Senja Bersama Ibu

Ami menatap laju mobil yang meninggalkan pekarangan. Mengantar kepulangan Zaky dan Shannon kembali ke Jakarta usai berada di rumahnya lebih dari dua jam lamanya. Asyik dan menyenangkan dengan obrolan yang mengalir santai. Meski Shannon baru pertama kali datang ke rumahnya, namun langsung melebur. Cermin dari sifatnya yang supel. Semakin bertambah keriangan dan gelak tawa sebab ada objek yang digoda dan diajak bermain, yaitu Baby Moci.

Hanya tinggal menghitung hari, Zaky akan terbang ke Swiss. Makanya Ami ingin ada kebersamaan sebelum nantinya akan berpisah lama. Ia sudah mengulang mengingatkan sang kakak laki-laki satu-satunya itu agar besok menginap di rumahnya. Wajib!

"Masuk, Cutie." Akbar merangkum bahu Ami. Tanpa menunggu jawaban menggiring masuk sambil mengeratkan pelukan dan memberi kecupan mesra di pipi.

"Menurut Ayang, gimana A Zaky sama Shannon. Secara..."

"Beri kakakmu kepercayaan dan kesempatan, Cutie. Aku yakin Zaky tidak akan melawan arus. Dia buat keputusan gak mungkin tanpa pertimbangan matang. Masa gak kenal sama karakter lawan berantemmu itu, hm." Akbar sengaja memotong ucapan. Sudah bisa menebak arah pembicaraan Ami. Segera mengunci pintu tanpa melepas rangkuman tangannya di bahu istrinya itu.

"Ya...ya. Aku tahu pasti karakter A Zaky. Dan ini adalah cewek pertama yang dikenalkan Aa sebagai pacar. First love kayaknya. Hanya aku takut aja sih." Ami melingkarkan kedua tangannya di pinggang Akbar. Mengikuti langkah menuju family room dimana Moci sudah tertidur di sofa bed. Asisten rumah tangga dan pengasuh Moci hanya bekerja dari pagi sampai sore. Pulang pergi. Malam hari sepenuhnya dalam pengasuhan mereka berdua.

"Jangan perlihatkan kekhawatiran itu di depan Zaky ya, Cutie. Beri dia kepercayaan. By the way, period udah selesai kan?" Akbar yang beralih memeluk dari belakang, tangannya mulai bergerilya di permukaan dada Ami. Menurunkan resleting busui.

"Belum atuh. Tadi kan liat aku gak salat. Lepas ah nanti meriang gak tanggung jawab." Ami menurunkan tangan Akbar dan mengekangnya di samping badan.

"Kapan?"

"Dua hari lagi kayaknya."

"Yaahhh, lama." Keluh Akbar sambil menyandarkan dagu di bahu Ami.

Ami memutar badan. Terkekeh melihat wajah Akbar yang ditekuk dengan bibir mengerucut. Segera memberi obat penawar dengan memberi sebuah kecupan. Faktanya bukan menjadi penawar tapi pemancing.

Akbar menjatuhkan perlahan tubuh Ami di samping Moci yang sedang lelap. Mulai menyerang bibir ranum yang disambut perlawanan lembut. Membuat keduanya terhanyut dalam nikmat yang ingin dilanjut dengan bergelut. Namun...

Ehek ehekk.

Ami dan Akbar masih belum melepaskan bibir yang saling mengunci. Berharap Moci hanya mengigau dan tidur lagi.

Mam mam mamaam hek hek hek.

Ami mendorong bahu Akbar dengan paksa sebab masih saja mengunci bibir padahal Moci sudah duduk dan menangis. Barulah Akbar melepas dengan wajah nelangsa lalu sigap memangku Moci. Mengusap-usap punggung putri pertamanya itu penuh sayang.

***

Zaky memenuhi janjinya menginap di rumah Ami dengan datang lagi di Kamis sore. Diantar oleh sopir keluarga Puput. Sebuah goodie bag ukuran kecil ditenteng di tangan kiri.

"Nih...ini buat Moci dari Onty Shannon." Sambil berjongkok di hadapan sang keponakan yang anteng bermain, Zaky merogoh barang dari dalam goodie bag. Topi boneka karakter kucing warna krem dikeluarkan.

"Wow cute sekali topinya. Sini Mommy pasangin." Ami mengenakannya di kepala Moci. Membuat si bayi semakin imut.

Zaky tersenyum lebar. Meminta Ami memotret dirinya sambil mendudukkan Moci di pangkuan dalam posisi duduk di sofa. Baby Moci digoda dulu agar tersenyum, barulah candid beberapa kali.

"Aa, aku minta satu ya mau dikirim ke grup Semasa." Tanpa menunggu jawaban Zaky, Ami mulai memilih satu foto dari ponsel milik kakaknya itu. Dikirimkan ke nomernya.

"Kirim ke grup keluarga juga, Mi." Memberi perintah sambil rebahan di sofa dengan fokus Zaky tetap pada Moci yang didudukkan di perutnya. Betah mengajak bermain.

Barulah si bayi imut itu beralih ke pelukan Papa Akbar yang baru pulang dari kantor bergegas mandi. Demi bisa memeluk Moci tentunya. Kalau pulang kerja langsung pegang anak, alamat Mommy nya mengeluarkan kultum.

Jumat sore Zaky sudah berada di Bandung. Usai beristirahat cukup, ia mulai beberes. Semua pakaian dan barang-barang dikemas santai ke dalam koper dan kardus untuk dibawa pulang ke Ciamis besok pagi.

Ponselnya berdering dengan nama Kia tampil di layar. Zaky segera mengapit ponsel di telinga kiri sambil melanjutkan mengemas buku-buku ke dalam kardus.

"Ya, Kia."

"Aa masih di Depok?"

"Udah di Bandung. Tadi nyampe jam empat. Besok pagi Aa pulang ke Ciamis. Mau pulang bareng?" Zaky sudah menyelesaikan packing barang-barang dalam kardus. Tinggal koleksi sepatu yang belum.

"Hm, minggu ini gak bisa pulang deh. Lagi banyak tugas. Aa berangkat tanggal 27 kan?"

"Ya. Tanggal 27 dari Jakarta. Tanggal 26 dari Ciamis. Nginep semalam di rumah Teh Puput. Tapi nanti pas Aa berangkat dari Ciamis, Kia bisa pulang dulu gak? Tapi kalau sibuk tugas sih gak apa-apa."

"Insya Allah, A. Makanya ini lagi ngejar target beres tugas lebih awal biar tanggal 24 bisa mudik. Pengen bikinin makanan kering buat bekal di Zurich. Kali aja nanti kangen local food. Itu juga kalau diterima sama Aa. Hehehe. "

"Mau banget. Bisa jadi pengobat rindu kamu eh local food maksudnya." Zaky tertawa.

Terdengar suara deheman dari seberang sana.

"Oke deh gitu aja. Aku mau mandi dulu, gerah. Baru pulang dari kampus. Eh btw, foto Aa gendong Moci keren. Udah cocok tuh jadi ayah. Hehehe."

"Masa sih?" Zaky tertawa lagi.

"Iya. Pada heboh tuh anak-anak Semasa. Jadi pada ngehalu pengen jadi nyonya Zaky ceunah."

"Termasuk Kia juga dong." Zaky masih tertawa renyah.

Kia menanggapi dengan terkekeh. Setelah itu mengakhiri sambungan dengan berucap salam.

Suara notif terdengar sekali begitu usai menjawab salam Kia. Pesan dari Shannon melintas di layar.

Shannon : [Udah sampai Bandung, Babe?]

Zaky tersenyum simpul andalannya. 'Babe', why not. Hatinya menghangat membaca panggilan mesra itu. Segera memotret koper serta kardus yang teronggok samping pintu.

Zaky : [Udah. Nih siap mudik tomorrow morning]

Shannon: [Take care. Salam sama om dan tante ya]

Zaky: [Yass, Sha. Btw lagi apa?]

Shannon: [Otw pulang. Macet huft. Untung ada kamu jadi ga bete]

Zaky: [Ganbatte ne! Love u, Sha]

Shannon: [Me too ❤]

***

Sabtu pagi menyapa. Zaky pamit pulang usai sarapan pagi sambil mengepalkan sejumlah uang kepada ART yang selama ini setia merawat rumah keluarga Panji, kakak iparnya. Untuk terakhir kalinya menatap kamar yang selama ini ditempati diiringi senyum simpul. Sudah dirapikan dan dibersihkan. Selamat tinggal kamar dan rumah penuh kenangan manis.

Hampir empat jam perjalanan ditempuh sehingga tiba Ciamis. Mobil menepi di bahu jalan seberang rumah. Sebelum memutuskan menyebrang, ia pandangi rumah satu lantai dengan warna cat putih mutiara yang terlihat masih baru. Adalah rumah hasil desainnya yang dengan sepenuh hati dan cinta ia persembahkan untuk Ibu. Membuatnya terkenang akan percakapan empat mata dengan Papa Bagja yang merupakan Papa sambungnya.

"Zaky, pengunjung Dapoer Ibu makin naik. Jadi butuh perluasan tempat makan. Papa udah sepakat dengan Ibu kalau rumah akan dijadikan area tempat makan. Dan kita akan pindah ke rumah biru. Ibu tahunya itu baru wacana. Padahal Papa udah siapin tanah. Intinya Papa ingin buatin rumah buat Ibu. Dn arsiteknya harus Zaky. Please, ini surprise. Bergerak dalam senyap, okay?"

Zaky memeluk setir dengan bibir mengulas senyum. Itu percakapan setahun yang lalu. Tidak ada yang tahu sekalipun kakaknya yang juga tinggal di Ciamis.

Sesuai permintaan Papa Bagja, satu lantai saja sebab faktor usia. Jadilah desain rumah satu lantai dibuat Zaky dengan semangat sesuai selera Ibu yang ia tahu. Selain kamar utama harus spesial, dapur juga mendapat perhatian khusus sebab dapur adalah ruang favorit Ibu. Dan tiga bulan yang lalu rumah minimalis modern dengan bentuk letter L berukuran 8x15 m dengan 3 kamar tidur itu sudah jadi. Menjadi hadiah untuk Ibu. Semua anak-anak hadir lengkap menjadi saksi dimana Ibu terharu dan merasa tak percaya mendapat kejutan rumah baru. Padahal sudah jelas sertifikat atas nama beliau. Inilah yang membuat Zaky tenang saat jauh dari Ibu. Papa sambungnya terlihat jelas menyayangi Ibu.

"Zaky jam berapa dari Bandung?" Ibu Sekar memeluk Zaky yang baru saja mencium tangannya.

"Jam delapan. Nyantai sih di jalannya. Papa kemana, Bu?" Zaky memperhatikan aktivitas Ibu yang begitu masuk ke dalam rumah memang sedang berada di dapur.

Belum Ibu menjawab, yang ditanyakan datang menghampiri dari arah pintu belakang dan berseru menyapa Zaky. Keduanya berpelukan hangat.

"Tuh Ibu lagi masak spesial buat menyambut anak bujang." Pak Bagja menarik kursi mini bar yang diikuti pula oleh Zaky.

Zaky tertawa. "Pantas aja pas masuk cacing langsung orkes. Sensitif sama wangi masakan Ibu."

Ibu Sekar tersenyum mesem. Acara memasaknya sudah selesai lalu bergabung duduk menghadap mini bar. Mendengarkan Zaky yang bercerita tentang persiapan berangkat ke Swiss.

