Paman Kenras dan dokter Khael berbincang-bincang perihal perkembangan Uwentira selama di pimpin oleh Raja Garret, walaupun cintanya tak kesampaian karena cinta sehati Garret dan Aliza, tapi dokter Khael tetap mengakui kemampuan Garret yang mampu menjadi Raja ke-3 di Uwentira.
"Itulah mengapa beliau pantas menjadi pendamping Aliza, beliau memiliki hati dan kemampuan yang luar biasa," puji dokter Khael terhadap Raja Garret.
"Sepertinya begitu, mereka saling melengkapi," Paman Kenras menambahkan.
Terdengar bunyi bell rumah, belum pelayan membukanya, pintu itu terbuka lebar karena saat itu tak di kunci, dibaliknya nampak pengawal istana bersama Permaisuri Aliza.
Paman Kenras terkejut membelalakkan mata, begitupula dengan dokter Khael, keduanya serentak berdiri dari tempat duduknya melihat kedatangan perempuan nomor satu di Uwentira itu.
"Yang mulia.." ucap Paman Kenras. Dia melirik sejenak ke arah dokter Khael.
Permaisuri Aliza masuk, langkahnya anggun menuju ke Paman Kenras namun langkah anggun itu terhenti ketika melihat keberadaan dokter Khael. Pria yang telah menolongnya dari maut, pria tampan yang pernah menjadi tunangannya di masa lalu.
'Khael..' ucap Permaisuri Aliza dalam hati.
Pandangannya bertautan dengan pandangan dokter Khael, sorot mata dokter Khael yang bersanding kacamata tertuju dengan tajam kepada Permaisuri Aliza. Melihatnya, Paman Kenras memecahkan ketegangan itu.
"Yang mulia, silahkan duduk," ucap Paman Kenras memberi penghormatan kepada istri Raja Garret.
Permaisuri Aliza sengaja tak menyapa dokter Khael, dia tidak ingin orang-orang yang ikut mendampinginya saat itu salah paham, Permaisuri Aliza kembali berfokus kepada Paman Kenras.
"Dimana Dominic?" tanyanya.
Paman Kenras mempersilahkan Permaisuri Aliza mengikutinya. Dari Pintu kaca, Paman Kenras meminta Permaisuri Aliza memandangi Dominic dari jauh. Sambil melihat Dominic dan Hanum yang sedang asyik bermain, Paman Kenras menjelaskan secara detail sebab kedatangan Hanum di Uwentira.
"Sejak kapan Dominic berteman dengan dia?" tanya Permaisuri Aliza.
Paman Kenras bahkan tidak tahu menahu tentang awal pertemanan Dominic dengan Hanum, dia hanya mengetahui ketika Dominic kembali dari kebun kopi setelah menemani Hanum dari taman bunga.
"Kamu tidak tahu?" tanya Permaisuri Aliza.
"Iya yang mulia," Paman Kenras pasrah.
Permaisuri Aliza menarik nafas panjang, ada dua kejutan yang menyesakkan dadanya, selain kehadiran dokter Khael, keberadaan gadis kecil manusia di Uwentira menjadi polemik baru di kehidupannya.
"Aku dan Garret berusaha agar putra kami tidak terdistraksi dunia lain, tapi sekuat apapun kami menghindarkan Dominic, tetap saja Dominic mendapatkan jalan menemukan ketertarikan kepada dunia manusia," ucap Permaisuri Aliza sambil memandangi putranya bermain dengan Hanum.
Paman Kenras takut menanggapi, dia tahu alasan Raja Garret dan Permaisuri Aliza melarang putranya ke dunia manusia, mereka berdua tidak ingin anaknya banyak mendapatkan masalah, sama seperti dulu yang mereka alami.
"Panggil Dominic menemui ku, aku tunggu dia di ruangan pribadimu, Kak Kenras," pinta Permaisuri Aliza.
Permaisuri Garret itu berlalu menuju ke ruang tamu, dia mendapati dokter Khael masih duduk tenang di sofa. Sangat tidak sopan jika dia tidak menyapa dokter Khael, bagaimanapun dokter Khael adalah sosok yang berperan penting di kehidupannya di masa lalu. Permaisuri Aliza pun berjalan ke arah dokter Khael seraya melayangkan senyum.
"Apa kabar dokter?" sapanya.
Dokter Khael tersenyum, nampak matanya mulai memerah karena menahan rasa harunya. Sekian lama menghindari Aliza, sekian lama dia mencoba mematikan rasa cintanya terhadap Aliza, namun kali ini takdir mempertemukan mereka berdua dengan tak terduga.
