Jatuh Cinta dan Patah Hati Itu Fitrah

Kia tahu durasi yang dibutuhkan untuk menempuh perjalanan pulang dari bandara ke rumah Puput. Juga lamanya waktu yang dibutuhkan untuk perjalanan pulang dari rumah Puput menuju Ciamis-Tasikmalaya. Dan sekarang ini baru satu perjalanan yang berhasil ditempuh selama satu jam lebih. Yaitu perjalanan pulang dari bandara ke rumah kakak pertama Zaky itu. Dan ia merasa waktu berjalan sangat lambat disebabkan hatinya sedang tersayat.

Kia harus bersabar lagi saat sudah tiba di rumah Puput. Apalagi Shannon pun tidak langsung pulang. Berbaur dengan keluarga, menggendong Moci sambil komunikatif hingga si bayi tersenyum dan tertawa. Bahkan Rasya dan Rayyan pun ikut mengerubungi pacarnya Zaky itu. Terlibat dialog atraktif. Ia akui jika Shannon pribadi yang supel dan enerjik. Seketika kepercayaan dirinya menurun. Jadi wajar jika Zaky menyukai gadis blasteran itu. Membuat hati yang luka teriris lagi. Beruntung bisa mengelola suasana hati hingga yang tampil menghias wajah adalah senyum bukan sendu.

"Om, Tante, Teh Puput, dan semuanya, aku mau pamit pulang ya. Nanti malam punya tugas jadi MC wedding. Harus hadir dua jam sebelum acara. Ada briefing dulu." Shannon menyapukan pandangan ke seluruh wajah yang berkumpul di ruang keluarga.

"Wah, weekend Kak Shannon full job nih." Ami menyahut sambil mengacungkan dua ibu jari.

"Mengembangkan bakat, Mi. Kalau kata Zaky tuh bakatku butuh." Shannon terkekeh.

Kia tersenyum mesem menanggapi canda tawa Ami dan Shannon. Memperhatikan Shannon yang menyalami satu persatu dan terakhir dengannya. Berpelukan hangat sambil cium pipi kiri dan kanan. Selama perjalanan tadi sudah saling follow akun media sosial. Shannon dulu yang meminta dan ternyata sudah centang biru. Hmm.

Waktu yang berjalan terasa lambat itu akhirnya tiba pada waktunya pulang kampung. Membuat Kia yang memasang wajah tegar itu bisa bernapas lega. Selepas salat Ashar, perjalanan panjang selama enam jam mulai ditempuh usai berpelukan perpisahan dengan Ami. Lebih banyak menghabiskan waktu perjalanan dengan memejamkan mata seolah mengantuk. Padahal sedang mengistirahatkan hati yang sedang berusaha diobati dengan dzikir.

Karena akhir pekan, sudah menjadi resiko jika terkena macet di separuh jalan. Mulai padat merayap saat mobil melewati Lingkar Nagreg. Usai dua kali beristirahat untuk salat dan makan, mobil pun tiba di depan rumah Ibu Sekar pukul sepuluh malam. Molor satu jam.

"Kia, nginep disini aja dulu ya. Pulangnya besok." Ibu Sekar kembali membujuk Kia untuk yang kedua kalinya saat Kia ikut turun dari mobil.

"Mau pulang aja, Bu. Besok pagi ada acara keluarga. Aku harus bantu Mamah masak." Kia beralasan. Yang sebenarnya adalah ia ingin segera merebahkan badan di kamarnya. Menenggelamkan wajah ke dalam bantal.

"Oh, ya udah kalau gitu. Makasih ya nak udah ikut mengantar Zaky. Kia pulangnya diantar sama Mang Kirman ya."

Kia tersenyum dan mengangguk. "Kia pamit, Pak, Bu," ujarnya sambil mencium tangan Pak Bagja lebih dulu, lalu kepada Ibu Sekar yang kemudian menyelipkan sesuatu di tangan.

"Ibu ih, jangan..."Kia menggeleng dan mencoba mengembalikan apa yang ada dalam genggaman tangannya.

"Gak boleh ditolak. Kalau dikasih harus diterima. Buat jajan di kampus." Ibu Sekar menahan tangan Kia sebelum kemudian di lepasnya.

"Makasih, Bu. Bu, Kia boleh peluk Ibu dulu." Ucap Kia setelah melihat Pak Bagja masuk lebih dulu.

Ibu Sekar mengangguk. Membuka kedua tangan diiringi senyum lembut seorang ibu.