"Zaky mau salat dulu atau makan dulu?" Ibu Sekar melihat waktu yang menunjukkan pukul satu.

"Salat dulu ah biar tenang." Zaky menuju kamarnya sambil memasukkan barang-barangnya. Beralih menuju mushola yang jendelanya menghadap ke kolam ikan.

***

Senja terlihat berawan namun tak mengurangi keindahan gugusan Gunung Sawal yang dapat disaksikan dari teras rumah yang menghadap timur. Ini hari kedua Zaky berada di kampung halaman. Ia baru saja membantu mengatur lalu lintas kendaraan saat mobil yang dikemudikan Papa Bagja keluar dari pekarangan dan menyeberang jalan raya ke jalur selatan. Hendak pergi ke dalam kota.

Zaky menghampiri Ibu yang duduk di teras yang memiliki satu undakan tangga. Duduk di samping kiri. "Bu, aku mau bicara serius sama Ibu."

Ibu Sekar menaikkan satu alisnya. "Perasaan dari kemarin gak ada pembicaraan bercanda deh. Yang dibahas hal serius kan."

Zaky tersenyum meringis. "Aku kemarin lupa bilang. Ada salam dari Shannon untuk Ibu dan Papa."

Ibu mengangguk. "Waalaikumsalam. Kabarnya Shannon gimana?" Ia tentu masih ingat dengan gadis blasteran yang pertama kali bertemu di bandara Changi Singapura. Sebab Zaky cukup sering bercerita apalagi sudah tiga kali mendapat oleh-oleh luar negeri dari Shannon.

"Sangat baik. Sabtu kemarin aku liburan ke Bali pas Shannon lagi di rumah orang tuanya. Sekarang udah di Jakarta lagi." Zaky menghela napas dan mengembuskan perlahan. Mau melanjutkan berucap dengan memilah kata.

"Ada apa, nak?" Ibu Sekar sangat paham dengan karakter setiap anak-anaknya. Melihat ekspresi Zaky dengan menarik napas seperti itu lalu bengong, sudah pasti ada yang ingin disampaikan namun terkendala ragu.

"Bu, aku jadian sama Shannon." Zaky menatap wajah Ibu. Tak ingin melewatkan melihat ekspresi yang tergambar. Tak ada keterkejutan, hanya menatap dengan dahi mengkerut.

"Hubungan serius atau hubungan iseng?" Ibu Sekar baru membuka mulut setelah beberapa menit mengamati wajah Zaky.

"Hubungan serius, Bu. Untuk apa iseng hanya buang waktu percuma."

"Kalau hubungan serius berarti Zaky sudah merencanakan masa depan dong."

Zaky mengangguk. "Iya, Bu."

"Soal perbedaan gimana?"

"Sambil jalan akan dibicarakan. Ibu jangan khawatir, aku dan Shannon pernah membahas ini jauh sebelum jadian. Dia pengen tahu wawasan tentang Islam. Aku dengan senang hati jelasin. Termasuk dilarangnya pernikahan beda agama."

Ibu Sekar mengangguk-angguk. "Ibu menghargai pilihan semua anak-anak tak terkecuali Zaky. Asal yang utama harus seiman. Selanjutnya mantapkan pilihan dengan istikharah."

"Ibu selalu mendoakan semoga Gusti Allah selalu menjaga dan melindungi di setiap langkah Zaky, dimanapun berada. Terjaga dari pergaulan bebas yang sekarang ini bikin cemas para orang tua. Terus bertemu jodoh yang baik agamanya karna pasti akan baik akhlaknya."

Zaky mengangguk. Meski senja berawan, hatinya tak merasa kelabu sebab mendengar nasihat bijak Ibu.

