Bab 16

Sesampainya di rumah Bulan langsung masuk, saat mau masuk dalam rumah ia tanpa sengaja melihat sosok perempuan berambut panjang menjuntai sampai ke lantai.

Ia tak menghiraukan sosok itu, ia berjalan masuk karena sudah sangat lelah.

Saat malam hari sekitar jam 8, Bulan terbangun dari tidur. Kepalanya terasa berat sekali tapi ia tetap memaksakan dirinya untuk bangun.

"Bu," panggilnya.

Ia berjalan ke ruang makan untuk mencari obat, setelah mendapatkan obatnya ia justru di kagetkan oleh sosok yang dilihat tadi siang.

Tapi Bulan berusaha untuk mengontrol dirinya, terus berpura-pura tidak bisa melihatnya.

"Bulan, mau makan nak?" Tanya ibunya.

Bulan kaget sontak berbalik ternyata itu benar ibunya.

"Gak bu, gak laper Bulan mau minum obat, kepala Bulan rasanya berat."

"Kamu harus makan dulu baru minum obat, yang ada kami bakalan makin sakit karena obatnya,"

Bulan yang tak mau makan tetap menurut untuk makan sesuap nasi, setelah kembali tidur.

Saat ingin kembali ke kamarnya tiba-tiba Bulan pingsan, ibunya yang kaget segera menghampiri anaknya dan melihat darah yang bercucuran.

Ternyata pada saat pingsan kepala Bulan terbentur di sudut kemarin yang ada di dekatnya.

Ayahnya yang mendengar ibunya terus memanggil nama Bulan, menghampiri istrinya itu.

"Bulan kenapa bu?" Tanya ayahnya, "Kepalanya berdarah," ayahnya Bulan kaget melihat darah bercucuran dari dahi sang anak.

Ia bergegas mengambil kain untuk menutupi luka Bulan, "Bu ayo ke rumah sakit sekarang," ajak sang suami.

Baru saja ayah bulan mengangkat tubuh anaknya, tiba-tiba saja Bulan sadar.

"Bulan sadar bu," katanya ke istrinya.

"Sayang ayo ke rumah sakit sekarang, darahnya terlalu banyak yang keluar," kata istrinya.

Saat mereka hampir keluar pintu, tiba-tiba Bulan melompat dari gendongan ayahnya lalu berlari ke arah dapur, ayahnya yang kaget pun langsung mengejar anaknya itu.

Bulan memegang sebuah pisau dan ingin mencelakai tubuhnya, ayahnya dengan sigap mengambil pisau yang ada ditangannya.

"Bulan kesurupan yah,"

"Cepat bu bantu pegang tangan Bulan," ayah Bulan berusaha sekuat tenaga.

Karena tenaga Bulan sangat kuat, ibunya keluar memanggil tetang untuk membantu menyadarkan Bulan.

Ia khawatir jika Bulan tak kunjung disadarkan, tubuh Bulan akan banyak kehilangan darah, dan juga tidak memungkinkan membawa Bulan ke rumah sakit dalam keadaan kesurupan.

Banyak tetangga yang membantu ayah dan ibunya Bulan, ustadz yang ada di kompleks rumah Bulan juga datang membantu.

Setelah berhasil mengeluarkan makhluk yang ada dalam tubuh Bulan, ayahnya segera membawa Bukan ke rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit, Bulan langsung ditangani oleh dokter. Setelah penganan dokter selesai, bukan di bawa ke ruang rawat inap, karena dokter tidak mengizinkan Bulan pulang saat kondisinya belum sadar.

Tepat pukul 4 subuh Bulan tersadar, tapi ibu dan ayahnya sedang tidur jadi tidak ada yang melihat Bulan yang telah siuman.

Saat ingin bangun Bulan merasa kepalanya sangat sakit serasa ingin pecah, "Sakit banget kepalaku, kenapa aku ada disini," ucapnya dalam hati.

"Hmmm bau obat, ah rumah sakit," ucapnya lagi di dalam hati.

Ia mengangkat tangan untuk memegang kepalanya, "Kenapa jidatku di perban, aku terluka dimana, badanku juga rasanya remuk serasa abis berkelahi," pikirnya saat merasa badannya sangat sakit. Ia pun memilih untuk tidur kembali.

Pagi hari bulan kembali terbangun, ibunya turut senang melihat anaknya itu.

"Kamu tiduran aja nak," ucap ibunya saat melihat Bulan berusaha untuk bangun.

"Kenapa aku di rumah sakit bu?" Tanya Bulan.

"Semalam kamu pingsan nak, dekat lemari pas jatuh jidat kamu kena sudutnya lemari," ibu Bulan menjelaskan.

Bulan mengangguk, "Ayah mana bu?"

"Ke sekolah kamu anterin surat sakit," 

Bulan kembali tidur karena tidak tahan dengan sakit kepalanya.

