Bab 19 ANCAMAN REVAN

Hanum makan sambil menundukkan wajahnya, entah kenapa tatapan Pak Don jauh lebih menyeramkan dibanding dengan tatapan amarah Revan. Sedangkan pria yang berstatus sebagai suaminya itu sibuk bercengkrama dengan wanita asing bernama Rachel.

"Hari ini sungguh seperti sejarah, kalian orang yang pertama yang ku bawa ke rumah satu ku ini, rumah ini khusus tempat tinggal ku dengan istri dan anakku," ucap Revan.

Dia masih mengakui Hanum sebagai istrinya, walaupun saat itu ada Rachel yang bermesraan dengannya.

"Don, silahkan makan," kata Revan lagi.

"Iya, saya akan makan," sahut pria tampan itu.

Sesaat dia melirik lagi ke Hanum, istri Revan itu bersikap biasa saja walaupun suaminya sedang suap-suapan dengan wanita lain.

"Aku ingin makanan yang di piring itu, bolehkah kau mengambilkannya untukku?" tiba-tiba Don meminta ayam goreng yang berada di depan Hanum.

Ibu satu anak itu terhenyak, dia balik memandangi Revan, tatapan suaminya itu meminta agar Hanum mengambilkan Don makanan yang dia mau.

"Baik, saya ambilkan," kata Hanum dengan tangan gemetaran.

Don dapat melihat jelas ketakutan yang amat luar biasa pada diri istri temannya itu. Dia bahkan kebingungan dengan keadaan rumah tangga Revan dan Hanum.

"Terima kasih," ucap Don kepada Dominic.

Hanum tak berani membalas ucapan Don, dia hanya mengangguk seraya menundukkan kepala. Revan saat itu memperhatikan gerak-gerik istrinya yang tetap menurut walaupun dia sedang bersama Rachel. Karena tak ada yang perlu dia komplain kan ke Hanum, Revan kembali berfokus kepada Rachel.

"Sayang, aku ingin nanti malam kamu temani aku belanja, aku mau beli tas baru," pinta Rachel.

"Hmm, baik. Nanti kita atur jadwalnya," sahut Revan.

Mendengar itu Hanum mulai dirasuki amarah, dia merasa sungguh terzalimi dengan tingkah Revan, mengurungnya di rumah itu bersama Ganiyah, sedangkan Revan bersenang-senang dengan Rachel di luar sana. Do yang tak melepaskan pandangan dari Hanum sudah memahami mimik wajah ibu anak satu itu.

"Aku sudah kenyang, aku ingin lihat Ganiyah," ucap Hanum. Dia berdiri dari tempat duduknya lalu pergi ke kamar tanpa mendengar izin dari Revan.

"Hanum!" Revan menyerunya, akan tetapi Hanum tidak peduli.

Cucu Pak Limbong itu enyah dari hadapan suaminya bukan karena cemburu, namun dia tidak ingin harga dirinya jatuh karena kehadiran Rachel yang sengaja ingin menjatuhkan martabatnya sebagai istri.

"Sudahlah, biarkan dia mengurus Ganiyah, kmu sudah janji saka aku, dia hanya sebatas istri yang telah melahirkan anakmu," kata Rachel.

Mendengar kalimat-kalimat Rachel, Don kini sudah sangat paham kondisi rumah tangga Revan dengan Hanum. Sejak pertama kali mengenal Revan seminggu yang lalu, Don dan Revan seringkali bertemu karena bisnis yang akan mereka berdua mulai rintis bersama.

"Maaf ya, Don. Kamu harus melihat tingkah tidak sopan istriku," ucap Revan. Di dalam hatinya dia berencana memberi perhitungan kepada Hanum.

"Tidak apa-apa, itu sudah biasa bagi wanita," sahut Don.

Hanum yang berada di kamar kembali membuka laptopnya, dia membuka sosial media Revan yang sudah lama tidak diintai olehnya. Ternyata didalam kumpulan foto-foto Revan di sosial media, ada sederet foto kebersamaannya bersama Rachel, tak ada satupun foto dirinya dan Rachel yang dipublikasikan oleh Revan.

"Seharusnya aku memang harus lebih tegas lagi," gumam Hanum.

 Dia menyesali sikapnya yang tidak bertindak tegas terhadap Revan, membiarkan dirinya dan putrinya terbelenggu oleh lelaki tempramental, padahal berulang kali Cici memintanya agar melaporkan Hanum ke Komnas perlindungan perempuan, namun Hanum masih terlalu takut untuk melawan Revan.

