" Tanya guru ke kak Raffi saat melihat Bulan.

Kak Raffi tidak menjawab tapi hanya tersenyum, "Do'akan saja pak,"

"Kalian masih sekolah, ingat-ingat Raffi," ucap guru mengingatkan, "Ya sudah pulang sana hati-hati," 

"Iya pak, terima kasih," ucap kak Raffi lalu berlari ke arah Bulan.

Saat Bulan menunggu kak Raffi yang mengambil motor, Bulan di dekati oleh sosok perempuan yang berseragam sekolah, sosok perempuan yang selalu berdiri di gerbang sekolah.

"Kamu bisa liat aku kan?" Tanya sosok itu saat mendekati Bulan.

Dia pura-pura tidak bisa melihat sosok itu, karena dia tau bahwa sosok itu ingin meminta bantuannya. Dia kapok pernah membantu sosok hantu bapak-bapak mencari istrinya.

"Kenapa kau pura-pura tidak bisa melihatku, sedangkan kemarin kau membicarakanku dengan teman-temanmu." Katanya.

"Bantu aku, aku mencari bagian tubuhku yang hilang," ucap sosok itu memohon.

Bulan terus-terusan berdiam dan berpura-pura tidak melihat hantu itu.

Sampai akhirnya kak Raffi datang, saat menaiki motor, tanpa sengaja Bulan bertatap mata dengan hati perempuan itu.

"Astaghfirullah," ucap Bulan yang membuat kak Raffi berhenti.

"Kamu kenapa?" Tanyanya khawatir.

"Ah gak apa-apa kak ayo jalan lagi,"

"Apa sosok itu?"

"Kakak bisa lihat?"

"Bisa, emang cuma kamu dkk bisa lihat," ucapnya lalu menjalankan motornya lagi.

Sepanjang perjalanan mereka hanya diam, berbicara pun tidak memungkinkan karena suaranya akan terbawa angin.

"Makasih kak sudah anterin, maaf merepotkan,"

"Gak masalah, balik ya," pamit kak Raffi.

"Iya hati-hati kak,"

"Hati-hati di rumah," kak Raffi menjalankan motornya.

Baru saja Bulan membuka pintu rumah tiba-tiba dia mendengar suara motor yang berhenti di depan pagar rumahnya.

"Siapa ya, apa kak Heru?" Tanyanya saat mendengar suara bel berbunyi.

"Loh kak Raffi, ada yang ketinggalan kak?" Tanya Bulan saat melihat kak Raffi yang membunyikan bel.

"Minta nomor teleponmu," ucapnya sambil menyodorkan ponselnya ke Bulan.

Bulan yang heran pun tetap memberikan nomornya ke seniornya itu, setelahnya kak Raffi langsung pulang setelah mendapatkan nomor Bulan.

Bulan kembali masuk ke dalam rumahnya setelah menguci pagar. Namun saat masuk dia baru menyadari bahwa orang tuanya sedang tidak ada di rumah.

Sore harinya saat Bulan terbangun, dia pun tidak melihat orang tuanya. "Mungkin mereka ada di toko," ucap Bulan dalam hati.

Ia memutuskan untuk bersantai di belakang rumah sambil mengerjakan tugas sekolahnya, saat sedang mengerjakan tugasnya ia merasa ada seseorang yang memperhatikannya dari arah pintu.

Namun ternyata tidak ada, bahkan sosok hantu pun tidak ada, walaupun penasaran ia tetap memilih untuk tidak mengecek siapa yang ada di sana.

Ia mendengar suara bel rumahnya berbunyi, ia berfikir bahwa itu adalah ibunya yang sudah pulang. Tadi ia mengunci pagar rumahnya.

Bulan berlari memasuki rumahnya, tapi baru saja melangkah masuk tiba-tiba dirinya terjatuh seperti kakinya tersandung sesuatu.

"Aduh sakit banget," Bulan meringis sambil mengusap-usap pergelangan kakinya.

"Gak ada apa-apa tapi tadi...," belum sempat menyelesaikan ucapannya, Bulan tiba-tiba melihat makhluk merah yang pernah ia lihat dalam mimpinya.

Bulan berusaha berdiri dan berlari keluar rumah, bel rumah lagi-lagi berbunyi, tapi bunyi kali ini seperti bel di pencet terus menerus.

Saat Bulan menggapai gagang pintu, suara bel senyap, tidak berbunyi lagi. Bulan membuka pintu untuk melihat apakah ada orang di luar tapi ternyata tidak ada.

Tepat disaat Bulan menutup pintu, tiba-tiba saja tubuhnya terdorong ke belakang hingga menghantam pintu.

Ia merasa sangat pusing karena hantaman itu, "KAMU MILIKKU HAHAHAHA" suara makhluk merah itu menggema.

"Dasar makhluk jelek, badanku sakit karena ulahmu, tunggu saja kau," ucap Bulan kepada makhluk itu.

"HAHAHAHA KAU TIDAK AKAN BISA KEMANA-MANA, KEMANAPUN KAU TETAP MENJADI MILIKKU," ucapnya lagi.

"Awas kau ya, akan ku bal...," tiba-tiba makhluk itu menghilang.

Bulan mendengar suara mobil ayahnya masuk ke garasi, ia bergegas melihat ternyata benar itu mobil ayahnya.

"Ayah," panggil Bulan, "Ada yah?" Tanya Bulan saat melihat wajah ayahnya yang terlihat marah.

"Gak apa-apa sayang, jadi di jalan banyak yang ugal-ugalan hampir nyerempet mobil," jawab ayahnya, tapi entah kenapa Bulan merasa ayahnya sedang berbohong padanya.

"Ibu kemana?"

"Masih di toko, ayah juga mau ke toko lagi ini, kamu mau ikut gak? Dari pada sendirian di rumah." Ajak ayahnya.

"Gak usah deh yah, Bulan di rumah aja mau ngerjain tugas." Ucap Bulan.

"Ya sudah kalau begitu, ayah panggil Heru ya buat nemenin kamu," ucap ayahnya yang langsung menelpon kakak sepupunya itu.

"Sepupumu sebenar lagi kesini, itu untuk makan malammu ya," tunjuk ayahnya.

"Iya yah, makasih ya hati-hati di jalan,"

Ayahnya mengiyakan perkataan putri satu-satunya itu lalu pergi meninggalkan rumah.

Terpopuler

Comments

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝒂𝒅𝒂 𝒂𝒑𝒂 𝒚𝒂 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒐𝒓𝒕𝒖𝒏𝒚𝒂 𝑩𝒖𝒍𝒂𝒏 🤔🤔🤔

2024-04-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!