Bab 12

Bulan terus-terusan bersin dan mulai batuk juga, kak Kirana juga tak bisa dihubungi. Saat mereka lagi bingung mencari kak Kirana, justru kak Raffi yang datang ke tenda mereka.

Kak Raffi menyerah kantong plastik, "Nih buat temanmu," ucapnya saat menyerahkan ke Tara yang duduk di luar tenda.

"Apa ini kak?" Tanyanya tapi belum menerima kantong plastik itu.

"Buat temanmu itu yang lagi batuk-batuk, udah kek nenek-nenek aja," ucap kak Raffi.

Sontak Bulan yang mendengar itu bangun, menghampiri kak Raffi, "Aku seperti ini juga karena ulah kakak, semoga kakak juga batuk-batuk," ucap Bulan sambil meraih plastik yang dibawa kak Raffi.

 "Terima kasih kak," ucap Tara, saat melihat Bukan tidak mengucapkan terima kasih. Malah justru kembali mengomel,"Pokoknya kakak harus tanggung jawab sampai aku benar-benar sembuh," ucap Bulan berjalan masuk di dapur.

Kak Raffi hanya diam melihat tingkah Bulan, saat melangkah pergi teman satu regunya mengucapkan terima kasih sekali lagi kek kak Raffi.

Setelah kepergian kak Raffi, kak Kirana baru datang sambil berlari. "Kalian kenapa?" Tanyanya panik.

"Terus kenapa Raffi kesini?" Tanyanya lagi.

"Kak duduk dulu, tarik nafas, tenang dulu kak," ucap Tara menenangkan kakak pendampingnya itu.

"Nih kak minum dulu," ucap Rosa sambil menyodorkan air minum.

Setelah minum dan cukup tenang, "Delis kenapa kamu nelpon sampi 15 kali?" Tanya kak Kirana ke Delis.

"Ini kak, Bulan sakit terus kami gada yang bawa obat, jadi tadi mau minta sama kakak siapa tau panitia punya," 

"Oh obat, tapi tuh udah ada, kalian beli? Minta ke panitia aja langsung mereka punya banyak stock obat,"

"Gak kak, ini tadi kak Raffi yang bawain Bulan,"

"Aaah pantesan dia dari sini ternyata," ucap kak Kirana.

"Iya kak, kakak dari mana sih, dicariin gada tadi," tanya Delis

"Kakak dari pos 6, bantuin disana soalnya panitia laki-laki disana tadi anter anak-anak yang kesurupan, jadi banyak panitia yang kesana," kak Kirana menjelaskan yang lain hanya menganggukkan kepalanya.

"Yasudah istirahat aja dulu Bulan, kalau nanti gak baikan, lapor ya," ucap kak Kirana beranjak pergi.

"Oke siap kak."

Bulan tertidur setelah meminum obat, tepat pukul 6.30 Bulan di bangunkan untuk makan bareng teman-temannya.

"Gimana udah mendingan?" Tanya Chika.

"Udah Chik kepalaku juga udah mulai ringan," 

"Yasudah bangun dulu makan malam, kalau nanti gak sanggup ikut materi kamu istirahat aja," ucap Delis.

Mereka semua menyantap makanannya, setelahnya Adel, Mora, dan Ika beranjak untuk mencuci piring.

Adel yang sedari tadi menunduk membuat temannya bertanya-tanya.

"Kenapa Del, nunduk mulu ntar kesandung kamunya," ucap Mora.

"Del kamu gak apa-apa kan?" Tanya Ika.

"Aman-aman, aku nunduk soalnya takut ngeliat depan, ada sosok hitam melihat ke arah sini," ucap Adel yang membuat teman-temannya mempercepat gerakan cuci piring.

Setelah mencuci piring seadanya, mereka segere berbalik dan berjalan hampir berlari ke arah tenda.

Tidak ada yang berbicara karena ketakutan, sesampainya di tenda mereka tetap diam, kaget dengan apa yang diucapkan Adel tadi.

"Merinding," ucap Ika

"Ngapain sih kamu bilang gitu tadi," protes Mora ke Adel

"Ya kalian nanya mulu ya ku jawab lah dengan jujur, kita kan gak boleh bohong," jelas Adel

"Tapi kan jujur demi kebaikan tuh gak apa-apa, kami nih ketakutan jadinya," ucap Mora

"Ya maaf, kalian nanya aku cuma jawab gak maksud," Adel meminta maaf ke temannya itu. Yang lain hanya melihat mereka berdebat.

Setelah mereka melaksanakan sholat isya, siswa mulai berkumpul di aula untuk mendapatkan arahan serta materi tentang kegiatan mereka besok.

"Bulan kami gak istirahat aja?" Tanya Delis

"Aku udah mendingan ko, gak usah khawatir aku udah minum obat lagi ko," ucap Bulan berusaha meyakinkan teman-temannya.

"Yasudah tapi kalau kamu mulai gak kuat, bilang ya," 

"Oke Lis," 

Mereka berjalan berombongan ke aula sekolah, Bulan sengaja ambil posisi duduk dekat tembok karena dia ingin bersender ke tembok.

Setelah satu jam mereka fokus dengan materi, panitia memberikan waktu istirahat sekitar lima menit.

"Bulan, masih kuat gak?" Tanya Chika, Bulan hanya mengangguk.

Tiba-tiba saja kak Raffi datang ke arah mereka, "Nih minum," menyodorkan minuman ke arah Bulan. Bulan mengambil vitamin dari kak Raffi tanpa mengucapkan sepatah kata pun, tapi matanya bergerak seperti mengucapkan terima kasih.

Kak Raffi keluar aula dan tak lama kembali masuk lagi, membawa minyak kayu putih. Dia meminta ke Chika yang duduk di samping Bulan untuk menggosok ke kepala Bulan.

Panitia yang seangkatan dengan Raffi, dibuat heran dengan tingkahnya karena Raffi termasuk manusia yang dingin dan cuek dengan perempuan. Bahkan dia tidak peduli sama sekali, tapi dia justru perhatian dengan Bulan.

Panitia yang memulai melanjutkan materi tiba-tiba terhenti karena ada anak lagi kesurupan, awalnya satu anak dan semakin lama bertambah. 

Semua anak-anak yang tidak kesurupan, diarahkan ke lapangan dan anak-anak yang kesurupan tetap di dalam aula karena itu tidak memungkinkan di pindahkan ke musholla.

Baru saja Bulan berdiri di bantu teman-temannya, tiba-tiba saja dia pingsan. Tak lama Bulan pun ikut kesurupan, suaranya berubah menjadi bapak bapak yang marah.

Adel, Chika, dan Delis tetap berada di dekat Bulan dan berusaha menyadarkan Bulan. Tapi tak berhasil Bulan tetap saja marah-marah.

Kak Raffi yang melihat itu, segera berjalan ke arah Bulan, "Kesurupan juga?" Tanyanya

"Iya kak, mana badannya berat terus kuat, kami gak bisa nahan dia lama-lama," ucap Chika.

"Hey anak mudah, lepaskan. Aku tidak ingin menyakiti anak ini, tapi karena ada hal penting jadi aku harus masuk untuk menegur langsung anak-anak kurang ajar ini," ucap Bulan melepaskan genggaman yang memegang tubuh Bulan.

Bulan langsung menoleh ke arah anak laki-laki dan mulai berjalan, melihat satu-satu anak-anak tersebut. Sampai akhirnya Bulan tiba-tiba berhenti di depan anak laki-laki.

"Kamu ternyata ya," ucap Bulan yang kesurupan.

"KENAPA KAU MELAKUKANNYA DI TEMPATKU? KAU MENGOTORI TEMPATKU!" ucap Bulan

"DAN KAU," Bulan menunjuk ke arah anak perempuan, "SANGAT BODOH, SUDAH DI PERINGATKAN TAPI TETAP MELAKUKANNYA,"

"KALIAN BERDUA MENGOTORI TEMPATKU, BERSIHKAN SEKARANG!" Ucap Bulan dengan bentakan yang membuat semua ketakutan.

Anak-anak yang kesurupan diam tak bersuara tapi tidak keluar dari tubuh yang dirasuki.

"BODOH KALIAN SEMUA INI, BUANG SAMPAH SEMBARANGAN, CEPAT BERSIHKAN," 

"Apa yang harus mereka bersihkan?" Tanya pak Ustadz yang sudah datang karena dipanggil untuk membantu guru agama.

"POHON YANG DI SAMPING JALAN SANA," ucapnya sambil nunjuk pohon ke arah luar.

"Mereka akan membersihkannya tapi kamu keluar, kasian badan anak ini, dia sedang sakit, aku yang akan mengawasi langsung anak-anak itu membersihkan tempatmu."

Tak lama sosok tersebut pun keluar dengan sendirinya, tubuh Bulan langsung tergeletak di lantai, kak Raffi sigap mengangkat tubuh Bulan untuk di bawa ke pos PMII.

Terpopuler

Comments

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝒌𝒂𝒚𝒂𝒌𝒏𝒚𝒂 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒎𝒆𝒍𝒂𝒌𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒉𝒂𝒍 𝒔𝒆𝒏𝒐𝒏𝒐𝒉 𝒅𝒆𝒉 🤔🤔

2024-04-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!