Bab 4 BERUSAHA BERTEMU

Siang itu Hanum tak mau bicara kepada Kakek dan Neneknya, setelah pulang dari kebun kopi, Kakek-Neneknya tidak lagi mengizinkan Hanum untuk bermain di kebun kopi, Hanum harus tetap tinggal di kampung bersama Uwa' nya, tidak diperbolehkan ikut ke kebun kopi. Hanum tak henti merengek ke uwanya, dia meminta agar dia diizinkan keluar rumah untuk bermain, sebagai Uwa yang sangat menyayangi keponakannya, Uwa Sri harus mengindahkan permintaan Hanum meskipun hal itu akan melanggar aturan amanah kedua orang tuanya.

Mata Hanum sembab karena rengekannya disertai tangisan,

"Uwa, Hanum mau keluar main," ucapnya tak henti.

Uwa Sri yang sedang menanak nasi masih terdiam, hatinya mulai tergugah tetapi dia masih sibuk di dapur, seabrek pekerjaan rumah tak dapat meladeni Hanum yang harus diawasi bermain.

"Uwa tidak bisa temani kamu, Hanum. Uwa banyak pekerjaan," ujarnya tanpa menoleh ke Hanum.

Gadis kecil itu berdecak kesal, dia melirik ke jam dinding, sudah menunjukkan pukul sebelas, Hanum semakin panik jika tak dapat keluar bermain hari itu dan seterusnya, bagaimana jika dia tidak dapat lagi bertemu dengan teman barunya, Dominic?

Hanum duduk di bangku dengan perasaan gelisah, boneka Barbie nya hanya ia tepuk-tepuk menandakan kebosanan yang amat sangat, sesekali Uwa' nya hanya melemparkan senyuman kepadanya.

"Uwa, kenapa Kakek dan Nenek keluar main, kalau begini lebih baik aku pulang saja ke kota," ketusnya.

Uwa Sri hanya tersenyum mendengarnya, dia tahu Hanum anak yang di manja oleh Ibunya sehingga dia tumbuh layaknya sudah memiliki keinginan sendiri.

Hanu menggerutu tak jelas, namun setelah melihat jendela kamarnya, wajah kesalnya menjelma menjadi senyuman.

"Uwa, aku mau tidur siang, jangan ganggu aku ya, aku sedang marah, sangat marah pada Kakek dan Nenek, Hanum akan mogok makan sampai Kakek Nenek pulang!" Ucap Hanum amat kesal.

Uwa Sri tak dapat berbuat apa-apa, dia termasuk wanita yang lemah lembut dan lebih banyak mengalah, terlebih ke Hanum, keponakan tersayangnya.

"Baiklah, kamu tidur ya, nanti kalau lapar, makanan sudah siap di meja, ambil saja ya, anak cantik," sahut Uwa Sri.

Hanum tidak menjawab, dia terlalu takut jika rencananya diketahui oleh Uwa Sri, Setelah menutup pintu  kamarnya dengan rapat, Hanum mengambil kursi kayu lalu keluar melalui jendela. Hanum memegang sandalnya lalu berlari kencang menuju ke kebun tebu milik tetangga.

"Aku harus cepat lari, pasti Dominic menungguku," gumamnya dengan mempercepat larinya.

Hanum sudah cukup hafal jalan menuju kebun kopi Kakeknya, seminggu lalu-lalang tentu ia menyimpan baik setiap jalan setapak yang ia lalui. Benar saja, hanya membutuhkan jarak tempuh setengah kilo, hamparan kebun kopi sudah nampak dari jauh. Hanum tidak akan masuk ke kebun kopi itu, dia memilih langsung menuju air terjun yang berada di tanjakan tempatnya pertama kali bertemu dengan Dominic.

"Apakah dia menungguku di sana?" Hanum bertanya-tanya seorang diri.

Hanum kembali memakai sendalnya, dia mempercepat langkahnya menuju ke air terjun itu. Anak kecil seusianya sangatlah tidak normal sebab dia tidak sama sekali takut kegelapan hutan dan berbagai rasa takut sama seperti anak kecil lainnya.

"Tidak lama lagi aku tiba di air terjun itu," ucapnya setelah melihat pohon akar belukar yang suah nampak dari tempatnya berpijak.

Hanum berjalan lebih cepat, dari jauh bunyi adzan mesjid mulai terdengar, pertanda memasuki waktu dzuhur, Hanum tahu jika Kakeknya akan melalui jalan itu untuk menuju ke mesjid. Karena tak ingin kedapatan oleh Kakeknya, Hanum kembali memegang kedua sandalnya lalu memutuskan untuk kembali berlari agar segera sampai ke tanjakan air terjun itu. Ia berpikir, tak ada salahnya berteman dengan Dominic, dia ingin memenuhi janjinya terhadap Dominic untuk bermain bersama, ingin melihat keindahan taman bunga Dominic yang lain, sebagai anak kecil yang merindukan suasana baru, tentu Hanum sangat berjuang bertemu Dominic.

"Akhirnya, tiba juga .." ucapnya sembari menyeka keringat.

Hanum kembali berjongkok, memakai sendalnya sembari menyeka keringat di seluruh tubuhnya dengan sapu tangan kecilnya. Dia tersadar bahwa ada banyak kebisingan yang terdengar dari sisi kanan dan kirinya, matanya melotot melihat ke setiap sudut jalan yang ada disekitarnya, hanya ada pepohonan dan jalan setapak, air terjun kecil yang sedikit mengeluarkan suara gemericik.

'Apa karena aku lelah berlari, aku seperti mendengar orang-orang banyak didekat ku, banyak suara mobil juga.' ucapnya dalam hati.

Suara bising itu semakin terdengar jelas oleh Hanum, suara wanita yang sedang bercanda, sesekali mengeluarkan gelak tawa, suara pria-pria juga sedang mengobrol, Hanum dapat mendengar percakapan mereka dengan membahas jual beli seekor kuda. Karena mulai dihinggapi rasa takut, Hanum bergegas berlari menuju ke Gapura.

"Dominic.." teriaknya di gapura itu. Berharap saat itu Domini segera muncul untuk menghalau ketakutannya.

Berkali-kali Hanum berteriak memanggil nama Dominic, namun bocah tampan itu tak kunjung menampakkan batang hidungnya, namun ajaibnya, suara bising itu seketika lenyap setelah Hanum menyeru nama Dominic. Seolah mereka menghargai nama yang disebut oleh Hanum itu.

Hanum duduk bersandar di gapura, di kelelahan karena sedari tadi berlari, matanya mulai berat, ngantuk dan rasa hausnya tak tertahankan, angin sepoi-sepoi hutan melenakannya hingga ia tertidur pulas di gapura, pintu dimensi dunia lain Uwentira.

***

Di tempat yang berbeda, upacara penghelatan akbar yang dilakukan oleh pihak kerajaan Uwentira, acara itu memperingati hari sejak pergantian nama Canai menjadi Uwentira. Nama Canai tak dipakai lagi setelah Raja Garret menjadi Raja ketiga di Canai. Nama Canai hanya sebuah nama yang tidak memiliki arti apa-apa, namun nama Uwentira memiliki nama yang khas sesuai nama daerah yang sudah jauh lebih melegenda di telinga manusia.

Pesta itu semakin meriah karena Raja Garret ingin membuat kebijakan baru terhadap rakyatnya, kebijakan itu adalah permintaan-permintaan rakyatnya agar mereka senantiasa hidup damai tanpa ada gangguan dari manusia.

Raja Garret dipersilahkan naik ke mimbar untuk melakukan pidatonya, semua catatan yang ia pegang adalah keputusan yang mutlak, tak ada yang boleh menentangnya atau bahkan melanggarnya. Wajah tampan keturunan Inggris itu sangat berwibawa dengan jas hitam kerajaan. dia mulai membacakan pidatonya, menyapa seluruh rakyatnya juga menteri-menteri dan para jajaran kabinet kerajaan.

Dari sekian jajaran pidatonya, kini Raja Garret dengan raut wajah tegas menyampaikan keputusannya, keputusan yang sudah masuk perundang-undangan Kerajaan Uwentira (ex Canai).

"Dan ini aturan baru yang sudah tercatat dalam undang-undang revisi tahun ini, bahwa seluruh penghuni Uwentira, baik itu Rakyat, anggota kerajaan, ataupun bahkan keluarga kerajaan sekalipun, tanpa terkecuali, tidak diperbolehkan lagi berhubungan dengan manusia. Tidak diizinkan lagi melalang buana di dunia manusia, tidak boleh lagi melewati pintu dimensi, ini demi menjaga kehidupan kesejahteraan Uwentira agar manusia-manusia yang berniat buruk tidak lagi memiliki kesempatan mengusik kita, dan untuk menjaga kerahasiaan Uwentira," ucap Raja Garret lalu mengetuk palu kerajaan, pertanda keputusan itu mutlak, tak dapat di tentang atau di ubah lagi.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!