Bab 3

Sedang asyik-asyiknya bercerita, tiba-tiba mereka dikagetkan oleh siswa yang berteriak.

"Bendahara," teriak siswa laki-laki, "Minggu ini kita belum bayar kas kan?" Tanyanya.

Bendahara yang mendengar hanya merespon dengan anggukan.

"Ngomong kek jangan ngangguk aja," ucap siswa laki-laki tersebut yang bernama Tura.

"Diem gak lu!" Perintah Adel sang bendahara.

"PMS ya, sensi bener," ucap Tura, yang berhasil mendapatkan lemparan pulpen dari Adel.

Tepat pulpen itu mendarat di jidat Tura yang mengundang gelak tawa teman-temannya.

"Tura Tura udah di suruh diem masih aja ngomong, kena kan," ucap teman sebangkunya.

Tepat jam 12 siang bel lagi-lagi berbunyi sebagai pertanda istirahat siang dan juga waktu sholat bagi siswa-siswi yang memeluk agama Islam.

Cukup panjang waktu istirahat siang, sekitar satu jam jadi mereka semua tidak harus terburu-buru melaksanakan sholat dan makan siang.

Setelah bel berbunyi, ternyata guru yang sebelumnya tidak masuk, akhirnya datang. Guru Fisika, masuk hanya perkenalan dan membicarakan kontrak belajar.

Jam pelajaran ketiga memang waktunya terpotong istirahat siang, walaupun hanya 30 menit tapi itu cukup untuk guru menjelaskan beberapa poin pelajaran.

Tak terasa jam pulang pun tiba, siswa berlarian menuju parkiran. Tapi tidak dengan Bulan dan ketiga kawannya. Mereka justru memilih berdiam diri di dalam kelas. 

"Pulangnya nunggu sepi aja ya," ajak Bulan

"Hmm boleh, males juga rame banget di parkiran." Timbal Chika.

"Tapi kan rumah lu deket, jalan kaki juga bisa," ucap Bulan.

"Iyaa sih tapi mager ah jalan kaki, hari ini aku bawa motor." Jawabnya

Mereka berempat hanya fokus ke handphone masing-masing. Sampai akhirnya.

"Del, ko kamu gak pernah ngomong sih, yaa ngomong sih tapi singkat padat dan gak jelas, kamu cadel ya?" Tanya Chika

Bukannya menjawab Adel hanya melirik Chika dan hanya menggelengkan kepalanya.

"Nah kan, kenapa sih?" Tanyanya lagi

"Gue sakit gusi, jadi mending lu diem sebelum di tampol," timpal Adel sambil kesakitan.

Bulan dan Delis hanya tertawa, ternyata Adel tidaklah cuek tapi lagi sakit gusi.

Cukup lama mereka berdiam di dalam kelas, dan sesekali mengobrol ringan membahas hal-hal yang mereka sukai.

Sampai pada titik mereka sadar bahwa mereka berempat menyukai hal-hal yang horor dan hal yang berbau misteri.

Hal ini membuat mereka heboh berempat, Adel hanya bisa tersenyum mendengar hal tersebut.

"Serius kalian juga suka hal horor?" Tanya Delis.

"Iyaa aku suka," jawab Bulan.

"Aku juga aku juga," jawab Chika, dan Adel yang mengangguk.

"Seru nih, ada temen ceritanya hahahaha," tawa Chika.

"Aku ingin cerita horor," Bulan tiba-tiba berbicara serius.

"Aku suka horor tapi aku aslinya penakut, jadi saranku jangan sekarang lagi sepi," jawab Delis, dan lagi-lagi Adel hanya mengangguk.

"Aku juga penakut, mending besok aja," Chika menimpali. 

"Ah gak seru kalian,"

"Biarin daripada aku pingsan di tempat," jawab Chika, "Emang kamu gak takut apa?" Tanyanya

"Takut juga sih," jawab Bulan sambil cengengesan.

"Huuuu dasar," ucap Chika dan Delis berbarengan.

"Eeeh," belum sempat Delis mengucapkan kalimat, tiba-tiba saja.

"Kalian gak balik?" Seorang laki-laki bertanya ke Bulan dkk.

"Bentar lagi Suf," jawab Delis. "Lo bukannya tadi kamu udah balik ya Suf, ko balik lagi?" Tanya Bulan.

"Handphone aku ketinggalan di laci, jadi balik lagi deh buat ambil padahal udah sampe," jawab Yusuf, "Duluan ya, kalian juga balik parkiran udah sepi," sambungnya.

"Oke hati-hati Suf," ucap Delis mengingatkan.

"Yaudah kita juga balik yok," ajak Chika.

Akhirnya mereka berempat pulang, setelah mengetahui bahwa parkiran sudah mulai sepi.

