Bab 6 MEMBAWA HANUM

Salah satu penjaga gapura berbisik ke Paman Kenras, kedua wajah pria diliputi wibawa itu terlihat amat serius, Paman Kenras menoleh ke Dominic, Pangeran Uwentira itu sedang memandanginya penuh keseriusan. Paman Han mendekati Dominic, dia berjongkok agar lebih sopan mengobrol dengan keponakannya itu.

"Pangeran, teman Pangeran sudah menunggu dari tadi di gapura, sebaiknya kita segera menyeberang, jangan sampai ada makhluk lain yang mengganggunya," kata Paman Kenras.

"Ayo, jika ada mahluk lain yang sampai mengganggunya, maka ku kerahkan prajuritku menghancurkan mereka," ujar Dominic. Dia semakin menunjukkan sisi ketegasannya sebagai Putra Mahkota.

Paman Kenras membawa Dominic menyeberang dimensi, setelah pusaran angin itu berlalu, mereka telah tiba di dimensi manusia. Mata Dominic langsung tertuju kepada Hanum yang tertidur bersandar di gapura.

"Hanum .."

Paman Kenras memeriksa denyut nadi Hanum, sangat melemah, "Sepertinya energi teman Pangeran banyak terserap oleh mahluk sekitar sini," ucap Paman Kenras.

"Tapi dia baik-baik saja 'kan, Paman? Hanum hanya kekurangan tenaga saja 'kan?"

"Iya, Pangeran. Sebaiknya kita membawa Hanum segera keluar dari hutan ini, " usul Paman Kenras

Dominic terdiam sesaat, dia tahu jika Hanum butuh perawatan untuk sementara waktu, tetapi jika harus membawanya ke rumah sakit manusia, tentu keluarga Hanum akan mengetahui kejadian yang menimpa Hanum sebenarnya.

"Aturan undang-undang itu dapat berlaku esok lusa, jadi kita bisa melakukan pemindahan dimensi sebelum itu, membawa manusia ke Uwentira," kata Dominic.

"Maksud Pangeran, ingin .." Paman Kenras terhenyak dengan keinginan Dominic.

Tapi tak ada jalan lain lagi, Hanum segera di obati untuk memulihkan energi manusianya, jika di kembalikan ke keluarganya dengan keadaan demikian, ada banyak spekulasi yang menimbulkan fitnah besar bagi keberadaan Uwentira.

"Baiklah, kita bawa Hanum ke Uwentira," kata Paman Kenras. Tubuh kekarnya menggendong Hanum untuk menyeberang dimensi.

Setelah mereka tiba kembali di Uwentira, para penjaga tetap diminta tutup mulut atas kehadiran gadis kecil yang Pangeran Dominic bawa bersama Paman Kenras. Dari tangan Hanum terjatuh sebuah sapu tangan berwarna merah muda, tertulis nama Hanum di sana, sapu tangan itu buatan Ibunya yang selalu ia bawa kemana-mana. Dominic memungut sapu tangan itu, sedikit kotor karena terkena lumut yang menempel di tembok gapura tadi.

"Temani dia di jok belakang, Pangeran," kata Paman Kenras yang sudah mendudukkan Hanum di dalam mobilnya.

Paman Kenras membawa Hanum dan Dominic ke rumahnya, ia pikir akan lebih leluasa jika memulihkan Hanum bila tidak di istana.

"Aku setuju, Paman." Dominic pikir itu usulan yang sangat baik.

Rumah Paman Kenras terletak di pinggiran kota metropolitan Uwentira, sebagai pria dewasa yang seringkali berkutat dengan keramaian dan hiruk-pikuk kota, Paman Kenras ingin kembali beristirahat di rumah yang tenang dan jauh dari kebisingan, itulah mengapa dia lebih memilih membangun rumah di pinggiran kota.

"Ayo silahkan turun, Pangeran. Saya akan membawa Hanum masuk ke dalam rumah, saya juga sudah menghubungi dokter terdekat dari sini," ucap Paman Kenras dengan segala sikap gesitnya menangani setiap perkara.

Paman Kenras membaringkan Hanum di tempat tidur, sampai saat itu belum juga nampak pergerakan dari tubuh Hanum.

"Sebentar lagi dokter teman Paman akan datang," katanya.

Dominic duduk disamping Hanum, terlihat di kedua kaki Hanum terdapat luka goresan, Paman Kenras juga dapat melihatnya.