Terpopuler

Comments

Mammy Dee

Mammy Dee

Kasian sih sama shannon punya cwo tp msh suka perhatian sama cwe lain.. 😔

2025-01-23

0

𝕭'𝐒𝐧𝐨𝐰 ❄

𝕭'𝐒𝐧𝐨𝐰 ❄

kamu pasti tau kan Zaky kalau kia suka kamu...
dasar kamunya aja yg PHP, merasa nyaman dg perhatian tapi tak mau ada ikatan.

2024-11-14

1

Inooy

Inooy

kangen ma Panda dn Cutie..🥰😍

2024-09-10

0

lihat semua
Episodes
1 Kisah Kita Baru Dimulai
2 Farewell
3 Bertemu Shannon
4 Senja di Pantai Mertasari
5 Silaturahmi
6 Beri Waktu
7 Senja Bersama Ibu
8 Kisah Hari Ini
9 Selayang Pandang
10 Sehari Sebelum Berangkat
11 Tiba di Jakarta
12 Aku Bisa Apa
13 Jatuh Cinta dan Patah Hati Itu Fitrah
14 Menata Masa Depan
15 Musim Berganti
16 Wahai Hati
17 Selesai Tugas
18 Jatuh Cinta, Bangun Cinta Lain
19 Internship
20 Merelakan Takdir
21 Hallo, Jakarta
22 Pelarian?
23 Waktu Merubah Segalanya
24 Aku Ingin Pulang
25 Rasanya Menjadi Adik Kakak
26 Apartemen
27 Mari Berkenalan
28 Terlambat Menyadari
29 Cinta Datang Terlambat
30 Hati yang Mencelos
31 Menatap Masa Depan
32 Mengikis Diterbangkan Sayap Waktu
33 Lebih Aman Jauh Daripada Dekat
34 Menunggu Besok
35 Bukan Kebetulan
36 Hanya Mudah Secara Lisan
37 Aku Pamit
38 Sambutan Horor
39 Ada yang Aneh
40 Kecamuk Pertanyaan
41 Kapan Siap Nikah
42 Ghibah
43 Bakal Ada Special Guest
44 Welcome Special Guest
45 Mesin Waktu
46 Kau Datang dan Pergi
47 Niatnya Ingin Memberi Kejutan
48 Dua Hari, Dua Fakta
49 Siapa Dia?
50 Satu Persatu Tabir
51 Minta Diantar Aa
52 Cerita Teh Kokom
53 Menangislah
54 Langkah Selanjutnya
55 Kepo, Boleh?
56 Cerita Plot Twist
57 Sebuah Rencana
58 Bahagia Itu Kita Yang Ciptakan
59 Hikmah Patah Hati
60 Informasi Penting
61 Masih Ada Waktu
62 Perayaan Patah Hati
63 Perayaan Patah Hati (2)
64 Perayaan Patah Hati (3)
65 Tanya Jawab
66 Lebih Berharga Dari Benda Pusaka
67 Apa Kabar Diary?
68 Zaky di Tengah Sukacita
69 Zaskia Diary
70 Terkuak
71 Rencana Berubah
72 Sesakmu Dulu, Sesakku Kini
73 Tamu Malam Minggu
74 Malam Minggu Akhir Juli
75 Quality Time
