Aku Bisa Apa

Meski sudah akrab dengan keluarga Zaky, namun ini kali pertama Kia mengunjungi rumah Puput, kakak pertamanya Zaky. Selama berbincang keluarga, ia lebih banyak menghabiskan berbincang terpisah dengan Ami, teman sebangku masa SMA. Duduk di gelaran karpet sambil memperhatikan tiga bocah bermain.

"Mi, kamar mandi sebelah mana? Pengen pipis."

"Itu sebelum ruang makan ke sebelah kiri, yang ada partisi coklat itu." Ami mengarahkan telunjuk mengiringi penjelasannya. "Berani gak? kalau takut lambaikan tangan ke arah cctv di pojok atas sebelah kiri," sambungnya diiringi memeletkan lidah.

Kia menoyor bahu Ami hingga sedikit terjungkal ke samping kanan. "Kirain udah jadi mak emak bakal insaf. Sama aja." Meskipun mengomel namun berakhir sama-sama tertawa cekikikan.

"Mak emak hanya gelar. Casing masih sama woy." Ami Selimut. Hihihi."

Senyum Kia masih tersisa menghias wajah meski sudah melangkah meninggalkan Ami. Sisa mentertawakan bestie-nya itu. Masuk ke kamar mandi dan menuntaskan urusannya. Saat keluar, ia melihat Zaky yang sedang menutup pintu. Segera menghampiri dan tak disangka Zaky malah terkejut. Kenapa harus sekaget itu?

"Melamun ya? Sampai kaget gitu?" Kia mengulum senyum melihat Zaky mengusap dada.

"Bukan melamun. Tapi pikiran lagi di dunia lain." Zaky mendengkus sebab Kia malah terkekeh.

"Apa bedanya sama melamun? Hanya beda diksi aja." Kia menutup bibirnya dengan telapak tangan. Usai tertawa dengan Ami, kini malah bersambung mentertawakan Zaky yang mendengkus. Berusaha tawa kecilnya itu di rem.

"Hm, serupa tapi tak sama." Zaky tersenyum penuh arti. "Mau keman?" Ia memilih mengalihkan topik pembahasan.

"Abis dari kamar mandi. Lihat ada Aa disini. Asyik ya view di belakang." Kia beralih menatap ke arah riak kolom renang yang memantulkan cahaya lampu penerangan. Bisa terlihat dari pintu yang keseluruhannya full kaca.

"Enak banget apalagi kalau malam. Menenangkan. Mau nongkrong dulu di belakang? Ayo Aa temenin?"

Kia berpikir sejenak. Kesempatan berduaan bersama Zaky yang dalam hitungan jam akan berpisah ruang dan waktu. Berbeda negara dan benua. Namun dipertimbangkan lagi. Ia kesini bertamu. Tidak etis rasanya memisahkan diri berduaan sementara tuan rumah sedang berkumpul keluarga. "Nggak deh. Mau main sama Moci aja."

Zaky mengiringi langkah Kia kembali ke ruang keluarga. Ikut bergabung di karpet dan duduk di samping Rasya dan Rayyan yang sedang menyusun lego. Meskipun diganggu oleh Moci yang merangkak mendekat dan mengacak-acak kepingan lego, Rasya dan adiknya terlihat sabar meminta Moci agar duduk anteng.

Kia mengikuti Ami memasuki kamar saat Moci merengek karena mengantuk. Tidak serta merta tidur saat Moci sudah terlelap usai menyedot ASI. Ia dan Ami sharing wawasan mata kuliah masing-masing. Barulah setelah benar-benar mengantuk, mengakhiri percakapan dan terbangun di waktu subuh.

Kesibukan terjadi di waktu pagi dimulai dengan kehebohan Rasya dan Rayyan yang ingin ikut mengantar ke bandara. Sudah lebih dulu berpakaian rapi sebab takut ketinggalan. Sarapan bersama dilakukan lebih awal sebab jam tujuh akan berangkat ke bandara.

Zaky menyimpan ponsel di samping piringnya. Agar tidak terlewat kabar dari Shannon yang saat ini sedang dalam perjalanan menuju ke tempatnya. Dan menjadi yang pertama selesai makan bersamaan dengan nama Shannon tampil di layar.

"Dimana, Sha?" Zaky meninggalkan kursi sambil menempelkan ponsel di telinga kiri. "Oke. Tunggu ya! Aku keluar." Langkahnya semakin bergegas menuju pintu utama sebab Shannon sudah berada di depan gerbang.

Semua itu tak luput dari perhatian Kia yang sempat menatap raut wajah Zaky yang semringah saat menerima telepon. Ada siapa?

Semoga saja yang masih duduk mengitari meja makan membahas tentang tamunya Zaky. Namun Kia melihat semuanya tenang hingga pergi meninggalkan meja menyisakan piring bekas makan. Apakah memang sudah tahu atau memang tak peduli?

"Kia, biarin gak usah diberesin. Biar sama bibi aja. Tuh udah pada ke depan, siap-siap mau berangkat." Puput melarang Kia yang baru saja menyusun piring kotor.

"Oh iya, Teh." Kia menurut. Bergegas melangkah ke ruang tamu tempat Zaky, Ibu Sekar dan Pak Bagja serta Ami berkumpul menerima tamu.

Zaky menatap kedatangan Kia diiringi senyum lalu beralih menatap Shannon. "Sha,kenalin ini Kia. Kia, ini nih yang namanya Shannon."

Shannon yang lebih dulu beranjak dari duduknya dan menghampiri Kia yang masih berdiri. "Hai aku Shannon," ujarnya dengan ramah sambil mengulurkan tangan mengajak berjabat tangan.

"Kia." Kia menerima pelukan hangat Shannon diiringi cium pipi kiri dan kanan.

"Seneng deh akhirnya ketemu juga sama bestie-nya Ami. Zaky pernah beberapa kali cerita lho. Selama ini cuma tahu nama tapi gak tahu wajah." Shannon masih menggenggam erat tangan Kia diiringi senyum yang menampakkan kedua lesung pipi.

"Oh ya? Waduh cerita baik apa jelek nih?" Kia menanggapi dengan tatapan menyipit ke arah Zaky.

"Eh aku juga kaget lho. Jadi curiga si Aa menjatuhkan wibawa seorang Ami nih." Ami ikut nimbrung dengan menatap tajam sang kakak laki-laki satu-satunya itu. Yang ditatap hanya cengengesan.

Shannon tertawa. "Tenang aja, Mi. Cuma bilang kalau Ami dan Kia itu teman sebangku selama tiga tahun SMA."

"Curiga ada tapinya." Ami melipat kedua tangan di dada.

Shannon tertawa lagi. "Feeling so good, Mi. Tapi katanya karakter Ami dan Kia berbanding terbalik 180 derajat. Kalau Ami rame, kalau Kia kalem."

"Udah yuk ah. Siap-siap berangkat. Sha, mau breakfast dulu?" Zaky memangkas percakapan demi melihat arloji yang menunjukkan pukul tujuh kurang delapan menit.

"Udah tadi. Aku bawa mobil sendiri atau ikut sama Om dan Tante?" Shannon memandang orang tua Zaky yang duduk bersisian.

"Kayaknya cukup ya semobil. Soalnya Ami gak ikut. Shannon bisa bareng sama kami." Sahut Pak Bagja.

Shannon mengangguk. "Baik, Om."

Sopir sedang menata koper. Kia mendekati Ami yang ikut mengantar sampai di teras.

"Mi, aku gak jadi ikut ke bandara ah. Gak seru gak bareng kamu." Kia menggendong Moci yang belum mandi. Namun tetap wangi aroma minyak telon sisa semalam. Ia mendadak berubah pikiran sebab hatinya berubah tidak nyaman.

"Ada Kak Shannon, Kia. Ayangnya A Zaky orangnya asyik kok. Coba aja ajak ngobrol pasti seru kayak udah kenal lama."

Kia berhenti menciumi rambut ikal Moci. Sekian detik mematung kemudian memasang wajah kaget namun berseri. "Oh, itu pacarnya A Zaky. Baru tahu aku. Udah lama, Mi?"

"Belum lama belum sebulan. Ada kali dua apa tiga mingguan." Sebenarnya Ami keceplosan. Ia yang terkejut sendiri berubah lega demi melihat ekspresi Kia yang tetap ceria. Sebetulnya, di balik mendekatkan Kia dengan keluarga di Ciamis, ia punya misi ingin mendekatkan hati Zaky terhadap hati Kia. Yang ia tahu pasti jika Kia adalah perempuan baik-baik. Serasi dengan Zaky. Namun hanya sebatas asa. Ternyata sang kakak punya selera sendiri.

***

Perjalanan menuju bandara diiringi percakapan santai. Betul apa kata Ami. Shannon teman bicara yang menyenangkan. Kia duduk di jajaran jok belakang bersama Shannon serta kedua jagoan Puput. Selalu saja ada topik pembicaraan yang dicetuskan oleh pacarnya Zaky itu dan mampu diimbangi oleh Kia. Sementara Zaky berada di jok depan di samping sopir. Di bagian tengah ada Ibu Sekar dan Pak Bagja. Mobil Alphard milik keluarga Puput, terisi penuh.

Kia menuntun tangan Rasya dan Rayyan. Beruntung ada anak-anak yang ikut. Jika tidak, ia akan merasa merana sendiri sebab yang lain berjalan berpasangan. Tingkah polos Rasya dan Rayyan berhasil menyembunyikan gundah gulana dalam hatinya.

Waktunya perpisahan itu nyata tiba. Setelah tadi berpelukan haru dengan Puput dan Rama serta Ami di rumah, kini Zaky mencium tangan kedua orang tuanya dengan takzim. Berpelukan erat dengan Ibu yang membisikkan doa. Berpelukan tegar dengan Papa yang selalu memotivasi dengan suara tegas dan optimis. Kentara sekali latar belakang militer yang mendarah daging.

Zaky beralih menghampiri Kia. Mengulurkan tangan. "Makasih ya, Kia. Udah mau mengantar sampai sini. Selamat menempuh KKN. Next skripsinya lancar. And than...cie...sarjana tekpang," ujarnya diakhiri nada berseloroh di kalimat terakhir.

Kia tersenyum simpul. "Doa yang sama, A. Semoga lancar studi magisternya. Sehat selalu disana." Tak bisa berkata lebih panjang. Dadanya sudah sesak namun berusaha tetap menampilkan wajah yang tenang dan menyenangkan. Merasa ada yang patah relung hati saat genggaman salaman terlepas.

Zaky beralih berjongkok di hadapan Rasya dan Rayyan. Memeluk dan mencium kedua keponakannya. "Adek kakak harus selalu akur ya. Gak boleh berantem. Harus saling sayang. Oke!"

"Oke, Om." Rasya dan Rayyan bergantian melakukan high five dengan riang.

Shannon menjadi yang paling akhir dihampiri Zaky. "Jaga diri ya, Sha. Aku akan menunggumu." Tangannya terulur mengusap-usap puncak kepala Shannon.

Shannon tersenyum manis menampilkan kedua lesung pipi. Menyentuh kedua bahu Zaky. "Kabari kalau udah sampe ya, Babe. Aku segera nyusul, as soon as possible."

Kia merutuki kebodohannya menyaksikan adegan dua sejoli itu. Menelan ludah dengan susah payah sambil memalingkan pandangan ke arah lain. Telat. Harusnya sedari tadi mengalihkan perhatian. Sekarang hati sudah semakin ngilu, aku bisa apa. Tegar. Ya, harus tegar dan tetap tersenyum. Ikut beradegan melambaikan tangan dan tersenyum ke arah Zaky yang sudah memasuki ruang tunggu keberangkatan.