Setelah Bulan sampai di rumah, dia berpikir bahwa rumah akan sepi seperti biasanya. Namun tidak kali ini, Ayah dan Ibunya ada di rumah. Ini cukup mengherankan bagi Bulan karena biasanya orang tuanya aka pulang ketika Malam tiba.

"Assalamualaikum yah," salam Bulan sambil mencium tangan Ayahnya.

"Wa'alaikumussalam mak," jawab sang Ayah.

"Tumben baliknya cepet, biasanya juga malam baru balik,"

"Iyaa nak, ayahmu lagi gak enak badan tadi di toko jadi lebih baik pulang," ibunya menimpali yang tiba-tiba datang dari dalam rumah.

"Tapi sekarang ayah gak apa-apa kan? Istirahat di dalam aja kalau gitu yah," perintah Bulan, ia khawatir jika ayahnya semakin sakit.

"Ayah sudah tidak apa-apa nak, setelah sampai di rumah ayah sudah mendingan, mungkin hanya kecapean aja," jawab ayahnya, "kamu masuk sana istirahat, capek kan dari sekolah," sambungnya

Bulan mengiyakan perkataan ayahnya, dan langsung masuk ke dalam rumah. Walaupun ia masih terheran-heran dengan perkataan ayahnya.

Tapi Bulan tidak ingin ambil pusing, karena Bulan sudah sangat lelah dari sekolah.

Malam harinya Bulan mengerjakan tugas yang telah diberikan tadi oleh sang guru, Bulan mengerjakan bukan karena rajin tapi karena ia malas.

Handphone Bulan berbunyi pertanda ada pesan yang masuk.

"Bulan besok pelajaran apa ya?" Itu isi pesan yang diterima oleh Bulan, yang membuat dirinya cukup kaget.

"Bisa-bisanya kamu gak tau kita belajar apa besok," balas Bulan.

"Yaa aku gak nyatat jadwalnya," pesan masuk lagi

Bulan tidak langsung merespon pesan yang di kirimkan oleh Chika, yang membuat dia mengirimkan pesan terus menerus.

"Cepetan,"

"Mana?" 

"Lama kali kau ini,"

"Bulaaaaaaaaaaaaan," 

"Bersinarlah,"

"Tidur kah dirimu wahai kawan,"

Bulan kaget mendengar suara pesan masuk yang begitu banyak.

"Sabar woooy," balasnya. Setelahnya Bulan langsung mengirimkan foto jadwal yang telah dia buat.

"Okkey thank you kawan," pesan Chika.

"Hmm sama-sama," ucap Bulan tanpa membalas pesan Chika.

Setelah tugas Bulan selesai dia memilih langsung istirahat karena harus menyiapkan dirinya untuk hari esok.

Keesokan paginya Bulan lagi-lagi berangkat tanpa kedua orang tuanya di rumah.

"Berarti ayah sudah sehat," gumam Bulan.

Baru saja ia ingin berangkat tiba-tiba ponselnya berdering, "Kenapa?" Tanya Bulan.

"Aku ikut  kami ya, kemarin abis jatuh gak di bolehin bawa motor sendiri," jawab seseorang di seberang sana.

"Oke, aku berangkat." Jawab Bulan sambil menutup telpon genggamnya.

Sesampainya di rumah Delis, ia langsung melihat Delis yang berjalan sedikit pincang.

"Kamu jatuh dimana? Parah nih? Di jahit gak? Ko bisa sih jatuh?" Tanya Bulan bertubi-tubi.

"Diem diem, bantuin kek apa kek jangan nanya mulu, sakit ini," jawab Delis.

Bukannya Bulan membantu dia memilih diam di tempat yang membuat Delis geleng-geleng kepala.

Setelah sampai di sekolah, Delis berjalan ke ruang kelasnya sangat lambat, ini membuat Bulan memiliki ide jahil.

"SEMANGAT. SEMANGAT. SEMANGAT." teriak Bulan dengan lantang yang membuat sekeliling melihat ke arahnya.

"Semangat Delis bentar lagi sampe," lagi-lagi Bulan menyemangati temannya itu.

"Diem njir, bukannya bantuin malah bikin rusuh, duluan aja sono." Perintah Delis sambil melotot yang membuat Bulan tertawa.

Siswa lain yang melihat pun ikut menyemangati Delis yang berjalan pelan itu, agar ia bisa kuat berjalan sampai kelasnya.

Terpopuler

Comments

Blue Zia

Blue Zia

pengen nabok bulan boleh gak /Sob/

2024-04-21

0

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝒃𝒊𝒌𝒊𝒏 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒆𝒏 𝒏𝒂𝒃𝒐𝒌 𝑩𝒖𝒍𝒂𝒏 𝒚𝒂 😅😅😅

2024-04-23

0

Miu miu

Miu miu

Terima kasih thor, ceritanya bikin aku bahagia selepas capek kerja!

2024-02-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!