_____

Di sisi lain, Adel yang datang ke sekolah lebih awal, melihat mobil ayah Bulan keluar dari gerbang sekolah.

Adel berfikir bahwa Bulan dianterin ayahnya ke sekolah, jadi bergegas memarkirkan sepedanya lalu berlari dengan semangat ke kelas.

Tapi saat sampai teman-temannya berkerumun di meja guru, karena penasaran ia pun ikut melihat apa yang ada di meja guru.

"Kenapa Mor?" Tanyanya ke Mora saat dia membalikkan badannya.

"Itu surat sakit Bulan, katanya abis jatuh terus sekarang lagi di RS," jelasnya ke Adel.

Adel melihat surat yang ada di meja guru, benar itu adalah surat sakit dari RS dan tertera nama Bulan Liliana.

Adel berjalan ke kursinya, menunggu 2 temannya yang tak kunjung datang.

Tak lama bel berbunyi pertanda upacara bendera akan dimulainya, anak-anak mulai berbaris sesuai dengan urutan kelas.

"Udah di lapangan ternyata," ucapnya saat melihat Delis dan Chika sudah berbaris di lapangan.

"Hey Del, ko lesu banget sih?" Tanya Chika ke Adel.

"Gak apa-apa," jawab Adel.

Setelah mereka kembali ke kelas, Chika dan Delis baru mengetahui bahwa bulan tidak masuk hari ini.

"Jengukin Bulan yo abis pulang sekolah," ajak Chika.

"Jangan jengukin dia," kata Adel

"Lah kenapa kamu ngelarang," ucap Chika

"Baca grup dodol," ucap Adel sambil memperlihatkan layar ponselnya.

Jam pelajaran akan segera dimulai, jadi mereka menonaktifkan ponsel mereka dan mengumpulkan di box.

Pada siang hari, istirahat kedua mereka. Kak Raffi datang menghampiri kelas Bulan.

"Ada Bulan?" Tanya ke Zaka yang sedang duduk di luar kelas.

"Bulan gak masuk kak, lagi sakit," jawabnya

"Sakit apa?"

"Habis jatuh kak,"

"Jatuh?" Gumam kak Raffi, "Bisa minta alamat rumahnya,"

"Saya gak tau kak alamat rumahnya,"

"Kami aja di larang buat jengukin dia," ucap Zia yang sedari tadi berdiri dekat pintu mendengar obrolan mereka.

"Ya sudah makasih ya," ucapnya lalu pergi.

Delis baru saja kembali dari musholla dan melihat kak Raffi pergi dari kelasnya, dia buru-buru bertanya ke Zaka kenapa seniornya itu datang ke kelas mereka.

"Zaka, kenapa kak Raffi datang ke kelas?"

"Nanyain Bulan, kak Raffi pacaran sama Bulan ya, sampe bela-belain datang ke kelas, terus kemarin juga di perkemahan mereka ada momen deketan dah," ucapnya panjang lebar.

"Gak lah, kemarin Bulan sakit karena kecebur di sungai, kepalanya tenggelam hidupnya kemasukan banyak air, itu gara-gara kak Raffi nyuruh Bulan kembali ke barisan tapi dengan cara mundur, terus tuh Bulan minta pertanggung jawaban kak Raffi jagain dia sampai sembuh," Delis menjelaskan ke Zaka.

Zaka mengangguk-angguk tanda mengerti.

Setelah bel pulang berbunyi, Delis, Adel dan Chika memutuskan untuk duduk sebentar di taman dekat pagar, membiarkan teman-temannya pulang duluan.

"Mau masuk ekstrakurikuler apa?" Tanya Chika.

"Aku mau masuk Pramuka deh," ucap Delis.

"Pramuka menyenangkan sih memang tapi juga melelahkan aku gak sanggup, aku tertarik sama PMII," ucap Chika, "Kalau kamu Del masuk apa?"

"Olahraga," ucapnya.

"Badanmu memang cocok sama olahraga, bidang apa?" Tanya Delis.

"Belum mutusin sih, tapi lagi melirik Volly," ucapnya.

"Volly bagus itu aja, basket juga kamu kan tinggi Del," 

"Gak deh Chik, udah pernah ngerasain waktu SMP," 

"Kira-kira Bulan kalan ambil ekstrakulikuler apa ya?" Tanya Delis.

"Gak tau sih, mungkin Pramuka dia juga jago soal sandi-sandi, setauku SMP dulu dia juga Pramuka," ucap Chika.

"Mungkin kali ya,"

Setelah mengobrol, parkiran sudah mulai terlihat sepi barulah mereka memutuskan untuk pulang.

Terpopuler

Comments

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝒌𝒆𝒏𝒂𝒑𝒂 𝑩𝒖𝒍𝒂𝒏 𝒈𝒂𝒌 𝒎𝒂𝒖 𝒅𝒊 𝒋𝒆𝒏𝒈𝒖𝒌 𝒚𝒂 🤔🤔🤔

2024-04-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!