Terpopuler

Comments

Aqua Cici

Aqua Cici

😭😭😭

2025-01-10

0

🙌@i_k#0eR!yaH🌷

🙌@i_k#0eR!yaH🌷

huaaaa...ku bisa merasakannya kiaaaa

2024-08-10

1

Dian Romadhon

Dian Romadhon

kok aku jadi ikutan nyesek

2024-08-05

1

lihat semua
Episodes
1 Kisah Kita Baru Dimulai
2 Farewell
3 Bertemu Shannon
4 Senja di Pantai Mertasari
5 Silaturahmi
6 Beri Waktu
7 Senja Bersama Ibu
8 Kisah Hari Ini
9 Selayang Pandang
10 Sehari Sebelum Berangkat
11 Tiba di Jakarta
12 Aku Bisa Apa
13 Jatuh Cinta dan Patah Hati Itu Fitrah
14 Menata Masa Depan
15 Musim Berganti
16 Wahai Hati
17 Selesai Tugas
18 Jatuh Cinta, Bangun Cinta Lain
19 Internship
20 Merelakan Takdir
21 Hallo, Jakarta
22 Pelarian?
23 Waktu Merubah Segalanya
24 Aku Ingin Pulang
25 Rasanya Menjadi Adik Kakak
26 Apartemen
27 Mari Berkenalan
28 Terlambat Menyadari
29 Cinta Datang Terlambat
30 Hati yang Mencelos
31 Menatap Masa Depan
32 Mengikis Diterbangkan Sayap Waktu
33 Lebih Aman Jauh Daripada Dekat
34 Menunggu Besok
35 Bukan Kebetulan
36 Hanya Mudah Secara Lisan
37 Aku Pamit
38 Sambutan Horor
39 Ada yang Aneh
40 Kecamuk Pertanyaan
41 Kapan Siap Nikah
42 Ghibah
43 Bakal Ada Special Guest
44 Welcome Special Guest
45 Mesin Waktu
46 Kau Datang dan Pergi
47 Niatnya Ingin Memberi Kejutan
48 Dua Hari, Dua Fakta
49 Siapa Dia?
50 Satu Persatu Tabir
51 Minta Diantar Aa
52 Cerita Teh Kokom
53 Menangislah
54 Langkah Selanjutnya
55 Kepo, Boleh?
56 Cerita Plot Twist
57 Sebuah Rencana
58 Bahagia Itu Kita Yang Ciptakan
59 Hikmah Patah Hati
60 Informasi Penting
61 Masih Ada Waktu
62 Perayaan Patah Hati
63 Perayaan Patah Hati (2)
64 Perayaan Patah Hati (3)
65 Tanya Jawab
66 Lebih Berharga Dari Benda Pusaka
67 Apa Kabar Diary?
68 Zaky di Tengah Sukacita
69 Zaskia Diary
70 Terkuak
71 Rencana Berubah
72 Sesakmu Dulu, Sesakku Kini
73 Tamu Malam Minggu
74 Malam Minggu Akhir Juli
75 Quality Time
76 Kenalan Dulu
77 Bandara Cinta
78 Ada Apa?
79 Curhat Shannon