"Mungkin luka itu karena Hanum terlalu jauh berjalan, apalagi melalui jalan bebatuan di air terjun," ujar Paman Kenras yang sudah menebak yang dipikirkan oleh Dominic.

"Ini pasti akan berbekas, Paman."

"Setidaknya kita bisa mengobati dulu, kita tunggu dokter, dokter utama yang akan datang, dia meluangkan waktunya untuk ini," ujar Paman Kenras.

Beberapa menit menunggu, Dominic mulai resah, dia mondar-mandir di depan Hanum yang masih terbaring tak sadarkan diri, Dominic gelisah karena dokter yang akan menangani Hanum tak kunjung tiba.

"Paman?" Dominic memanggil Paman Kenras.

Namun tak ada jawaban dari luar, saat hendak ingin memeriksa keadaan luar, Dominic mendengar suara Paman Kenras berdialog serius dengan seorang pria juga.

"Paman .." lirih Dominic.

Paman Kenras dan pria bersamanya serentak menoleh, Dominic memandangi pria berkaca mata yang bersama Paman Kenras, pria itu memberi penghormatan lalu tersenyum kepadanya.

"Pangeran, maaf menunggu lama, saya sedang menunggu dokter dari kerajaan, tapi dokter itu berhalangan, sekarang yang ada hanya dokter yang termasuk tersohor di Uwentira, beliau ini juga sangat mengenal Raja dan Permaisuri," jelas Paman Kenras.

Dominic baru kali ini melihat sosok pria tampan yang wajahnya agak berbeda dari penduduk Uwentira lainnya, putra Aliza itu membalas senyuman pria yang bersama Paman Kenras.

"Hallo Pangeran, nama saya dokter Khael, rupanya Pangeran sudah besar," ucap dokter Khael.

"Dokter Khael? aku pernah mendengar nama Paman di sebut oleh Ibuku," kata Dominic. Dia teringat dengan cerita permaisuri Aliza tentang teman yang menolongnya.

Dokter Khael tersenyum tipis, dia menunduk seraya mengingat masa-masa saat berjuang mempertahankan keegoisannya terhadap Aliza. Paman Kenras agak panik jika kisah cinta segitiga antara Raja Garret, Permaisuri Aliza, dan dokter Khael kembali di ungkit, ia tahu amat berat untuk memadamkan berita simpang siur penculikan istri Raja yang bertebaran di di kalangan rakyat Uwentira.

"Hmm, sebaiknya dokter segera melihat Hanum, mari silahkan dok," ujar Paman Kenras yang segera mengalihkan topik pembicaraan.

Dokter Khael dan Dominic masuk ke kamar tempat Hanum berbaring, kulit gadis kecil itu mulai menguning karena kekurangan cairan, energinya sangat terkuras karena penyesuaian dengan dimensi yang berbeda.

"Saya akan periksa, mohon izin Pangeran," ucap dokter Khael.

Dominic hanya mengangguk, dia sedang mengontrol rasa paniknya oleh keadaan Hanum. Baru kali ini dia melihat secara langsung manusia yang sedang melawan dimensi secara jiwa.

"Paman dokter, bagaimana?" tanya Dominic.

"Kita harus beri cairan biru, ini akan menetralisir energinya," sahut dokter Khael.

Dokter berwajah oriental itu teringat dengan momen saat menyelamatkan permaisuri Aliza. Dia jatuh cinta pertama kali ketika melihat Aliza yang bersimbah darah akibat ulah orang-orang yang menjahatinya.

"Pangeran tidak perlu khawatir, anak manusia ini pasti akan baik-baik saja," ucap dokter Khael.

Khael mulai memasangkan tali infus cairan biru ke tangan Hanum, sedikit ngeri bagi Dominic, karena tangan temannya itu terpaksa di tusuk jarum agar lebih mempermudah cairan biru meresap ke seluruh tubuh Hanum.

"Sudah menyebar, kita tunggu saja dia pulih, anak ini masih kecil, tentu tubuhnya membutuhkan waktu yang lumayan lama agar menerima cairan biru ini," kata dokter Khael lagi.

Paman Kenras yang berdiri disamping Dominic merasa gusar, sedari tadi setiap menit dia melirik ke jam tangannya, jam sudah menunjukkan pukul satu malam, berarti di dimensi manusia sudah memasuki waktu malam hari. Paman Kenras terpikirkan dengan

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!