Beri Waktu

Cukup dengan posting foto dan video kebersamaan dengan keluarga Puput di grup Sweet Fam sebagai cara Zaky laporan kepada keluarga di Ciamis. Dan yang paling berisik menanggapi adalah Ami adiknya. Ini sudah kali kelima sang adik menelepon menanyakan kapan giliran datang ke Depok. Mengingat sudah tiga malam menginap di rumah kakak pertama.

"Iya nanti sore Aa ke Depok. Tapi bawa someone boleh ya?" Zaky berjalan menuju kasir sambil mengapit ponsel di telinga kiri. Gilirannya membayar beberapa lembar nota barang belanjaan berupa beberapa kaos lengan panjang, sweater, kaos kaki dan kaos tangan serta kupluk. Persiapan outfit untuk di Zurich sebab bulan ini Swiss sedang musim dingin menuju peralihan ke musim semi. Kartu debit diberikan kepada petugas kasir membayar semua belanjaan.

"Hm, siapa tuh. Pasti cewek ya?" Tebak suara di seberang sana.

"Shannon. Masih ingat kan?"

"Oh ya ya. Ingat atuh. Ya udah aku tunggu. Dinner disini ya. Aku bakal siapin menu spesial. Semur jengkol. Hihihi."

Zaky mendecak mendengar tawa cekikikan sang adik. Menyudahi sambungan telepon. Menenteng kantong belanjaan dan melangkah lebar mengarah ke eskalator turun. Waktunya pergi meninggalkan mall.

Brukk.

Ponsel yang hendak dimasukkan Zaky ke dalam waist bag terlempar jatuh ke lantai setelah seseorang yang berjalan dari arah kanan menubruk lengannya.

"Ya ampun. Maaf-maaf, Mas. Saya nggak sengaja." Dengan wajah panik, perempuan yang menabrak Zaky itu dengan cepat mendahului mengambil ponsel yang berada di dekat kakinya. "Rusak gak, Mas? Aku siap tanggung jawab."

Zaky menerima uluran ponsel dengan wajah masam menahan kesal. Jelas dirinya tidak salah. Berjalan lurus dan fokus di area yang lengang. Tanpa kata segera memeriksa kondisi ponselnya dengan seksama.

"Eh, A Zaky bukan? A Zaky Wijaya ya?"

Zaky mendongak dari fokusnya mengamati ponsel menatap perempuan berhijab biru yang menabraknya sekaligus menyapanya dengan kaget. Ia pun menautkan kedua alisnya setelah melihat wajah si penabrak itu. Sepertinya...

"Aku Nadia. Nadia Rindu. Adik kelas. Fans kamu lho. Masih lupa?" perempuan cantik itu berucap dengan nada berseloroh.

"Oh, Nadia. Pangling sih, jadi ragu mau nebak."

Saling jabat tangan dan saling sapa berlangsung diiringi tawa. Dari yang awalnya tegang menjadi riang. Zaky ingat jika Nadia adalah salah satu fans yang selalu memberi hadiah. Bagian dari romansa manis masa SMK.

"Kamu tinggal di Jakarta, Nad?"

"Aku kuliah di Binus tinggal nunggu wisuda April. Kalau A Zaky?"

"Lagi jadi pengangguran." Zaky terkekeh.

"Gak percaya." Nadia mencibir.

"Insya Allah, akhir bulan mau ke Swiss. Lanjut S2 arsitek di Zurich."

"Awesome. Semoga lancar dan sukses selalu ya, A Zaky."

"Doa yang sama untukmu." Zaky tersenyum dan mengangguk.

"By the way, ponselnya rusak gak, A? Maaf tadi aku jalannya sambil liat hp."

"Aman, Nad." Zaky memperlihatkan layar ponselnya yang menyala. Memang benturannya tidak keras.

"Oke. Tapi nanti jika ada trouble, bilang aja padaku. Feel free. Save ya nomerku." Nadia menyebutkan sederet angka. Yang tak lama kemudian miss call terdengar di ponselnya. Dari nomer Zaky.

"Pantesan... nomor baru ya. Aku masih save nomer A Zaky yang dulu. Padahal aku juga udah follow akunmu tapi jarang posting ya, A'?"

Zaky terkekeh. "Iya aku ganti nomer sejak banyak spam yang ganggu. Aku memang jarang posting sih. Oh ya, Nad. Maaf... aku duluan ya. Masih ada urusan," ujarnya sambil menatap arloji di pergelangan tangan kiri.

"Gak bisa nunggu dulu bentar? Kenalan dulu dong sama tunangan aku. Siapa tahu ketemu di jalan. Abang lagi otw sini mau jemput aku." Nadia mengedarkan pandangan. "Ah, itu Abang kesini. Tuh yang kaos putih. "

Zaky mengikuti arah pandang Nadia yang melambaikan tangan. Ia yakin tidak mengenal pria yang balas melambaikan tangan sambil senyum itu. Yang kemudian berhenti melangkah sebab ada orang yang menyapa.

"Nad, lain waktu aja deh ya. Tunanganmu lagi asyik ngobrol. Aku buru-buru nih ada meeting. Salamnya aja ya." Zaky tak bisa menunggu lebih lama sebab ada janji ke kantor Rama kakak iparnya, untuk menyurvei ruang yang akan direnovasi dan membutuhkan jasa desainnya.