76 Kenalan Dulu
77 Bandara Cinta
78 Ada Apa?
79 Curhat Shannon
80 Curhat Dua Wanita
81 Jantung Berdebar
82 Silang Cerita
83 Diskusi Keluarga
84 Menjemputmu
85 Malam Canda
86 Rencana Kita
87 Seharian Denganmu
88 Selamat Jalan Kekasih
89 Pertemuan Tak Disangka
90 Dua Masa Lalu Dalam Sepekan
91 Semua Ada Waktunya
92 Menjelang Sabtu
93 I Love You, Cantik
94 Pertemuan Keluarga
95 Nasihat Bapak
96 Hari Demi Hari
97 Permohonan
98 Akad Nikah
99 Merayu Allah Lewat Doa
100 Dua Kemungkinan
101 101. Ratap dan Harap
102 102. Mediasi
103 103. Malam Terakhir Bersama
104 104. Beri Waktu
105 105. Pergi Untuk Kembali
106 106. Kunanti Kabarmu
107 107. Perjalanan Hari
108 108. Hidup Baru
109 109. Pengobat Rindu
110 110. Menghitung Hari Pertemuan
111 111. Menggoda
112 112. Menyambutmu
113 113. Memang Pengantin Baru
114 114. Welcome Back
115 115. Hari Bahagia Tiba
116 116. Di Luar Ekspektasi
117 117. Perkara Mantan
118 118. Ini Ujian Hati
119 Bawa Santai
120 120. Usai Sudah Ujian Hati
121 121. Banyak yang Harus Dibahas
122 122. Diskusi Panas
123 123. Jaga Diri Ya
124 124. Kabar
125 125. Sidang?
126 126. Hasil Sidang
127 127. Keputusan Kita
128 128. Opsi Pengobatan
129 129. Tamu Oh Tamu
130 130. Atur Waktu
131 131. Rencanakan
132 132. Meniti Tangga Rencana
133 133. Rumah Mertua
134 134. Bertemu Desainer Sundari
135 135. Ganti Wacana
136 136. Obat Malarindu
137 137. Waktunya Minum Obat
138 138. Sambutan di Jakarta
139 139. Family Man
140 140. Teman Perjalanan
141 141. Sibuk Persiapan
142 142. Fitting
143 143. Tiba Waktu Yang Ditunggu
144 144. Pulang
145 145. Pelukan Hangat
146 146. Semua Kumpul
147 147. Resepsi Zakia
148 148. Resepsi Zakia (2)
149 149. Cinta Terakhir
150 150. Malam Mingguan
151 151. Penasaran Kopi
152 152. Pamit
153 153. Perjalanan Baru
154 154. Jepang Impian
155 155. Rejeki Tahun Baru
156 156. Bandung Bercerita
157 157. Surprise Kecil
158 158. Ayah
159 159. Cerita Kecewa
160 160. Jangan Mendekat!
161 161. Jawaban Serba Salah
162 162. Setelah Tiga Hari
Episodes