"Tidak kali ini, aku harus melawan," tegas Hanum pada dirinya sendiri.

Hanum mengirimkan pesan kepada pihak perlindungan perempuan, mengirim bukti CCTV, foto lembam di tubuhnya, hingga rekaman kalimat kasar Revan yang setiap hari mengguncang batinnya. Dibalik sikap Hanum, tentu ada rasa tegang pada dirinya, jemarinya gemetaran mengetik surat laporan itu.

"Hanum! Kau mengunci pintunya?" Revan mengetuk keras pintu kamar Hanum.

Hanum panik, dia mematikan laptopnya lalu menyembunyikannya di bawah lemari. Dia sengaja mengacak-ngacak rambutnya agar terlihat baru saja berbaring bersama Ganiyah.

"Lama banget sih, weh!" Revan kian menggedor pintu.

Ketika pintu itu terbuka, Revan mendorong Hanum masuk kembali ke kamar, dia mengunci pintu dari dalam dengan kalimat mengumpat.

"Kamu sengaja ya, mau malu-maluin aku di rekan bisnisku? hah?!"

"Maaf, aku tidak ada niatan begitu, aku hanya mengkhawatirkan Ganiyah."

Revan meraih lengan Hanum lalu digenggamnya sangat erat. Dia bahkan tidak peduli dengan suara keluhan istrinya yang sedang menahan sakit.

"Aku sudah berkali-kali bilang, aku akan melepaskan kamu jika kamu sudah butuhkan lagi, utang Ayahmu terlalu banyak! Bahkan harga diri kamu tidak sebanding dengan itu! Paham?! jadi ikuti perintahku!"

Hanum mendengar itu dengan seksama, namun didalam hatinya berkata bahwa bukan Revan yang mengaturnya saat ini, tetapi hukum yang akan melawan Revan, sekalipun pria itu berkuasa secara materi.

"Iya, aku paham itu." Hanum berpura-pura mengikuti aturan main Revan.

"Baguslah, kembali ke dapur, siapkan cemilan untuk rekan bisnisku, arahkan Bi Rini, jangan banyak alasan!"

Revan lebih dulu keluar dari kamar, dia menghampiri Rini dan Rachel di ruang santai, dibelakang menyusul Hanum yang berjalan namun tetap menundukkan kepala, dia teramat malu dengan para tamunya karena perlakuan Revan yang semena-mena.

"Bi Rini, mari siapkan kue yang aku buat kemarin," ajak Hanum.

Don yang duduk di depan Revan memantau Rini dari pantulan lemari kaca.

"Ayo, Mas. Kita bakalan telat nanti," lata Rachel kepada Revan.

Rachel sedari tadi merengek meminta diantar oleh Revan, sebagai wanita yang baru dua bulan menjalin hubungan dengan suami orang, Rachel ingin memanfaatkan uang dan kekuasaan Revan.

"Baiklah, kita berangkat sekarang, tapi bagaimana dengan Don? maaf Don, kamu gak apa-apa kalau menunggu sendiri disini?" tanya Revan.

Don tersenyum, "Tentu tidak, tenanglah, aku suka suasana rumahmu, aku betah disini, pergilah.."

Rachel menarik tangan Revan agar bergegas memakai kembali jaketnya, Revan yang makin terbuai dengan sikap manja Rachel tak mempedulikan apapun lagi. Mobil Revan telah terdengar keluar dari garasi, mereka berdua melancong ke pusat perbelanjaan.

"Bi, biar saya saja yang antar keluar," kata Hanum.

Dia membawa piring kue, namun setiba di ruang santai, matanya membeliak melihat hanya Don yang sendiri duduk sambil menonton tv. Hanum yang kebingungan diam mematung.

"Kau terkejut? suamimu tidak ada disini?" tanya Don.

Hanum tidak berani menyahut, ia merasa Don dan Revan memiliki sifat yang sama, suka menyakiti wanita dan menganggap perselingkuhan itu hal biasa.

"Duduklah, kata suamimu, kau harus menemaniku bicara," kata Don lagi. Dia bermaksud untuk membuat Hanum lebih santai lagi.

Hanum meletakkan kue itu di meja, dia duduk di hadapan Don dengan tersenyum masam, sulit bagi Hanum untuk berpura-pura baik di depan Don.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!