Kia memeluk Ibu Sekar dengan mata terpejam. Niatnya hanya ingin mendapatkan kekuatan sekaligus rasa terima kasihnya sebab kebaikan ibunya Zaky itu. Namun usapan lembut di punggungnya meruntuhkan pertahanan ketegarannya. Jebol sudah bendungan sebab dadanya terlalu sesak. Ia menangis terisak sambil menggigit bibir.

Ibu Sekar menautkan kedua alisnya. Heran dan tanda tanya kenapa menangis. Meski demikian, ia memberi waktu pada Kia yang terasa mengeratkan kedua tangan di bahunya. Beralih memberi tepukan-tepukan lembut di punggung gadis cantik sahabatnya Ami itu.

"Bu, maafin aku yang gak tau diri udah berharap ketinggian pada anak Ibu. Padahal udah tau kalau aku ini hanya dianggap adik. Kenapa masih juga berharap."

"Kia kenapa nangis? Mau cerita sama Ibu, nak?" Ibu Sekar akhirnya tak tahan untuk bertanya usai Kia yang lebih dulu melepas pelukan dan menunduk malu sambil menyusut sudut mata.

Kia menggeleng. Tersenyum meringis diiringi menarik napas dari hidung yang tersumbat ingus. Untung saja keluhannya tadi tercekat di tenggorokan. Jika ibunya Zaky tahu, bisa menjadi kaku hubungan yang selama ini terjalin baik. "Maaf, Bu. Aku terharu sama kebaikan Ibu jadinya melow. Aku emang baperan, Bu."

Ibu Sekar tersenyum mesem. "Ke rumah dulu yuk minum air hangat."

Kia menggeleng. "Mau langsung pulang aja, Bu. Udah malam. Ibu dan Bapak selamat beristirahat."

Kia masuk lagi ke dalam mobil usai berucap salam. Ia sudah akrab dengan sopir keluarga Ibu Sekar sebab sejak SMA sering numpang mobilnya yang mengantar jemput Ami. Jalanan kota kecil di larut malam terlihat lengang sehingga mobil dengan cepat bisa tiba di depan gang rumahnya. Tak lupa mengucapkan terima kasih pada Mang Kirman.

Sebelum memasuki gang. Tarik napas dari hidung, hembuskan dari mulut dengan perlahan. Berulang kali, lebih dari tiga kali sampai merasa diri siap melangkah masuk gang menuju rumah yang posisinya tak jauh dari mulut gang. Wajahnya harus terlihat wajar dan normal. Kia tak ingin membebani kedua orang tuanya dengan masalah pribadi. Prinsipnya selama ini, cukup berita baik saja yang harus dilihat dan didengar Mamah dan Bapak. Sebab mereka sudah capek bekerja keras untuk Kia dan kedua adiknya.

Bapak sama Mamah gak punya sawah dan kebun untuk diwariskan pada Kia, Daffa, Riva. Tapi Bapak sama Mamah bakal kerja keras agar kalian bisa sekolah sampai tinggi. Biar bermanfaat buat diri sendiri dan masyarakat. Kan dengan ilmu hidup jadi mudah. Jangan lupa ilmu dunia dan akhirat harus seimbang. Biar selamat dan berkah.

Kia mengayunkan kaki memasuki gang sambil mengingat petuah Bapak saat kumpul keluarga sambil makan nasi tumpeng buatan Mamah sebagai syukuran sebab Daffa juara satu Olimpiade Fisika tingkat Provinsi belum lama ini. Dan nanti bulan September akan mengikuti ajang olimpiade tingkat nasional.

Sementara di rumah satu tingkat bergaya tropis minimali, Ibu Sekar baru bersiap naik ke peraduan usai membersihkan diri dan berganti pakaian. Wanita yang masih terlihat cantik di usia paruh baya itu termenung dalam posisi duduk selonjoran kaki dengan punggung bersandar pada kepala ranjang.

"Ibu cemasin Zaky?" Pak Bagja mengambil posisi di samping kiri sang istri yang kentara sedang melamun.

"Bukan, Pa. Tapi Ibu jadi merasa bersalah sama Kia. Ibu baru sadar." Ibu Sekar mengembuskan napas kasar.

"Maksudnya? Coba jelasin!" Pak Bagja menghadapkan badan ke arah sang istri.

"Tadi di luar Kia minta izin pengen meluk Ibu. Ya ibu izinkan. Kia nangis, Pa. Dia beralasan terharu sama kebaikan Ibu setelah tadi Ibu kasih uang jajan."