"Aku sangat baik yang mulia," jawabnya terbata-bata. Padahal kabar baik itu adalah suatu kebohongan, semenjak peristiwa di masa lalu, dokter Khael kehilangan kebahagiaan dan senyumannya.
Permaisuri Aliza tersenyum lagi, dia tidak ingin memberikan ruang kepada diri mereka satu sama lain.
"Baiklah, saya akan ke ruangan Kak Kenras," ucap Permaisuri Aliza berlalu.
Sementara Paman Kenras mendekati Dominic yang asyik bermain dengan Hanum, dia terkejut ketika Paman Kenras membisikkan berita keberadaan Ibunya sekarang.
"Ta-tapi.." ucapnya gelagapan.
Dominic tidak ingin kepanikannya dilihat oleh Hanum, dia bergegas meminta izin ke toilet agar lebih leluasa berbicara dengan Paman Kenras.
"Paman, kenapa Ibuku bisa tahu aku ada disini?"
"Tidak ada jalan lain yang mulia, Uwentira kekuasaan Yang mulia Raja dan Permaisuri, sangat gampang mereka melacak keberadaan kita, apalagi Pangeran pergi bersamaku," jelas Paman Kenras.
Dominic berdecak kesal, bukan karena kehadiran Ibunya, namun dia takut jika Hanum dalam kesulitan setelah pihak kerajaan mengetahui keberadaan temannya itu.
"Tenang saja, Pangeran. Ibu Pangeran tidak akan gegabah, dia hanya terkejut, coba temui beliau dulu, Permaisuri menunggu yang mulia di ruangan saya," kata Paman Kenras.
Dominic segera menemui Ibunya, di dalam ruangan itu Permaisuri Aliza menunggu sambil duduk menatap ke luar jendela. Mengetahui kehadiran putra semata wayangnya, Permaisuri Aliza membalikkan badan, dia memandangi Dominic dengan tatapan serius.
"Maaf Ibu," ucap Dominic yang mengakui kesalahannya.
"Tanpa meminta maaf, Ibu dan Ayah pasti memaafkan mu, sini duduk," ujarnya.
Dominic duduk di samping Ibunya, dia menundukkan kepala karena merasa bersalah. Permaisuri Aliza sangat memahami karakter putranya, tentu segala gerak-gerik tubuh Dominic menjadi bahasa yang sudah ia pahami.
"Kamu takut jika temanmu itu diketahui oleh pihak kerajaan?" tanyanya.
Sekalipun suaminya seorang Raja, Permaisuri Aliza tetap profesional dalam menaati aturan, begitupula yang harus dilakukan Dominic, melanggar aturan kerajaan sama halnya mencoreng nama baik Raja Garret, suaminya sendiri.
"Dia temanku Ibu, dia bukan anak yang jahat, dia anak yang baik juga, Ibu."
"Kamu tahu dari mana? bagaimana jika dia berniat buruk padamu, dan bercerita segala yang ada disini?"
Dominic tidak sampai memikirkan hal demikian, karena baginya dia dan Hanum hanya anak-anak yang ingin bermain bebas, tertawa di tempat-tempat yang indah, tidak ada hal lain lagi.
"Tapi Hanum hanya ingin bermain, Bu. Dia kesepian juga, sama seperti aku," sahutnya lantang.
Permaisuri Aliza tertegun, dia menelisik dibalik mimik wajah dan nada bicara putranya, pembelaan Dominic terhadap Hanum di luar kewajaran sebagai teman. Permaisuri Aliza tersadar bahwa putranya itu sudah memasuki usia masa pubertas, usia remaja yang tentunya akan memiliki ketertarikan dengan lawan jenis.
"Ibu, aku juga ingin berteman dengan siapapun, aku lelah menjadi anak Raja yang selalu banyak aturan yang tidak boleh aku langgar, menjadi anak manusia ternyata lebih nyaman, aku melihat anak-anak di dunia sana bermain sesuka hati mereka, tidak diikuti banyak pengawal, aku ingin hidup seperti mereka, Ibu."
Baru kali ini Dominic mengutarakan keresahan hatinya, melanggar aturan di belakang kedua orang tuanya tanda dia memberontak secara halus. Namun kali ini Dominic akan mengungkapkan keinginannya secara langsung di depan Ibunya.
"Ibu, menjadi anak Raja itu sulit, aku lelah, tolong kali ini mengerti, aku dan temanku hanya bermain di Uwentira, dia tidak bersekutu dengan rakyat Uwentira yang jahat," ujarnya.
Dominic berharap Permaisuri Aliza memahami jika dirinyalah yang bertanggung jawab atas keberadaan Hanum di Uwentira.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments