Jatuh Cinta, Bangun Cinta Lain

Mata Kia yang sepet karena mengantuk mendadak terbelalak demi mendengar Reva melakukan voice note melaporkan kegiatannya kepada Zaky. Kedua telinganya tegak dengan dada berdebar ingin mendengarkan balasan voice note dari pria idaman yang sudah lama tak terdengar suaranya. Sebab komunikasi yang berjalan selama setahun ini hanya sekedar chat atau kirim balas email.

"Oh Teh Kia udah pulang? Alhamdulillah selesai tugas dong. Selamat beristirahat ya. Salam buat Teh Kia. Salam buat Mamah dan Bapak juga."

Kia mendengar jelas suara Zaky. Suara yang sama yang dulu sering didengarnya saat di Bandung. Ada hikmahnya juga keisengan Reva itu. Ia bisa menguji hati yang ternyata menerima tanpa merasa teriris. Malah pipinya bersemu dan timbul rindu. Ah, begitu sulit mengikis pesona pria tampan kakaknya Ami itu.

Akumulasi lelah sangat terasa esok harinya. Seluruh badan pegal-pegal dan lemas. Jadilah bermalas-malasan rebahan dan tertidur lagi di siang hari. Menikmati dulu hari-hari santai. Tak terasa sudah lima hari berada di rumah, Kia memanfaatkan waktu dengan searching lowongan kerja.

Pagi menjelang siang ini Kia sudah berpakaian rapi bersiap pergi. Sudah lama tidak silaturahmi ke rumah Ibu Sekar. Ditambah semalam Ami mengabari baru tiba di Ciamis dan menyuruh datang. Ia sudah menyisihkan oleh-oleh yang dibeli waktu di Medan. Akan dibawa sebagai buah tangan. Usai pamit pada Mamah dan Bapak, ia mulai melajukan motor pelan-pelan keluar gang.

Semoga bisa segera dapat rejeki nomplok. Bisa beli rumah depan jalan. Amin ya Allah.

Harapan dan cita-citanya itu digaungkan Kia dalam hati, seiring motor keluar dari gang dan mengaspal di jalan raya menuju Ciamis.

Tiba di rumah Ibu Sekar, Kia melepas kangen dengan Ami teman sebangkunya masa SMA yang nikah muda dan sudah punya anak satu yang sedang lucu-lucunya dan aktif. Ia lantas menggendong Moci yang sekarang sudah berusia 20 bulan. Menciuminya dengan gemas.

"Kalau gak ada Ami, belum tentu Kia mau main kesini ya." Ucap Ibu Sekar menyindir halus diiringi senyum mesem usai berpelukan dengan Kia. Sejak terakhir kali ikut mengantar Zaky ke Jakarta, Kia pernah datang sekali sekitar enam bulan yang lalu.

Kia terkekeh. "Udah ada niat mau kesini kok, Bu. Tapi nunggu badan fit. Senin kemarin baru pulang dari perjalanan dinas dengan tim Kementerian Perindustrian ke Sumatera terus berakhir di Simeulue Aceh. Pas nyampe rumah baru terasa capeknya. Lima hari gak kemana-mana. Mager," jelasnya masih diiringi kekehan.

"Jalan-jalan terus nih anak, Bu. Beres skripsi beneran healing gratis. Dapat cuan lagi. Curiga ada nama cowok yang nyangkut kebawa ke Tasik." Celetuk Ami dengan ekspresi wajah dan pandangan menggoda Kia.

Kia tertawa. Semua yang diucapkan Ami benar. Namun perihal cowok, lebih tepatnya bukan nyangkut tapi pengen masuk ke hati. Selama lima hari berada di rumah, tiap hari Yuga intens memberi perhatian lewat chat dan pernah sekali menelepon.

"Jadi Kia udah kerja di kantor perindustrian gitu?" Ibu Sekar masih butuh penjelasan.

"Dikontrak jadi trainer selama dua bulan, Bu. Ceritanya dapat rekomendasi dari dospem, dosen pembimbing, buat kerja di Kemenperin sebagai instruktur di lembaga food consultant. Alhamdulillah lulus seleksi jadi trainer buat ngebimbing IKM untuk mendapatkan sertifikat pangan." Jelas Kia.

Ibu Sekar manggut-manggut. "Bagus dong. Hitung-hitung cari pengalaman. Apalagi itu udah sesuai disiplin ilmu."

 Kia mengangguk membenarkan. "Iya, Bu."

Sepeninggalnya Ibu yang membawa Moci pergi ke rumah makan Dapoer Ibu, Ami mengajak Kia pindah duduk ke mini bar dengan membawa laptop.

"Kak Akbar kemana, Mi? Gak keliatan dari tadi." Kia melihat suasana rumah yang sepi.

"Ikut Papa ke Cipatujah lihat panen udang. Tadi berangkat jam enam. Kia, mau minum apa? Aku mau bikin jus alpukat madu." Ami berputar memasuki area dapur usai menyalakan laptopnya.

"Samain aja, Mi." Kia menatap layar laptop Ami yang menampilkan aplikasi PowerPoint. Entah mau bahas apa sehingga mengajak pindah duduk ke mini bar. Tak berselang lama bestie-nya itu kembali dengan membawa dua gelas jus alpukat.

"Kia, aku ada ide bikin project sama kamu. Disiplin ilmu kita selaras. Aku pengen bikin platform edukasi makanan, gizi, dan kesehatan. Kayak gini mapping yang udah aku rancang."

Kia dengan serius mengamati slideshow yang tampil di layar laptop sambil mendengarkan lagi lanjutan presentasi Ami. Sepanjang pengamatannya, semua materi sangat menarik. Dan sesuai dengan wacana yang tercetus di benaknya. Ingin membuat konten edukasi kesehatan pangan dengan mengajak join teman sesama anak tekpang. Tapi tawaran dari calon dokter Ami lebih luas aspek dan pangsanya. Ditambah sudah saling kenal karakter masing-masing. Namanya join kan harus benar-benar punya chemistry.

"Gimana, Ate Kia?" Ami menyedot jus miliknya usai presentasi panjang kali lebarnya.

"Mau tanya dulu, Mi. Misal kalau aku sambil kerja di perusahaan lain apa bisa?"

"Bisa. Kita kan lebih banyak mainnya di konten. Semua media sosial kita pakai. Tapi alangkah bagusnya kita sebagai fresh graduate menciptakan lapangan kerja bukan melamar kerja. Lihat aja tiap tahunnya ribuan lulusan sarjana antri loker. Sementara jumlah loker gak seimbang. Mending kita be a young entrepreneur."

Kia merenungi ucapan Ami. Mengangguk. Memang faktanya demikian. "Mi, aku cuma punya modal ilmu."

"Aku juga sama modal ilmu juga. Modal uang tenang....ada Papa Moci." Ami menaik turunkan alisnya.

"Ah iya. Bener....bener. Gak usah pinjam bank. Kamu udah punya bank di rumah." Kia tertawa.

"Eh, gak semudah itu juga. Tetap aja kudu profesional. Aku lebih dulu presentasi ini di ruang kerjanya kak Akbar. Ya dia support. Tapi buat pendanaan kudu bikin proposal. Papa Moci gak mau asal ngasih kayak ngasih uang belanja. Begitulah karakter coach Akbar. Beuh, disiplin."

Kia terkekeh. "Kamu beruntung banget, Mi. Punya suami merangkap coach yang siap 24 jam dimintai bimbingan. Gak perlu ikut kelas coaching. Pengusaha lagi. Nikmat Tuhan mana lagi yang kau dustakan."

Giliran Ami yang cekikikan. "Iya alhamdulillah bersyukur banget. Btw, calon suami kamu udah adakah? Kenalin dong. Diem-diem bae."

Kia tertawa sumbang. "Masih gelap. Belum ada kandidat. Eh, kenapa malah belok topik ini."

Ami tertawa. "Aku tinggal nunggu keputusanmu. Jadi, are you ready?"

Kia menarik napas napas dan mengembuskan perlahan. "Be a young entrepreneur. Why not. Bismillah. I'm ready."

"Yeay. Kita duet." Ami mengajak berjabat tangan.

"Nyanyi kali duet." Kia mendelik sambil menjabat tangan Ami. Berakhir tertawa bersama sambil berpelukan.

***

Waktu tak terasa bergulir. Sudah dekat hari menuju wisuda. Kia sudah berada di kosan sejak dua minggu yang lalu. Tepatnya berangkat sehari setelah berjumpa Ami. Ada telepon dari Firly yang rumahnya di samping kost, anak dokter. Membutuhkan lagi jasanya menjadi guru les kimia sebab dua kali ulangan nilainya jelek. Jadilah selama dua pekan ini menjadi guru privat.

"Kalau gurunya kayak Kak Kia gini, aku bakalan ngerti. Mana kurang suka sama kimia, pusing sama rumus, ditambah cara guru menerangkan kayak kumur-kumur. Ampun dah." Curhat Firly usai les sore ini berakhir dengan mengerjakan 20 bank soal dan hanya salah dua. Ia puas.

Kia menanggapi dengan terkekeh. "Persis kayak guru matematika Kak Kia waktu SMP gitu. Jadinya kreatif sendiri deh belajar otodidak lewat mbah google."

"Aku gak punya bakat belajar begitu, Kak. Lebih ngerti dibimbing privat gini. Kalau belajar sendiri suka ngantuk Jadinya malah nonton drakor deh."

Kia kembali terkekeh. Tidak mengomentari. Melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Sudah waktunya pulang. Ia pun pamit.

"Tunggu sebentar, Kak. Jangan dulu pulang!" Firly beranjak bangun dari duduknya di gelaran karpet ruang tengah. Setengah berlari menaiki tangga menuju lantai dua.

Kia yang sudah berdiri terpaksa duduk lagi dengan kening mengkerut. Menutup semua buku yang terbuka di meja lipat sambil menunggu kedatangan Firly, siswi kelas 11.

Firly datang dengan membawa sebuah kado. Menyerahkan pada Kia.

"Apa ini, Firly?" Kia menerima dengan raut bingung.

"Kado buat Kak Kia. Besok Kak Kia wisuda, kan? Aku ngasih congratulation nya duluan sekarang aja. Semoga ilmunya bermanfaat dan sukses berkarir ya, Kak."

"Aih, jadi terharu. Makasih, Firly. Doa yang sama buat Firly." Kia memeluk Firly diiringi cium pipi kiri dan kanan.

Kia pulang dengan berjalan kaki menuju kost yang hanya terhalang satu bangunan mart dengan menenteng goodie bag berisi kado dari Firly. Langkahnya terhenti di depan trotoar mart saat pandangannya menatap mobil plat B terparkir di dekat gerbang kost. Barulah bergegas mempercepat langkah.

"Kok gak bilang kalau mau kesini, Bang?" Kia duduk di seberang kursi yang ditempati Yuga.

"Aku udah chat dan telpon kamu. Cek aja." Sahut Yuga dengan mengulas senyum manis.

"Masa sih?" Kia buru-buru merogoh ponsel dalam tas selempangnya. Ponsel dalam mode silent itu menampilkan deretan chat dan miss call dari orang yang sama.

"Maaf, aku abis ngajar les di rumah dokter Kuncoro. Hape silent." Kia meringiskan wajah.

"Nggak papa. Tadi Elma juga bilang kamu lagi ngajar. Proud of you. Cantik, smart, soleha." Yuga mengacungkan dua ibu jarinya diiringi senyum manis.

"Alhamdulilah. Terima kasih." Kia tersenyum simpul. Belum ada pujian pria manapun yang mampu membuat kedua pipinya bersemu selain Zaky. Ah, Zaky lagi.

"Kia, aku datang dari Jakarta khusus buat hadir di wisuda kamu. Udah check in hotel yang dekat."

"Duh jadi merepotkan Bang Yuga kan."

"Nope. Ini memang keinginanku. Malahan maksa kamu kan." Yuga tertawa.

Kia tersenyum. Melihat tawa Yuga yang tanpa beban itu, sudah waktunya kah memandang pria lain untuk sebuah relationship?

"Kia, aku belum makan. Plis temenin ke cafe ya."

"Aku belum mandi, Bang. Gak pede."

"Mandi aja dulu. Aku tunggu."

"Tapi..."

"Aku tunggu. Seberapa lama pun aku tunggu."

Kia mengalah. Tidak ada lagi alasan yang bisa dibuatnya untuk menolak. Bergegas masuk dan mandi secepat mungkin sebab tak tenang ada tamu yang menunggu di kursi teras.

"Cie, ngedate sama abang nih." Elma menggoda Kia yang baru keluar dari kamar dengan penampilan segar. Ada Sasa yang baru muncul dari dapur yang juga berdehem dehem.

"Hei, kalian jangan ngegosip ya. Cuma teman." Kia berlalu usai melambaikan tangan. Tak ingin berlama-lama dengan dua teman kost yang pasti akan menggodanya lagi.

Dengan spontan, Kia menunjuk cafe yang pernah disinggahi dulu dengan Zaky. Ingin meralat, justru baru sadarnya setelah mobil Yuga berhenti di parkiran cafe itu. Dan hujan gerimis mulai turun. Tak ada pilihan lain selain masuk.

"Duduk dimana, Kia?" Yuga menyerahkan pilihan meja pada Kia.

"Yang dekat jendela itu." Kia menunjuk dengan jari Terlanjur masuk ke cafe yang memiliki kenangan. Sekalian saja duduk di meja yang sama dengan Zaky dulu.

Seorang pelayan menghampiri dan menyerahkan buku menu. Tanpa lama, Kia memilih nasi dengan sop buntut rempah yang dulu dipesan Zaky dan katanya recomended dengan minuman jeruk panas. Yuga memilih nasi dengan iga bakar dan minuman lemot tea.

"Enak juga suasananya. Sering kesini, Kia?" Yuga mengedarkan pandangan pada interior cafe dengan nuansa hitam putih itu.

Kia menelan ludah. Seharusnya jangan ada pertanyaan seperti itu. Masa iya harus jujur jika pernah kesini sebab diajak Zaky. Dia yang selalu mengajak singgah ke cafe-cafe estetik baik disini maupun di seputaran kota Bandung. Dia yang ada di hati bukan sekadar singgah. Tapi menetap lama. Bertahun-tahun.

Tapi aku sekarang lagi mencoba mengusirnya dengan tega.

Dlu di cafe ini, dia yang mengajarkan kalau jatuh cinta dengan yang satu tidak berhasil, bangun cinta yang lain.

"Hei, malah bengong." Yuga mencolek tangan Kia yang terjalin di atas meja. "Ada yang salah dengan pertanyaan aku, hm?"

Terpopuler

Comments

May Keisya

May Keisya

bnr skrg hrs pinter sendiri guru kdg ga nerangin n murid suruh nyari sndr... pendidikan skrg mlh tambh liyeur😭... astaghfirullah

2024-12-12

0

May Keisya

May Keisya

masyaallah 🥰

2024-12-12

0

🙌@i_k#0eR!yaH🌷

🙌@i_k#0eR!yaH🌷

aamiin...yaaa allah

2024-08-12

0

lihat semua
Episodes
1 Kisah Kita Baru Dimulai
2 Farewell
3 Bertemu Shannon
4 Senja di Pantai Mertasari
5 Silaturahmi
6 Beri Waktu
7 Senja Bersama Ibu
8 Kisah Hari Ini
9 Selayang Pandang
10 Sehari Sebelum Berangkat
11 Tiba di Jakarta
12 Aku Bisa Apa
13 Jatuh Cinta dan Patah Hati Itu Fitrah
14 Menata Masa Depan
15 Musim Berganti
16 Wahai Hati
17 Selesai Tugas
18 Jatuh Cinta, Bangun Cinta Lain
19 Internship
20 Merelakan Takdir
21 Hallo, Jakarta
22 Pelarian?
23 Waktu Merubah Segalanya
24 Aku Ingin Pulang
25 Rasanya Menjadi Adik Kakak
26 Apartemen
27 Mari Berkenalan
28 Terlambat Menyadari
29 Cinta Datang Terlambat
30 Hati yang Mencelos
31 Menatap Masa Depan
32 Mengikis Diterbangkan Sayap Waktu
33 Lebih Aman Jauh Daripada Dekat
34 Menunggu Besok
35 Bukan Kebetulan
36 Hanya Mudah Secara Lisan
37 Aku Pamit
38 Sambutan Horor
39 Ada yang Aneh
40 Kecamuk Pertanyaan
41 Kapan Siap Nikah
42 Ghibah
43 Bakal Ada Special Guest
44 Welcome Special Guest
45 Mesin Waktu
46 Kau Datang dan Pergi
47 Niatnya Ingin Memberi Kejutan
48 Dua Hari, Dua Fakta
49 Siapa Dia?
50 Satu Persatu Tabir
51 Minta Diantar Aa
52 Cerita Teh Kokom
53 Menangislah
54 Langkah Selanjutnya
55 Kepo, Boleh?
56 Cerita Plot Twist
57 Sebuah Rencana
58 Bahagia Itu Kita Yang Ciptakan
59 Hikmah Patah Hati
60 Informasi Penting
61 Masih Ada Waktu
62 Perayaan Patah Hati
63 Perayaan Patah Hati (2)
64 Perayaan Patah Hati (3)
65 Tanya Jawab
66 Lebih Berharga Dari Benda Pusaka
67 Apa Kabar Diary?
68 Zaky di Tengah Sukacita
69 Zaskia Diary
70 Terkuak
71 Rencana Berubah
72 Sesakmu Dulu, Sesakku Kini
73 Tamu Malam Minggu
74 Malam Minggu Akhir Juli
75 Quality Time
76 Kenalan Dulu
77 Bandara Cinta
78 Ada Apa?
79 Curhat Shannon
80 Curhat Dua Wanita
81 Jantung Berdebar
82 Silang Cerita
83 Diskusi Keluarga
84 Menjemputmu
85 Malam Canda
86 Rencana Kita
87 Seharian Denganmu
88 Selamat Jalan Kekasih
89 Pertemuan Tak Disangka
90 Dua Masa Lalu Dalam Sepekan
91 Semua Ada Waktunya
92 Menjelang Sabtu
93 I Love You, Cantik
94 Pertemuan Keluarga
95 Nasihat Bapak
96 Hari Demi Hari
97 Permohonan
98 Akad Nikah
99 Merayu Allah Lewat Doa
100 Dua Kemungkinan
101 101. Ratap dan Harap
102 102. Mediasi
103 103. Malam Terakhir Bersama
104 104. Beri Waktu
105 105. Pergi Untuk Kembali
106 106. Kunanti Kabarmu
107 107. Perjalanan Hari
108 108. Hidup Baru
109 109. Pengobat Rindu
110 110. Menghitung Hari Pertemuan
111 111. Menggoda
112 112. Menyambutmu
113 113. Memang Pengantin Baru
114 114. Welcome Back
115 115. Hari Bahagia Tiba
116 116. Di Luar Ekspektasi
117 117. Perkara Mantan
118 118. Ini Ujian Hati
119 Bawa Santai
120 120. Usai Sudah Ujian Hati
121 121. Banyak yang Harus Dibahas
122 122. Diskusi Panas
123 123. Jaga Diri Ya
124 124. Kabar
125 125. Sidang?
126 126. Hasil Sidang
127 127. Keputusan Kita
128 128. Opsi Pengobatan
129 129. Tamu Oh Tamu
130 130. Atur Waktu
131 131. Rencanakan
132 132. Meniti Tangga Rencana
133 133. Rumah Mertua
134 134. Bertemu Desainer Sundari
135 135. Ganti Wacana
136 136. Obat Malarindu
137 137. Waktunya Minum Obat
138 138. Sambutan di Jakarta
139 139. Family Man
140 140. Teman Perjalanan
141 141. Sibuk Persiapan
142 142. Fitting
143 143. Tiba Waktu Yang Ditunggu
144 144. Pulang
145 145. Pelukan Hangat
146 146. Semua Kumpul
147 147. Resepsi Zakia
148 148. Resepsi Zakia (2)
149 149. Cinta Terakhir
150 150. Malam Mingguan
151 151. Penasaran Kopi
152 152. Pamit
153 153. Perjalanan Baru
154 154. Jepang Impian
155 155. Rejeki Tahun Baru
156 156. Bandung Bercerita
157 157. Surprise Kecil
158 158. Ayah
159 159. Cerita Kecewa
160 160. Jangan Mendekat!
161 161. Jawaban Serba Salah
162 162. Setelah Tiga Hari
Episodes

Updated 162 Episodes

1
Kisah Kita Baru Dimulai
2
Farewell
3
Bertemu Shannon
4
Senja di Pantai Mertasari
5
Silaturahmi
6
Beri Waktu
7
Senja Bersama Ibu
8
Kisah Hari Ini
9
Selayang Pandang
10
Sehari Sebelum Berangkat
11
Tiba di Jakarta
12
Aku Bisa Apa
13
Jatuh Cinta dan Patah Hati Itu Fitrah
14
Menata Masa Depan
15
Musim Berganti
16
Wahai Hati
17
Selesai Tugas
18
Jatuh Cinta, Bangun Cinta Lain
19
Internship
20
Merelakan Takdir
21
Hallo, Jakarta
22
Pelarian?
23
Waktu Merubah Segalanya
24
Aku Ingin Pulang
25
Rasanya Menjadi Adik Kakak
26
Apartemen
27
Mari Berkenalan
28
Terlambat Menyadari
29
Cinta Datang Terlambat
30
Hati yang Mencelos
31
Menatap Masa Depan
32
Mengikis Diterbangkan Sayap Waktu
33
Lebih Aman Jauh Daripada Dekat
34
Menunggu Besok
35
Bukan Kebetulan
36
Hanya Mudah Secara Lisan
37
Aku Pamit
38
Sambutan Horor
39
Ada yang Aneh
40
Kecamuk Pertanyaan
41
Kapan Siap Nikah
42
Ghibah
43
Bakal Ada Special Guest
44
Welcome Special Guest
45
Mesin Waktu
46
Kau Datang dan Pergi
47
Niatnya Ingin Memberi Kejutan
48
Dua Hari, Dua Fakta
49
Siapa Dia?
50
Satu Persatu Tabir
51
Minta Diantar Aa
52
Cerita Teh Kokom
53
Menangislah
54
Langkah Selanjutnya
55
Kepo, Boleh?
56
Cerita Plot Twist
57
Sebuah Rencana
58
Bahagia Itu Kita Yang Ciptakan
59
Hikmah Patah Hati
60
Informasi Penting
61
Masih Ada Waktu
62
Perayaan Patah Hati
63
Perayaan Patah Hati (2)
64
Perayaan Patah Hati (3)
65
Tanya Jawab
66
Lebih Berharga Dari Benda Pusaka
67
Apa Kabar Diary?
68
Zaky di Tengah Sukacita
69
Zaskia Diary
70
Terkuak
71
Rencana Berubah
72
Sesakmu Dulu, Sesakku Kini
73
Tamu Malam Minggu
74
Malam Minggu Akhir Juli
75
Quality Time
76
Kenalan Dulu
77
Bandara Cinta
78
Ada Apa?
79
Curhat Shannon
80
Curhat Dua Wanita
81
Jantung Berdebar
82
Silang Cerita
83
Diskusi Keluarga
84
Menjemputmu
85
Malam Canda
86
Rencana Kita
87
Seharian Denganmu
88
Selamat Jalan Kekasih
89
Pertemuan Tak Disangka
90
Dua Masa Lalu Dalam Sepekan
91
Semua Ada Waktunya
92
Menjelang Sabtu
93
I Love You, Cantik
94
Pertemuan Keluarga
95
Nasihat Bapak
96
Hari Demi Hari
97
Permohonan
98
Akad Nikah
99
Merayu Allah Lewat Doa
100
Dua Kemungkinan
101
101. Ratap dan Harap
102
102. Mediasi
103
103. Malam Terakhir Bersama
104
104. Beri Waktu
105
105. Pergi Untuk Kembali
106
106. Kunanti Kabarmu
107
107. Perjalanan Hari
108
108. Hidup Baru
109
109. Pengobat Rindu
110
110. Menghitung Hari Pertemuan
111
111. Menggoda
112
112. Menyambutmu
113
113. Memang Pengantin Baru
114
114. Welcome Back
115
115. Hari Bahagia Tiba
116
116. Di Luar Ekspektasi
117
117. Perkara Mantan
118
118. Ini Ujian Hati
119
Bawa Santai
120
120. Usai Sudah Ujian Hati
121
121. Banyak yang Harus Dibahas
122
122. Diskusi Panas
123
123. Jaga Diri Ya
124
124. Kabar
125
125. Sidang?
126
126. Hasil Sidang
127
127. Keputusan Kita
128
128. Opsi Pengobatan
129
129. Tamu Oh Tamu
130
130. Atur Waktu
131
131. Rencanakan
132
132. Meniti Tangga Rencana
133
133. Rumah Mertua
134
134. Bertemu Desainer Sundari
135
135. Ganti Wacana
136
136. Obat Malarindu
137
137. Waktunya Minum Obat
138
138. Sambutan di Jakarta
139
139. Family Man
140
140. Teman Perjalanan
141
141. Sibuk Persiapan
142
142. Fitting
143
143. Tiba Waktu Yang Ditunggu
144
144. Pulang
145
145. Pelukan Hangat
146
146. Semua Kumpul
147
147. Resepsi Zakia
148
148. Resepsi Zakia (2)
149
149. Cinta Terakhir
150
150. Malam Mingguan
151
151. Penasaran Kopi
152
152. Pamit
153
153. Perjalanan Baru
154
154. Jepang Impian
155
155. Rejeki Tahun Baru
156
156. Bandung Bercerita
157
157. Surprise Kecil
158
158. Ayah
159
159. Cerita Kecewa
160
160. Jangan Mendekat!
161
161. Jawaban Serba Salah
162
162. Setelah Tiga Hari

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!