Updated 162 Episodes

1
Kisah Kita Baru Dimulai
2
Farewell
3
Bertemu Shannon
4
Senja di Pantai Mertasari
5
Silaturahmi
6
Beri Waktu
7
Senja Bersama Ibu
8
Kisah Hari Ini
9
Selayang Pandang
10
Sehari Sebelum Berangkat
11
Tiba di Jakarta
12
Aku Bisa Apa
13
Jatuh Cinta dan Patah Hati Itu Fitrah
14
Menata Masa Depan
15
Musim Berganti
16
Wahai Hati
17
Selesai Tugas
18
Jatuh Cinta, Bangun Cinta Lain
19
Internship
20
Merelakan Takdir
21
Hallo, Jakarta
22
Pelarian?
23
Waktu Merubah Segalanya
24
Aku Ingin Pulang
25
Rasanya Menjadi Adik Kakak
26
Apartemen
27
Mari Berkenalan
28
Terlambat Menyadari
29
Cinta Datang Terlambat
30
Hati yang Mencelos
31
Menatap Masa Depan
32
Mengikis Diterbangkan Sayap Waktu
33
Lebih Aman Jauh Daripada Dekat
34
Menunggu Besok
35
Bukan Kebetulan
36
Hanya Mudah Secara Lisan
37
Aku Pamit
38
Sambutan Horor
39
Ada yang Aneh
40
Kecamuk Pertanyaan
41
Kapan Siap Nikah
42
Ghibah
43
Bakal Ada Special Guest
44
Welcome Special Guest
45
Mesin Waktu
46
Kau Datang dan Pergi
47
Niatnya Ingin Memberi Kejutan
48
Dua Hari, Dua Fakta
49
Siapa Dia?
50
Satu Persatu Tabir
51
Minta Diantar Aa
52
Cerita Teh Kokom
53
Menangislah
54
Langkah Selanjutnya
55
Kepo, Boleh?
56
Cerita Plot Twist
57
Sebuah Rencana
58
Bahagia Itu Kita Yang Ciptakan
59
Hikmah Patah Hati
60
Informasi Penting
61
Masih Ada Waktu
62
Perayaan Patah Hati
63
Perayaan Patah Hati (2)
64
Perayaan Patah Hati (3)
65
Tanya Jawab
66
Lebih Berharga Dari Benda Pusaka
67
Apa Kabar Diary?
68
Zaky di Tengah Sukacita
69
Zaskia Diary
70
Terkuak
71
Rencana Berubah
72
Sesakmu Dulu, Sesakku Kini
73
Tamu Malam Minggu
74
Malam Minggu Akhir Juli
75
Quality Time
76
Kenalan Dulu
77
Bandara Cinta
78
Ada Apa?
79
Curhat Shannon
80
Curhat Dua Wanita
81
Jantung Berdebar
82
Silang Cerita
83
Diskusi Keluarga
84
Menjemputmu
85
Malam Canda
86
Rencana Kita
87
Seharian Denganmu
88
Selamat Jalan Kekasih
89
Pertemuan Tak Disangka
90
Dua Masa Lalu Dalam Sepekan
91
Semua Ada Waktunya
92
Menjelang Sabtu
93
I Love You, Cantik
94
Pertemuan Keluarga
95
Nasihat Bapak
96
Hari Demi Hari
97
Permohonan
98
Akad Nikah
99
Merayu Allah Lewat Doa
100
Dua Kemungkinan
101
101. Ratap dan Harap
102
102. Mediasi
103
103. Malam Terakhir Bersama
104
104. Beri Waktu
105
105. Pergi Untuk Kembali
106
106. Kunanti Kabarmu
107
107. Perjalanan Hari
108
108. Hidup Baru
109
109. Pengobat Rindu
110
110. Menghitung Hari Pertemuan
111
111. Menggoda
112
112. Menyambutmu
113
113. Memang Pengantin Baru
114
114. Welcome Back
115
115. Hari Bahagia Tiba
116
116. Di Luar Ekspektasi
117
117. Perkara Mantan
118
118. Ini Ujian Hati
119
Bawa Santai
120
120. Usai Sudah Ujian Hati
121
121. Banyak yang Harus Dibahas
122
122. Diskusi Panas
123
123. Jaga Diri Ya
124
124. Kabar
125
125. Sidang?
126
126. Hasil Sidang
127
127. Keputusan Kita
128
128. Opsi Pengobatan
129
129. Tamu Oh Tamu
130
130. Atur Waktu
131
131. Rencanakan
132
132. Meniti Tangga Rencana
133
133. Rumah Mertua
134
134. Bertemu Desainer Sundari
135
135. Ganti Wacana
136
136. Obat Malarindu
137
137. Waktunya Minum Obat
138
138. Sambutan di Jakarta
139
139. Family Man
140
140. Teman Perjalanan
141
141. Sibuk Persiapan
142
142. Fitting
143
143. Tiba Waktu Yang Ditunggu
144
144. Pulang
145
145. Pelukan Hangat
146
146. Semua Kumpul
147
147. Resepsi Zakia
148
148. Resepsi Zakia (2)
149
149. Cinta Terakhir
150
150. Malam Mingguan
151
151. Penasaran Kopi
152
152. Pamit
153
153. Perjalanan Baru
154
154. Jepang Impian
155
155. Rejeki Tahun Baru
156
156. Bandung Bercerita
157
157. Surprise Kecil
158
158. Ayah
159
159. Cerita Kecewa
160
160. Jangan Mendekat!
161
161. Jawaban Serba Salah
162
162. Setelah Tiga Hari

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!