80 Curhat Dua Wanita
81 Jantung Berdebar
82 Silang Cerita
83 Diskusi Keluarga
84 Menjemputmu
85 Malam Canda
86 Rencana Kita
87 Seharian Denganmu
88 Selamat Jalan Kekasih
89 Pertemuan Tak Disangka
90 Dua Masa Lalu Dalam Sepekan
91 Semua Ada Waktunya
92 Menjelang Sabtu
93 I Love You, Cantik
94 Pertemuan Keluarga
95 Nasihat Bapak
96 Hari Demi Hari
97 Permohonan
98 Akad Nikah
99 Merayu Allah Lewat Doa
100 Dua Kemungkinan
101 101. Ratap dan Harap
102 102. Mediasi
103 103. Malam Terakhir Bersama
104 104. Beri Waktu
105 105. Pergi Untuk Kembali
106 106. Kunanti Kabarmu
107 107. Perjalanan Hari
108 108. Hidup Baru
109 109. Pengobat Rindu
110 110. Menghitung Hari Pertemuan
111 111. Menggoda
112 112. Menyambutmu
113 113. Memang Pengantin Baru
114 114. Welcome Back
115 115. Hari Bahagia Tiba
116 116. Di Luar Ekspektasi
117 117. Perkara Mantan
118 118. Ini Ujian Hati
119 Bawa Santai
120 120. Usai Sudah Ujian Hati
121 121. Banyak yang Harus Dibahas
122 122. Diskusi Panas
123 123. Jaga Diri Ya
124 124. Kabar
125 125. Sidang?
126 126. Hasil Sidang
127 127. Keputusan Kita
128 128. Opsi Pengobatan
129 129. Tamu Oh Tamu
130 130. Atur Waktu
131 131. Rencanakan
132 132. Meniti Tangga Rencana
133 133. Rumah Mertua
134 134. Bertemu Desainer Sundari
135 135. Ganti Wacana
136 136. Obat Malarindu
137 137. Waktunya Minum Obat
138 138. Sambutan di Jakarta
139 139. Family Man
140 140. Teman Perjalanan
141 141. Sibuk Persiapan
142 142. Fitting
143 143. Tiba Waktu Yang Ditunggu
144 144. Pulang
145 145. Pelukan Hangat
146 146. Semua Kumpul
147 147. Resepsi Zakia
148 148. Resepsi Zakia (2)
149 149. Cinta Terakhir
150 150. Malam Mingguan
151 151. Penasaran Kopi
152 152. Pamit
153 153. Perjalanan Baru
154 154. Jepang Impian
155 155. Rejeki Tahun Baru
156 156. Bandung Bercerita
157 157. Surprise Kecil
158 158. Ayah
159 159. Cerita Kecewa
160 160. Jangan Mendekat!
161 161. Jawaban Serba Salah
162 162. Setelah Tiga Hari
Episodes

