Menata Masa Depan

Cukup setengah hari bermalas-malasan menghilangkan letih usai perjalanan jauh dan pulang larut. Kia memutuskan kembali ke Bandung setelah Dzuhur. Biasanya selalu berangkat sore sebab masih betah berada di rumah. Kali ini tidak. Butuh tempat menyendiri tanpa terganggu kedua adiknya terutama yang bungsu. Dimana saat ia rebahan di kasur, sang adik ikut-ikutan berada di sampingnya dan banyak bertanya tentang seputar kampus dan mata kuliah. Biasanya dengan senang hati Kia berbagi kisah. Tidak untuk kali ini. Bicara pun malas. Memaksakan bicara saat menjawab.

Barang yang akan dibawa kembali ke kosan tidaklah banyak. Muat dalam satu tas ranselnya. Namun Mamah memaksa harus membawa beras 4 kg. Meski berkilah masih ada stok, tetap saja harus dibawa. Daffa membantu mengemas ke dalam goodie bag.

"Gak keliatan bawa beras kok, Teh. Kecuali packingnya pakai dus bekas mie, baru deh gengsi." Daffa tersenyum menyeringai menggoda Kia.

"Bukan gengsi. Beneran beras masih ada stok. Ada lah ya buat 10 harian lagi. Udah ah mau berangkat sekarang." Sahut Kia sambil menoleh ke arah jam dinding.

"Teh, A Zaky udah sampai Zurich, belum?" Tanya Reva menunggu sang kakak yang sedang mencium tangan Bapak lalu ke Mamah.

"Belum ada kabar." Kia menjawab apa adanya dengan sedikit perih terasa di hati saat nama Zaky disebut. Lukanya belum kering.

"Nanti juga bakal ngabarin ke Aa kalau udah sampai mah." Sahut Daffa. Segera menyambar kunci motor yang tergeletak di meja untuk mengantar Kia ke Pool Bus.

"Ya pasti lah belum nyampe. Emang aku udah cek mbah gugel, Jakarta ke Zurich itu 17 jam 55 menit." Ucap Riva.

"Udah tahu ngapain nanya." Daffa mencibir melihat Riva merespon dengan cengengesan.

Kia hanya tersenyum mesem. Keseruan dengan kedua adiknya selalu menjadi bagian yang dirindukan saat berjauhan. Usai melambaikan tangan pada orang tua dan Reva yang mengantar sampai teras, motor yang dibawa Daffa melaju perlahan menyusuri gang menuju Pool Bus.

Perjalanan berjalan lancar. Tiba di kosan menjelang Magrib. Begitu masuk ke dalam kamarnya, hal pertama yang dilakukan Kia adalah mengembuskan napas panjang. Membuang kesumpekan di dada. Dan air mata yang ditahannya sejak dari Tasik, tumpah sudah dengan leluasa. Menangis bukan untuk meratapi nasib cintanya. Namun cara diri untuk recovery.

Kia lebih senang menyendiri saat mood sedang buruk. Lebih nyaman menuangkan curahan hati dengan menuliskannya pada buku diary daripada terhadap teman. Seperti yang dilakukannya usai salat Magrib, ia mulai membuka buku diary estetik dengan sampul berwarna coklat muda bergambar pohon sakura tertimpa hujan salju .

Lega. Satu kata yang mewakili perasaannya usai menulis sebanyak dua lembar. Masih dengan buku yang sama, Kia menatap catatan lama bertuliskan Zaskia Goals berisi daftar target pencapaian yang ingin diraihnya. Yaitu, lulus dengan Cumlaude, karir cemerlang, membeli rumah pinggir jalan untuk orang tua, dan ada beberapa list lagi. Dan itu memantik semangatnya lagi untuk move on dengan segera. Life must go on.

Sepekan berlalu. Kia sudah bisa menatap masa depan dengan senyum cerah. Recovery-nya berhasil menyembuhkan luka hati. Meski sejujurnya belum bisa menghilangkan rasa sukanya terhadap Zaky. Apalagi komunikasi tetap terjalin dengan 'kakaknya' itu yang memberi kabar saat sudah tiba di Zurich.

"Kia....Kia. Ada tamu."

Teriakan Elma diiringi ketukan di pintu kamar, membuat Kia menghentikan ketikkannya di laptop. Bergegas bangun dari duduknya. Melilitkan asal pasminanya. Membuka pintu. "Tamu siapa, Elma?" Tanyanya penasaran. Biasanya jika ada teman kelas yang akan datang, selalu konfirmasi dulu. Jadwal kerja kelompok besok sore bukan sore ini.

"Itu tuh abang macho." Elma tersenyum dengan lirikan menggoda.

"Jangan pakai clue, El. Siapa ih?" Kia benar-benar tidak punya referensi laki-laki spesial selain Zaky. Blank.

"Bang Yuga, Kia. Gak mungkin lupa, kan?"

Dan kini Kia sudah berjalan menuju teras usai merapikan penampilannya dulu. Sesungguhnya ia memang tidak pernah mengingat lagi laki-laki yang tersenyum manis menatap kedatangannya. Setelah menerima ajakan jalan-jalan ke BIP dengan alasan menebus rasa bersalah usai merusak buku yang terkena tumpahan es krim, ia pikir selesai sudah urusannya. Namun nyatanya Yuga datang lagi.

"Hai, Kia. Kebetulan aku lewat sini. Jadi sekalian aja mampir. Ganggu, nggak?" Yuga berdiri di depan kursinya. Posisi berhadap-hadapan dengan Kia terhalang meja.

"Hm, gak ganggu kok. Baru selesai ngerjain tugas." Kia mempersilakan Yuga untuk duduk lagi. Baginya, Yuga masih orang asing dengan minim informasi yang didapat. Baru sebatas tahu sebagai pengusaha distro dan asli Padang.

"Kia, mulai sekarang aku ingin memulai berteman dengan kamu. Boleh, gak?"

***

Enam bulan kemudian - Zürich

Ini menjadi hari pertama bagi Zaky untuk bisa benar-benar menikmati libur yang jatuh di musim panas. Kegiatan belajar yang lebih banyak riset sangat menyita waktu dan atensi. Butuh waktu satu bulan untuk bisa adaptasi dengan gaya belajar di ETH Zurich. Butuh waktu adaptasi dengan warga lokal yang sampai menginjak bulan keenam ini masih sulit bersosialisasi. Bukan karena warganya sombong melainkan memiliki kepribadian tertutup. Sulit untuk punya teman orang Swiss. Lumayan culture shock.

Meski beasiswa sudah mencakup biaya hidup, tetap saja Zaky perlu cerdas mengatur keuangan mengingat biaya hidup di Swiss terkhusus di Zurich, sangat mahal bagi kantong pelajar. Pernah sekali makan di restoran dan harganya cukup mencengangkan. Kecuali bagi pekerja yang memang mendapat gaji tinggi. Akan menjadi pengeluaran dan pemasukan yang seimbang.

Zaky menaiki trem menuju Danau Zürich. Turun dipemberhentian terdekat lalu berjalan kaki sambil menikmati pemandangan di sekitar danau. Ada janji bertemu sang kekasih bernama Shannon.

Wajah ceria dan gerak enerjik menjadi ciri khas Shannon yang kini melambaikan tangan diiringi senyum lebar menyambut kedatangan Zaky. Ya, sudah tiga bulan ia tinggal di Zürich setelah lamarannya diterima oleh perusahaan teknologi internasional pengembang piranti lunak maupun keras asal Amerika Serikat. Ia bekerja di bagian Category Management Team. Tugasnya adalah membuat rencana juga mengatur diskusi, baik internal maupun eksternal. Mengenai sisi teknis, komersial, dan aspek hukum dari kontrak dengan suplier. Jadwal kerja setiap harinya bisa berbeda-beda, tergantung negara tempat tinggal orang yang akan mengadakan rapat dengan dia.

"Hari ini free sampai jam berapa, Sha?" Zaky berjalan di sisi kiri Shannon. Mulai berjalan menyusuri tepian danau yang setiap musim panas banyak dikunjungi warga lokal atau turis. Mencari tempat yang nyaman untuk bersantai sekalian berjemur.

"Long time sampai jam tiga sore. Nanti ada dua rapat di jam 5 sama jam 7 malam sama rekan di Amerika." Resiko bekerja di perusahaan yang memiliki banyak cabang di berbagai negara dan lintas benua. Jika disini sudah hampir selesai jam kerjanya, rekan kerjanya di Amerika baru mulai kerja.

"Zaky, aku udah gajian. Kita naik perahu ya. Nanti lunch aku traktir juga ya. Please, mau ya!" Shannon penuh harap kali ini Zaky mau menerima ajakannya. Gajinya yang besar membuatnya bisa menyewa apartemen dan bekerja home office. Namun di setiap pertemuan, Zaky suka menolak traktirannya dengan alasan mending ditabung saja. Di balik alasan itu ia tahu harga diri sang kekasih begitu tinggi.

"Naik perahunya lain kali deh. Enakan duduk disini. View semua danau keliatan jelas eksotiknya. Aku tadi masak, Sha. Ini dua lunch box ada di tas." Zaky menunjuk ransel yang tersampir di bahunya.

Shannon mengangkat bahu lalu mengangguk. "Okay deh. Tapi aku yang beli minuman ya. Boleh ya?"

"Oke." Zaky mengangguk setuju. Tempat duduk yang nyaman sudah ditemukan. Hamparan rumput menjadi alasnya. Dataran tinggi tempat mereka memulai berbincang santai, menawarkan view yang indah. Danau Zürich di musim panas sangat cocok untuk healing.

"Sha, aku ingin bahas tentang masa depan kita. Mumpung kita sama-sama punya banyak waktu hari ini." Zaky menatap wajah putih yang kini bersemu merah terkena siraman sinar mentari.

Shannon mengangguk. "Oke."

Terpopuler

Comments

💜⃞⃟𝓛 ⏤͟͟͞R𝐙⃝🦜༄༅⃟𝐐ƙׁׅуα

💜⃞⃟𝓛 ⏤͟͟͞R𝐙⃝🦜༄༅⃟𝐐ƙׁׅуα

move on nya gk harus ada orang baru kan kia,kembali ke tujuan aja capai semua list goal kamu

2024-07-29

2

Teti Hojanah

Teti Hojanah

Yuga teh yg nanya Thor ko lupa aku

2024-07-23

0

Putri Dhamayanti

Putri Dhamayanti

yuga??

2024-07-23

0

lihat semua
Episodes
1 Kisah Kita Baru Dimulai
2 Farewell
3 Bertemu Shannon
4 Senja di Pantai Mertasari
5 Silaturahmi
6 Beri Waktu
7 Senja Bersama Ibu
8 Kisah Hari Ini
9 Selayang Pandang
10 Sehari Sebelum Berangkat
11 Tiba di Jakarta
12 Aku Bisa Apa
13 Jatuh Cinta dan Patah Hati Itu Fitrah
14 Menata Masa Depan
15 Musim Berganti
16 Wahai Hati
17 Selesai Tugas
18 Jatuh Cinta, Bangun Cinta Lain
19 Internship
20 Merelakan Takdir
21 Hallo, Jakarta
22 Pelarian?
23 Waktu Merubah Segalanya
24 Aku Ingin Pulang
25 Rasanya Menjadi Adik Kakak
26 Apartemen
27 Mari Berkenalan
28 Terlambat Menyadari
29 Cinta Datang Terlambat
30 Hati yang Mencelos
31 Menatap Masa Depan
32 Mengikis Diterbangkan Sayap Waktu
33 Lebih Aman Jauh Daripada Dekat
34 Menunggu Besok
35 Bukan Kebetulan
36 Hanya Mudah Secara Lisan
37 Aku Pamit
38 Sambutan Horor
39 Ada yang Aneh
40 Kecamuk Pertanyaan
41 Kapan Siap Nikah
42 Ghibah
43 Bakal Ada Special Guest
44 Welcome Special Guest
45 Mesin Waktu
46 Kau Datang dan Pergi
47 Niatnya Ingin Memberi Kejutan
48 Dua Hari, Dua Fakta
49 Siapa Dia?
50 Satu Persatu Tabir
51 Minta Diantar Aa
52 Cerita Teh Kokom
53 Menangislah
54 Langkah Selanjutnya
55 Kepo, Boleh?
56 Cerita Plot Twist
57 Sebuah Rencana
58 Bahagia Itu Kita Yang Ciptakan
59 Hikmah Patah Hati
60 Informasi Penting
61 Masih Ada Waktu
62 Perayaan Patah Hati
63 Perayaan Patah Hati (2)
64 Perayaan Patah Hati (3)
65 Tanya Jawab
66 Lebih Berharga Dari Benda Pusaka
67 Apa Kabar Diary?
68 Zaky di Tengah Sukacita
69 Zaskia Diary
70 Terkuak
71 Rencana Berubah
72 Sesakmu Dulu, Sesakku Kini
73 Tamu Malam Minggu
74 Malam Minggu Akhir Juli
75 Quality Time
76 Kenalan Dulu
77 Bandara Cinta
78 Ada Apa?
79 Curhat Shannon
80 Curhat Dua Wanita
81 Jantung Berdebar
82 Silang Cerita
83 Diskusi Keluarga
84 Menjemputmu
85 Malam Canda
86 Rencana Kita
87 Seharian Denganmu
88 Selamat Jalan Kekasih
89 Pertemuan Tak Disangka
90 Dua Masa Lalu Dalam Sepekan
91 Semua Ada Waktunya
92 Menjelang Sabtu
93 I Love You, Cantik
94 Pertemuan Keluarga
95 Nasihat Bapak
96 Hari Demi Hari
97 Permohonan
98 Akad Nikah
99 Merayu Allah Lewat Doa
100 Dua Kemungkinan
101 101. Ratap dan Harap
102 102. Mediasi
103 103. Malam Terakhir Bersama
104 104. Beri Waktu
105 105. Pergi Untuk Kembali
106 106. Kunanti Kabarmu
107 107. Perjalanan Hari
108 108. Hidup Baru
109 109. Pengobat Rindu
110 110. Menghitung Hari Pertemuan
111 111. Menggoda
112 112. Menyambutmu
113 113. Memang Pengantin Baru
114 114. Welcome Back
115 115. Hari Bahagia Tiba
116 116. Di Luar Ekspektasi
117 117. Perkara Mantan
118 118. Ini Ujian Hati
119 Bawa Santai
120 120. Usai Sudah Ujian Hati
121 121. Banyak yang Harus Dibahas
122 122. Diskusi Panas
123 123. Jaga Diri Ya
124 124. Kabar
125 125. Sidang?
126 126. Hasil Sidang
127 127. Keputusan Kita
128 128. Opsi Pengobatan
129 129. Tamu Oh Tamu
130 130. Atur Waktu
131 131. Rencanakan
132 132. Meniti Tangga Rencana
133 133. Rumah Mertua
134 134. Bertemu Desainer Sundari
135 135. Ganti Wacana
136 136. Obat Malarindu
137 137. Waktunya Minum Obat
138 138. Sambutan di Jakarta
139 139. Family Man
140 140. Teman Perjalanan
141 141. Sibuk Persiapan
142 142. Fitting
143 143. Tiba Waktu Yang Ditunggu
144 144. Pulang
145 145. Pelukan Hangat
146 146. Semua Kumpul
147 147. Resepsi Zakia
148 148. Resepsi Zakia (2)
149 149. Cinta Terakhir
150 150. Malam Mingguan
151 151. Penasaran Kopi
152 152. Pamit
153 153. Perjalanan Baru
154 154. Jepang Impian
155 155. Rejeki Tahun Baru
156 156. Bandung Bercerita
157 157. Surprise Kecil
158 158. Ayah
159 159. Cerita Kecewa
160 160. Jangan Mendekat!
161 161. Jawaban Serba Salah
162 162. Setelah Tiga Hari
Episodes

Updated 162 Episodes

1
Kisah Kita Baru Dimulai
2
Farewell
3
Bertemu Shannon
4
Senja di Pantai Mertasari
5
Silaturahmi
6
Beri Waktu
7
Senja Bersama Ibu
8
Kisah Hari Ini
9
Selayang Pandang
10
Sehari Sebelum Berangkat
11
Tiba di Jakarta
12
Aku Bisa Apa
13
Jatuh Cinta dan Patah Hati Itu Fitrah
14
Menata Masa Depan
15
Musim Berganti
16
Wahai Hati
17
Selesai Tugas
18
Jatuh Cinta, Bangun Cinta Lain
19
Internship
20
Merelakan Takdir
21
Hallo, Jakarta
22
Pelarian?
23
Waktu Merubah Segalanya
24
Aku Ingin Pulang
25
Rasanya Menjadi Adik Kakak
26
Apartemen
27
Mari Berkenalan
28
Terlambat Menyadari
29
Cinta Datang Terlambat
30
Hati yang Mencelos
31
Menatap Masa Depan
32
Mengikis Diterbangkan Sayap Waktu
33
Lebih Aman Jauh Daripada Dekat
34
Menunggu Besok
35
Bukan Kebetulan
36
Hanya Mudah Secara Lisan
37
Aku Pamit
38
Sambutan Horor
39
Ada yang Aneh
40
Kecamuk Pertanyaan
41
Kapan Siap Nikah
42
Ghibah
43
Bakal Ada Special Guest
44
Welcome Special Guest
45
Mesin Waktu
46
Kau Datang dan Pergi
47
Niatnya Ingin Memberi Kejutan
48
Dua Hari, Dua Fakta
49
Siapa Dia?
50
Satu Persatu Tabir
51
Minta Diantar Aa
52
Cerita Teh Kokom
53
Menangislah
54
Langkah Selanjutnya
55
Kepo, Boleh?
56
Cerita Plot Twist
57
Sebuah Rencana
58
Bahagia Itu Kita Yang Ciptakan
59
Hikmah Patah Hati
60
Informasi Penting
61
Masih Ada Waktu
62
Perayaan Patah Hati
63
Perayaan Patah Hati (2)
64
Perayaan Patah Hati (3)
65
Tanya Jawab
66
Lebih Berharga Dari Benda Pusaka
67
Apa Kabar Diary?
68
Zaky di Tengah Sukacita
69
Zaskia Diary
70
Terkuak
71
Rencana Berubah
72
Sesakmu Dulu, Sesakku Kini
73
Tamu Malam Minggu
74
Malam Minggu Akhir Juli
75
Quality Time
76
Kenalan Dulu
77
Bandara Cinta
78
Ada Apa?
79
Curhat Shannon
80
Curhat Dua Wanita
81
Jantung Berdebar
82
Silang Cerita
83
Diskusi Keluarga
84
Menjemputmu
85
Malam Canda
86
Rencana Kita
87
Seharian Denganmu
88
Selamat Jalan Kekasih
89
Pertemuan Tak Disangka
90
Dua Masa Lalu Dalam Sepekan
91
Semua Ada Waktunya
92
Menjelang Sabtu
93
I Love You, Cantik
94
Pertemuan Keluarga
95
Nasihat Bapak
96
Hari Demi Hari
97
Permohonan
98
Akad Nikah
99
Merayu Allah Lewat Doa
100
Dua Kemungkinan
101
101. Ratap dan Harap
102
102. Mediasi
103
103. Malam Terakhir Bersama
104
104. Beri Waktu
105
105. Pergi Untuk Kembali
106
106. Kunanti Kabarmu
107
107. Perjalanan Hari
108
108. Hidup Baru
109
109. Pengobat Rindu
110
110. Menghitung Hari Pertemuan
111
111. Menggoda
112
112. Menyambutmu
113
113. Memang Pengantin Baru
114
114. Welcome Back
115
115. Hari Bahagia Tiba
116
116. Di Luar Ekspektasi
117
117. Perkara Mantan
118
118. Ini Ujian Hati
119
Bawa Santai
120
120. Usai Sudah Ujian Hati
121
121. Banyak yang Harus Dibahas
122
122. Diskusi Panas
123
123. Jaga Diri Ya
124
124. Kabar
125
125. Sidang?
126
126. Hasil Sidang
127
127. Keputusan Kita
128
128. Opsi Pengobatan
129
129. Tamu Oh Tamu
130
130. Atur Waktu
131
131. Rencanakan
132
132. Meniti Tangga Rencana
133
133. Rumah Mertua
134
134. Bertemu Desainer Sundari
135
135. Ganti Wacana
136
136. Obat Malarindu
137
137. Waktunya Minum Obat
138
138. Sambutan di Jakarta
139
139. Family Man
140
140. Teman Perjalanan
141
141. Sibuk Persiapan
142
142. Fitting
143
143. Tiba Waktu Yang Ditunggu
144
144. Pulang
145
145. Pelukan Hangat
146
146. Semua Kumpul
147
147. Resepsi Zakia
148
148. Resepsi Zakia (2)
149
149. Cinta Terakhir
150
150. Malam Mingguan
151
151. Penasaran Kopi
152
152. Pamit
153
153. Perjalanan Baru
154
154. Jepang Impian
155
155. Rejeki Tahun Baru
156
156. Bandung Bercerita
157
157. Surprise Kecil
158
158. Ayah
159
159. Cerita Kecewa
160
160. Jangan Mendekat!
161
161. Jawaban Serba Salah
162
162. Setelah Tiga Hari

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!