"Nggak. Naluri seorang ibu gak bisa dibohongi. Ibu lihat ada luka di sorot matanya. Setelah Ibu merenung, introspeksi, bisa jadi ini karena Kia melihat Zaky dan Shannon. Soalnya dari awal berangkat Kia terlihat ceria kok. Di rumah Puput juga sama. Tapi waktu di bandara, Ibu sempat lihat wajah Kia sendu."

"Ibu gak tahu jika Kia punya perasaan lebih sama Zaky. Tahu gitu, Ibu gak akan ajak Kia ke Jakarta." Pungkas Ibu Sekar dengan sorot mata penuh penyesalan.

Pak Bagja membawa kepala sang istri bersandar di dadanya. "Ibu gak perlu merasa bersalah. Itu romantika anak muda. Jatuh cinta atau patah hati, itu fitrah. Bisa menjadi cara mendewasakan diri. Bisa jadi pelajaran hidup. Biarkan aja. Kita mah bijak aja sebagai orang tua."

"Tapi kasian Kia, Pa."

"Manusiawi. Tapi Zaky udah punya pilihan sendiri. Kita hanya bisa awasi dan nasihati agar tidak salah langkah. Kata Papa juga rasa itu fitrah. Kalau emang Kia punya rasa sama Zaky dan merasa patah hati, Papa yakin Kia pandai me-manage mental dan emosionalnya. Bisa segera move on. Jangan ragukan insting prajurit." Pak Bagja mengecup kening Ibu Sekar.

Ibu Sekar mendongak dan mencibir. "Gak ragu kok sama insting dan taktik prajurit. Udah teruji. Udah ah ngantuk."

Pak Bagja tertawa. Ia ikut meluruskan badan berbenah bantal. Menarik selimut sambil memeluk sang istri dari belakang.

Terpopuler

Comments

Emy Chumii

Emy Chumii

syedih 😢😭😭😭

2025-01-15

0

🙌@i_k#0eR!yaH🌷

🙌@i_k#0eR!yaH🌷

jdi ikutan nangisss,yaa ALLAH baper

2024-08-10

3

💜⃞⃟𝓛 ⏤͟͟͞R𝐙⃝🦜༄༅⃟𝐐ƙׁׅуα

💜⃞⃟𝓛 ⏤͟͟͞R𝐙⃝🦜༄༅⃟𝐐ƙׁׅуα

wow sudah centang biru,yg punya sosmed faham.mesti

2024-07-29

0

lihat semua
Episodes
1 Kisah Kita Baru Dimulai
2 Farewell
3 Bertemu Shannon
4 Senja di Pantai Mertasari
5 Silaturahmi
6 Beri Waktu
7 Senja Bersama Ibu
8 Kisah Hari Ini
9 Selayang Pandang
10 Sehari Sebelum Berangkat
11 Tiba di Jakarta
12 Aku Bisa Apa
13 Jatuh Cinta dan Patah Hati Itu Fitrah
14 Menata Masa Depan
15 Musim Berganti
16 Wahai Hati
17 Selesai Tugas
18 Jatuh Cinta, Bangun Cinta Lain
19 Internship
20 Merelakan Takdir
21 Hallo, Jakarta
22 Pelarian?
23 Waktu Merubah Segalanya
24 Aku Ingin Pulang
25 Rasanya Menjadi Adik Kakak
26 Apartemen
27 Mari Berkenalan
28 Terlambat Menyadari
29 Cinta Datang Terlambat
30 Hati yang Mencelos
31 Menatap Masa Depan
32 Mengikis Diterbangkan Sayap Waktu
33 Lebih Aman Jauh Daripada Dekat
34 Menunggu Besok
35 Bukan Kebetulan
36 Hanya Mudah Secara Lisan
37 Aku Pamit
38 Sambutan Horor
39 Ada yang Aneh
40 Kecamuk Pertanyaan
41 Kapan Siap Nikah
42 Ghibah
43 Bakal Ada Special Guest
44 Welcome Special Guest
45 Mesin Waktu
46 Kau Datang dan Pergi
47 Niatnya Ingin Memberi Kejutan
48 Dua Hari, Dua Fakta
49 Siapa Dia?
50 Satu Persatu Tabir
51 Minta Diantar Aa
52 Cerita Teh Kokom
53 Menangislah
54 Langkah Selanjutnya
55 Kepo, Boleh?
56 Cerita Plot Twist
57 Sebuah Rencana
58 Bahagia Itu Kita Yang Ciptakan
59 Hikmah Patah Hati
60 Informasi Penting
61 Masih Ada Waktu
62 Perayaan Patah Hati
63 Perayaan Patah Hati (2)
64 Perayaan Patah Hati (3)
65 Tanya Jawab
66 Lebih Berharga Dari Benda Pusaka
67 Apa Kabar Diary?
68 Zaky di Tengah Sukacita
69 Zaskia Diary
70 Terkuak
71 Rencana Berubah
72 Sesakmu Dulu, Sesakku Kini
73 Tamu Malam Minggu
74 Malam Minggu Akhir Juli
75 Quality Time
76 Kenalan Dulu
77 Bandara Cinta
78 Ada Apa?
79 Curhat Shannon
80 Curhat Dua Wanita
81 Jantung Berdebar
82 Silang Cerita
83 Diskusi Keluarga
84 Menjemputmu
85 Malam Canda
86 Rencana Kita
87 Seharian Denganmu
88 Selamat Jalan Kekasih
89 Pertemuan Tak Disangka
90 Dua Masa Lalu Dalam Sepekan
91 Semua Ada Waktunya
92 Menjelang Sabtu
93 I Love You, Cantik
94 Pertemuan Keluarga
95 Nasihat Bapak
96 Hari Demi Hari
97 Permohonan
98 Akad Nikah
99 Merayu Allah Lewat Doa
100 Dua Kemungkinan
101 101. Ratap dan Harap
102 102. Mediasi
103 103. Malam Terakhir Bersama
104 104. Beri Waktu
105 105. Pergi Untuk Kembali
106 106. Kunanti Kabarmu
107 107. Perjalanan Hari
108 108. Hidup Baru
109 109. Pengobat Rindu
110 110. Menghitung Hari Pertemuan
111 111. Menggoda
112 112. Menyambutmu
113 113. Memang Pengantin Baru
114 114. Welcome Back
115 115. Hari Bahagia Tiba
116 116. Di Luar Ekspektasi
117 117. Perkara Mantan
118 118. Ini Ujian Hati
119 Bawa Santai
120 120. Usai Sudah Ujian Hati
121 121. Banyak yang Harus Dibahas
122 122. Diskusi Panas
123 123. Jaga Diri Ya
124 124. Kabar
125 125. Sidang?
126 126. Hasil Sidang
127 127. Keputusan Kita
128 128. Opsi Pengobatan
129 129. Tamu Oh Tamu
130 130. Atur Waktu
131 131. Rencanakan
132 132. Meniti Tangga Rencana
133 133. Rumah Mertua
134 134. Bertemu Desainer Sundari
135 135. Ganti Wacana
136 136. Obat Malarindu
137 137. Waktunya Minum Obat
138 138. Sambutan di Jakarta
139 139. Family Man
140 140. Teman Perjalanan
141 141. Sibuk Persiapan
142 142. Fitting
143 143. Tiba Waktu Yang Ditunggu
144 144. Pulang
145 145. Pelukan Hangat
146 146. Semua Kumpul
147 147. Resepsi Zakia
148 148. Resepsi Zakia (2)
149 149. Cinta Terakhir
150 150. Malam Mingguan
151 151. Penasaran Kopi
152 152. Pamit
153 153. Perjalanan Baru
154 154. Jepang Impian
155 155. Rejeki Tahun Baru
156 156. Bandung Bercerita
157 157. Surprise Kecil
158 158. Ayah
159 159. Cerita Kecewa
160 160. Jangan Mendekat!
161 161. Jawaban Serba Salah
162 162. Setelah Tiga Hari
Episodes

