Bab 2 DI KEBUN KOPI

Di Kebun Kopi, 2009

Seorang anak perempuan berusia sembilan tahun berlari kecil dengan riang, ditangannya masih membawa mainan gelembung, wajahnya terpancar bahagia, sesekali suara teriakan Kakek dan Neneknya  yang berada di gubuk memanggilnya, hanya memastikan jika cucunya baik-baik saja.

"Sepertinya Hanum menikmati liburannya disini, Pak." Ucap Neneknya sembari memakan bekal mereka dari rumah.

"Ya, setidaknya orangtuanya bisa menyelesaikan masalah pekerjaan mereka dulu," sahut Kakeknya.

Hanum yang kehabisan gelembung berdiam diri di tempat, dari jauh dia melihat seekor kupu-kupu yang amat cantik, gadis kecil itu terpukau, mengikuti arah kupu-kupu itu terbang, semakin menjauh dari wilayah perkebunan kopi milik Kakeknya.

"Tunggu aku kupu-kupu," teriak gadis kecil itu.

Langkahnya kian gesit  mengikuti arah kupu-kupu hingga ia tiba di aliran air terjun kecil, Hanum belum juga menyadari bahwa ia telah jauh dari Kakek dan Neneknya, kedua mata indahnya masih tetap tertuju pada kupu-kupu yang sudah hinggap di pohon semak belukar.

Dibalik pohon itu nampak seorang anak laki-laki yang seusia dengan dirinya, ditangannya bertengger kupu-kupu yang sejak tadi menarik perhatian Hanum.

"Kau ingin kupu-kupu ini?" tanya anak laki-laki itu.

Hanum menganggukkan kepalanya, anak laki-laki tampan itu berjalan menuju Hanum. Dia membawa kupu-kupu indah itu lalu meletakkannya di telapak tangan Hanum.

"Terimakasih.." Ucap Hanum sumringah.

Anak laki-laki itu tersenyum lebar, dia mengamati Hanum yang asyik mengusap sayap kupu-kupu.

"Kau menyukai kupu-kupu?" tanya anak laki-laki itu lagi.

"Iya, aku sangat menyukainya," jawab Hanum.

Anak laki-laki itu sejenak menoleh ke belakang, ada sedikit anggukan kepala yang ia layangkan. Hanum yang sempat melihat gerak-geriknya juga ikut melihat ke arah pandangan yang sama.

"Kau ingin mendapatkan kupu-kupu yang lebih banyak?" tanya anak laki-laki itu.

Hanum yang polos malah menjawab,"Ya, aku mau."

"Kalau begitu ikut denganku, aku akan membawamu ke tempat kupu-kupu milikku," ajak anak laki-laki itu.

"Tapi, tunggu dulu, kau siapa?" tanya Hanum.

"Namaku Dominic, aku tinggal dalam hutan sana," Anak laki-laki itu menunjuk ke arah hutan yang lebat.

"Bersama Ibu dan Ayahmu?" tanya Hanum.

"Iya, Ayahku bernama Garret, dan Ibuku bernama Aliza."

Hanum mengamati hutan lebat dihadapannya, tampak tak ada satupun rumah yang terlihat hanya ada gubuk-gubuk kecil berwarna kuning yang dibuat para penduduk desa setempat, gubuk-gubuk itu dibuat untuk sarana mereka meminta rezeki pada mahluk gaib.

"Rumahmu dimana?" tanya Hanum lagi.

Dominic tersenyum, dia melihat ke arah hutan itu lagi, dia menghela nafas, "Masih jauh, aku juga sedang bermain disini."

Hanum manggut-manggut, dia berjalan menaiki tanjakan, "Ayo, aku mau lihat kupu-kupu mu," ucapnya.

Dominic meraih tangan kanan Hanum, dia mengajak Hanum menaiki tanjakan, aliran air di sungai kecil itu membasahi kaki keduanya.

"Jangan lepaskan tanganku ya," pinta Dominic yang menggenggam erat tangan Hanum.

Mereka berjalan melewati lorong yang adi apik dua gapura. Hanum sama sekali tidak takut walaupun di sis kanan-kirinya mulai gelap gulita.

"Tutup matamu," pinta Dominic yang melayangkan tangannya menutupi kedua mata Hanum.

Dominic mengiring Hanum melewati gapura itu, dan di detik kemudian keduanya berada di taman bunga yang dipenuhi kupu-kupu bersayap indah.

"Ah, indah sekali, ini seperti gambar yang ada dibuku dongeng ku," ucap Hanum yang terkesima melihat keindahan terpampang didepan matanya. Tanpa ragu, Hanum berlari menyusuri bunga yang berwarna-warni itu, dia membelai setiap kupu-kupu yang hingga di bunga tulip. Seminggu tinggal bersama Kakek dan Neneknya di desa, Hanum hanya berada di kebun kopi dan ladang, tentu sebagai bocah perempuan yang berasal dari kota ingin merasakan suasana yang berbeda.

"Kau menyukainya?" tanya Dominic.

"Iya, aku seperti berada di negeri dongeng Cinderella," jawabnya.

"Apa itu?" tanya Dominic yang bingung dengan negeri dongeng yang diumpamakan oleh Hanum.

Hanum tertawa lalu bercerita, "Kau tidak tahu dongeng cinderella? dia gadis yang dicintai oleh pangeran, Cinderella dibawa ke istana Pangeran yang sangat indah. Cinderella gadis yang baik hati, hidupnya yang buruk diselamatkan oleh Pangerannya."

Dominic tersenyum, dia memikirkan sesuatu hingga terbayang imajinasi indah di pelupuk matanya. Sedangkan Hanum menikmati hamparan bunga dan kupu-kupu berterbangan kearahnya. Aroma semerbak bunga memenuhi rongga dadanya, Hanum sangat bahagia.

"Siapa yang menanam bunga-bunga ini?" tanya Hanum dari jauh, seketika membuyarkan lamunan Dominic saat itu.

Dominic terdiam sesaat, "Pelayan Ibuku," jawabnya.

Hanum tertegun, perhatiannya berpusat pada kalimat Dominic 'Pelayan Ibuku'. Karena penasaran, Hanum berlari kecil mendekati Dominic.

"Kau anak orang kaya yah? karena Ibumu memiliki pelayan," tanyanya.

Dengan wajah yang terheran, Dominic malah balik bertanya, "Apakah kau tidak memiliki pelayan di rumahmu?"

"Tidak sama sekali, Ibuku mengerjakan pekerjaan rumah sendiri. Ibuku bahkan setiap hari sangat lelah."

"Ck, Ayahmu sangat payah, seharusnya dia menyediakan pelayan untuk Ibumu dan juga untuk kau."

Hanum memanyunkan bibirnya, di dalam hatinya dia membenarkan ucapan Dominic. Ayah dan Ibunya selalu saja bertengkar, Ayahnya seringkali bersikap kasar terhadap Ibunya, Hanum bahkan terlalu takut mendekat Ayahnya karena perangai Ayahnya yang arogan.

"Kamu benar, Ayahku orang yang payah," ujarnya.

Dominic melirik ke Hanum, raut wajah gadis kecil itu berubah jadi muram, sebagai anak laki-laki yang sudah diajarkan berbagai hal dari orang tuanya, Dominic dapat memahami kondisi perasaan Hanum saat itu.

Hanum yang bersedih tersadar bahwa dia sudah jauh dari kebun Kakeknya, dia menoleh kesana-kemari mencari keberadaan kebun kopi, akan tetapi disekitarnya hanya hamparan taman bunga yang amat luas, hingga berhektar-hektar.

"Kita ini dimana? apakah jauh dari kebun kopi?"

Dominic berdiri dari tempat duduknya, dia menarik tangan Hanum untuk mengikutinya."Ikut denganku, kau akan ku antar pulang," ucapnya.

Hanum menurut saja, mereka berdua berjalan cepat hingga tiba di gapura. Lagi-lagi Dominic meminta Hanum memejamkan matanya, setelah memejamkan mata, Hanum merasa ada angin kencang yang mengibas sekujur tubuhnya.

"Sekarang buka matamu," pinta Dominic.

Hanum ternganga ketika melihat disekitar air terjun sudah mulai diliputi kegelapan malam.

"Ini sudah malam? ke-kenapa bisa? kita tadi kesini masih siang loh," ucapnya terheran-heran.

Dominic enggan menjawab pertanyaan Hanum, dia kembali menggenggam tangan Hanum agar menuruni tanjakan itu lagi, mereka menyusuri aliran sungai kecil yang berasal dari air terjun.

Setiba diperbatasan kebun kopi milik kakek Hanum, cahaya obor dari gubuk Kakek Hanum sudah nampak dimata keduanya.

"Itu gubuk Kakekku, untung saja mereka belum pulang, pasti mereka mengkhawatirkan aku," kata Hanum.

Dominic memandangi Hanum dengan seksama, "Berjanjilah, jangan beritahu siapapun tentang diriku dan taman bunga tadi, ini rahasia kita berdua."

Hanum berpikir sesaat, "Aku janji, tapi besok kita bermain lagi ya," pintanya penuh harap.

Setelah mengucap janji satu sama lain, Hanum berlari kecil ke gubuk Kakeknya, sesekali menoleh ke belakang, memastikan Dominic masih berdiri memantaunya dari kejauhan.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!