Updated 162 Episodes

1
Kisah Kita Baru Dimulai
2
Farewell
3
Bertemu Shannon
4
Senja di Pantai Mertasari
5
Silaturahmi
6
Beri Waktu
7
Senja Bersama Ibu
8
Kisah Hari Ini
9
Selayang Pandang
10
Sehari Sebelum Berangkat
11
Tiba di Jakarta
12
Aku Bisa Apa
13
Jatuh Cinta dan Patah Hati Itu Fitrah
14
Menata Masa Depan
15
Musim Berganti
16
Wahai Hati
17
Selesai Tugas
18
Jatuh Cinta, Bangun Cinta Lain
19
Internship
20
Merelakan Takdir
21
Hallo, Jakarta
22
Pelarian?
23
Waktu Merubah Segalanya
24
Aku Ingin Pulang
25
Rasanya Menjadi Adik Kakak
26
Apartemen
27
Mari Berkenalan
28
Terlambat Menyadari
29
Cinta Datang Terlambat
30
Hati yang Mencelos
31
Menatap Masa Depan
32
Mengikis Diterbangkan Sayap Waktu
33
Lebih Aman Jauh Daripada Dekat
34
Menunggu Besok
35
Bukan Kebetulan
36
Hanya Mudah Secara Lisan
37
Aku Pamit
38
Sambutan Horor
39
Ada yang Aneh
40
Kecamuk Pertanyaan
41
Kapan Siap Nikah
42
Ghibah
43
Bakal Ada Special Guest
44
Welcome Special Guest
45
Mesin Waktu
46
Kau Datang dan Pergi
47
Niatnya Ingin Memberi Kejutan
48
Dua Hari, Dua Fakta
49
Siapa Dia?
50
Satu Persatu Tabir
51
Minta Diantar Aa
52
Cerita Teh Kokom
53
Menangislah
54
Langkah Selanjutnya
55
Kepo, Boleh?
56
Cerita Plot Twist
57
Sebuah Rencana
58
Bahagia Itu Kita Yang Ciptakan
59
Hikmah Patah Hati
60
Informasi Penting
61
Masih Ada Waktu
62
Perayaan Patah Hati
63
Perayaan Patah Hati (2)
64
Perayaan Patah Hati (3)
65
Tanya Jawab
66
Lebih Berharga Dari Benda Pusaka
67
Apa Kabar Diary?
68
Zaky di Tengah Sukacita
69
Zaskia Diary
70
Terkuak
71
Rencana Berubah
72
Sesakmu Dulu, Sesakku Kini
73
Tamu Malam Minggu
74
Malam Minggu Akhir Juli
75
Quality Time
76
Kenalan Dulu
77
Bandara Cinta
78
Ada Apa?
79
Curhat Shannon
80
Curhat Dua Wanita
81
Jantung Berdebar
82
Silang Cerita
83
Diskusi Keluarga
84
Menjemputmu
85
Malam Canda
86
Rencana Kita
87
Seharian Denganmu
88
Selamat Jalan Kekasih
89
Pertemuan Tak Disangka
90
Dua Masa Lalu Dalam Sepekan
91
Semua Ada Waktunya
92
Menjelang Sabtu
93
I Love You, Cantik
94
Pertemuan Keluarga
95
Nasihat Bapak
96
Hari Demi Hari
97
Permohonan
98
Akad Nikah
99
Merayu Allah Lewat Doa
100
Dua Kemungkinan
101
101. Ratap dan Harap
102
102. Mediasi
103
103. Malam Terakhir Bersama
104
104. Beri Waktu
105
105. Pergi Untuk Kembali
106
106. Kunanti Kabarmu
107
107. Perjalanan Hari
108
108. Hidup Baru
109
109. Pengobat Rindu
110
110. Menghitung Hari Pertemuan
111
111. Menggoda
112
112. Menyambutmu
113
113. Memang Pengantin Baru
114
114. Welcome Back
115
115. Hari Bahagia Tiba
116
116. Di Luar Ekspektasi
117
117. Perkara Mantan
118
118. Ini Ujian Hati
119
Bawa Santai
120
120. Usai Sudah Ujian Hati
121
121. Banyak yang Harus Dibahas
122
122. Diskusi Panas
123
123. Jaga Diri Ya
124
124. Kabar
125
125. Sidang?
126
126. Hasil Sidang
127
127. Keputusan Kita
128
128. Opsi Pengobatan
129
129. Tamu Oh Tamu
130
130. Atur Waktu
131
131. Rencanakan
132
132. Meniti Tangga Rencana
133
133. Rumah Mertua
134
134. Bertemu Desainer Sundari
135
135. Ganti Wacana
136
136. Obat Malarindu
137
137. Waktunya Minum Obat
138
138. Sambutan di Jakarta
139
139. Family Man
140
140. Teman Perjalanan
141
141. Sibuk Persiapan
142
142. Fitting
143
143. Tiba Waktu Yang Ditunggu
144
144. Pulang
145
145. Pelukan Hangat
146
146. Semua Kumpul
147
147. Resepsi Zakia
148
148. Resepsi Zakia (2)
149
149. Cinta Terakhir
150
150. Malam Mingguan
151
151. Penasaran Kopi
152
152. Pamit
153
153. Perjalanan Baru
154
154. Jepang Impian
155
155. Rejeki Tahun Baru
156
156. Bandung Bercerita
157
157. Surprise Kecil
158
158. Ayah
159
159. Cerita Kecewa
160
160. Jangan Mendekat!
161
161. Jawaban Serba Salah
162
162. Setelah Tiga Hari

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!