Updated 162 Episodes

1
Kisah Kita Baru Dimulai
2
Farewell
3
Bertemu Shannon
4
Senja di Pantai Mertasari
5
Silaturahmi
6
Beri Waktu
7
Senja Bersama Ibu
8
Kisah Hari Ini
9
Selayang Pandang
10
Sehari Sebelum Berangkat
11
Tiba di Jakarta
12
Aku Bisa Apa
13
Jatuh Cinta dan Patah Hati Itu Fitrah
14
Menata Masa Depan
15
Musim Berganti
16
Wahai Hati
17
Selesai Tugas
18
Jatuh Cinta, Bangun Cinta Lain
19
Internship
20
Merelakan Takdir
21
Hallo, Jakarta
22
Pelarian?
23
Waktu Merubah Segalanya
24
Aku Ingin Pulang
25
Rasanya Menjadi Adik Kakak
26
Apartemen
27
Mari Berkenalan
28
Terlambat Menyadari
29
Cinta Datang Terlambat
30
Hati yang Mencelos
31
Menatap Masa Depan
32
Mengikis Diterbangkan Sayap Waktu
33
Lebih Aman Jauh Daripada Dekat
34
Menunggu Besok
35
Bukan Kebetulan
36
Hanya Mudah Secara Lisan
37
Aku Pamit
38
Sambutan Horor
39
Ada yang Aneh
40
Kecamuk Pertanyaan
41
Kapan Siap Nikah
42
Ghibah
43
Bakal Ada Special Guest
44
Welcome Special Guest
45
Mesin Waktu
46
Kau Datang dan Pergi
47
Niatnya Ingin Memberi Kejutan
48
Dua Hari, Dua Fakta
49
Siapa Dia?
50
Satu Persatu Tabir
51
Minta Diantar Aa
52
Cerita Teh Kokom
53
Menangislah
54
Langkah Selanjutnya
55
Kepo, Boleh?
56
Cerita Plot Twist
57
Sebuah Rencana
58
Bahagia Itu Kita Yang Ciptakan
59
Hikmah Patah Hati
60
Informasi Penting
61
Masih Ada Waktu
62
Perayaan Patah Hati
63
Perayaan Patah Hati (2)
64
Perayaan Patah Hati (3)
65
Tanya Jawab
66
Lebih Berharga Dari Benda Pusaka
67
Apa Kabar Diary?
68
Zaky di Tengah Sukacita
69
Zaskia Diary
70
Terkuak
71
Rencana Berubah
72
Sesakmu Dulu, Sesakku Kini
73
Tamu Malam Minggu
74
Malam Minggu Akhir Juli
75
Quality Time
76
Kenalan Dulu
77
Bandara Cinta
78
Ada Apa?
79
Curhat Shannon
80
Curhat Dua Wanita
81
Jantung Berdebar
82
Silang Cerita
83
Diskusi Keluarga
84
Menjemputmu
85
Malam Canda
86
Rencana Kita
87
Seharian Denganmu
88
Selamat Jalan Kekasih
89
Pertemuan Tak Disangka
90
Dua Masa Lalu Dalam Sepekan
91
Semua Ada Waktunya
92
Menjelang Sabtu
93
I Love You, Cantik
94
Pertemuan Keluarga
95
Nasihat Bapak
96
Hari Demi Hari
97
Permohonan
98
Akad Nikah
99
Merayu Allah Lewat Doa
100
Dua Kemungkinan
101
101. Ratap dan Harap
102
102. Mediasi
103
103. Malam Terakhir Bersama
104
104. Beri Waktu
105
105. Pergi Untuk Kembali
106
106. Kunanti Kabarmu
107
107. Perjalanan Hari
108
108. Hidup Baru
109
109. Pengobat Rindu
110
110. Menghitung Hari Pertemuan
111
111. Menggoda
112
112. Menyambutmu
113
113. Memang Pengantin Baru
114
114. Welcome Back
115
115. Hari Bahagia Tiba
116
116. Di Luar Ekspektasi
117
117. Perkara Mantan
118
118. Ini Ujian Hati
119
Bawa Santai
120
120. Usai Sudah Ujian Hati
121
121. Banyak yang Harus Dibahas
122
122. Diskusi Panas
123
123. Jaga Diri Ya
124
124. Kabar
125
125. Sidang?
126
126. Hasil Sidang
127
127. Keputusan Kita
128
128. Opsi Pengobatan
129
129. Tamu Oh Tamu
130
130. Atur Waktu
131
131. Rencanakan
132
132. Meniti Tangga Rencana
133
133. Rumah Mertua
134
134. Bertemu Desainer Sundari
135
135. Ganti Wacana
136
136. Obat Malarindu
137
137. Waktunya Minum Obat
138
138. Sambutan di Jakarta
139
139. Family Man
140
140. Teman Perjalanan
141
141. Sibuk Persiapan
142
142. Fitting
143
143. Tiba Waktu Yang Ditunggu
144
144. Pulang
145
145. Pelukan Hangat
146
146. Semua Kumpul
147
147. Resepsi Zakia
148
148. Resepsi Zakia (2)
149
149. Cinta Terakhir
150
150. Malam Mingguan
151
151. Penasaran Kopi
152
152. Pamit
153
153. Perjalanan Baru
154
154. Jepang Impian
155
155. Rejeki Tahun Baru
156
156. Bandung Bercerita
157
157. Surprise Kecil
158
158. Ayah
159
159. Cerita Kecewa
160
160. Jangan Mendekat!
161
161. Jawaban Serba Salah
162
162. Setelah Tiga Hari

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!