"Ok deh. Sekali lagi kalau hpmu sampai trouble, call me!"

"Dan sukses untuk S2 nya ya, A Zaky."

Zaky mengacungkan satu ibu jarinya diiringi senyuman. Berakhir lambaian tangan. Langkahnya semakin tergesa ke arah eskalator turun. Menuju parkiran mobil di basement.

***

Sore hari adalah janji menjemput Shannon yang tinggal di kosan khusus perempuan. Yang dijemput ternyata sudah duduk manis dan berpenampilan cantik di kursi teras. Senyum sang kekasih yang selalu merekah dengan tatapan berbinar adalah salah satu daya tarik yang menularkan positif vibes. Zaky membalas dengan senyum simpul andalannya.

"Siap, Sha?"

"I'm ready."

Zaky dan Shannon berjalan bersisian menuju mobil yang terparkir di luar gerbang kost. Bersamaan memasang safety belt dengan wajah semringah.

"Kita jadi ke rumahnya Ami?" Shannon menatap sang driver yang mulai tancap gas. Setiap hari tak luput berkomunikasi termasuk membicarakan tentang ajakan berkunjung ke Depok.

"Ya. Malah Ami udah telpon jadi nggaknya datang. Jangan kaget ya dia satu-satunya yang paling cerewet di keluarga. Sefrekuensi with her mother in law." Zaky terkekeh sambil menoleh sekilas.

"Tapi Ami orangnya asyik, santuy. Kita kan ketemu waktu di Singapore aja. Tapi langsung akrab. Ami masih ingat sama aku nggak sih?"

"Masih. Ami udah gak sabar ketemu calon kakak iparnya nih." Zaky menoleh lagi sekilas diiringi senyum simpul andalannya.

"Haiss. Pipi aku jadi merah nih." Shannon menangkup kedua pipi yang terasa panas. Membuat Zaky terkekeh.

Tiba di Depok bersamaan dengan adzan Magrib berkumandang. Kedatangan Zaky dan Shannon disambut hangat oleh sepasang suami istri bernama Akbar dan Ami.

"Kak Shannon, apa kabar? Long time no see ya kita?" Tanya Ami diiringi pelukan dan cium pipi kiri dan kanan.

"I'm feeling great. Kabar Ami gimana?"

"Aku lagi sibuk menikmati double job. As a student and mahmud."

"Mahmud?!" Shannon menautkan kedua alisnya.

"Mama muda." Ami terkikik.

"Oh, ya ampun. Aku lemot ya." Shannon menepuk dahi diiringi kekehan.

Sementara Zaky langsung saja menggendong Moci dan mencium kedua pipinya dengan gemas. Balita lucu itu tertawa senang.

"Om Zaky, mau berjamaah nggak?" Akbar sudah menggulung lengan baju bersiap untuk wudhu.

"Mau, Mas. Sha....aku tinggal dulu ya." Zaky mendekati Shannon yang asyik berbincang dengan Ami.

"Okay. Sini Moci nya aku gendong. Mau nggak ya sama yang belum kenal." Shannon berdiri dan membuka kedua tangan. Harap-harap cemas. Matanya melebar sebab baby dengan pipi bulat itu mau berpindah.

"Moci emang mau digendong sama siapa aja. Senang diajak ngobrol. Kalau sama Oma nya diajak ke pengajian juga anteng nggak rewel." Jelas Ami yang memperhatikan sikap Zaky yang senyum-senyum dengan pandangan ke arah Shannon yang menggendong Moci.

Shannon mengangguk. Ia beralih mendudukkan Moci di sofa. Mengajak bicara hingga si bayi menanggapi dengan senyum kadang tertawa. So cute.

Ami yang sedang berhalangan salat, ikut tersenyum melihat Moci yang proaktif dengan bahasa yang belum dipahami. Selang beberapa menit kemudian pamit menuju ruang makan untuk mempersiapkan sajian makan malam. Dan kemudian Zaky datang menghampiri.

"Aa mau nginep kan?" Tanya Ami dengan kedua tangan cekatan mengisi air putih hangat ke dalam empat gelas.

"Nggak bisa. Besok pagi ada janji sama teman. Nginep malam jumat saja sekalian lanjut pulang ke Bandung ngambil mobil. Terus ke Ciamis deh sambil nunggu visa beres." Zaky memetik sebutir anggur hijau tanpa biji yang rasanya manis.

"Masih sering gak ketemu Kia?" Ami menyimpan gelas sejajar dengan kursi masing-masing.

"Kalau ketemu sih jarang. Tapi kalau komunikasi hampir tiap hari. Terakhir ketemu Kia Senin pekan kemarin. Mi....Aa udah jadian sama Shannon." Zaky memetik anggur hijau butir kedua. Memakannya sekali lahap.

Ami yang sudah selesai menata sajian, langsung menoleh dengan memasang raut kaget. "Seriously?"

Zaky mengangguk. "Sabtu kemarin Aa ke Bali memang sengaja untuk bertemu Shannon. Ngasih kabar soal ke Swiss sekaligus menembaknya. Aa ingin sebelum pergi, relationship menjadi jelas arah dan tujuan. Dan yeah, kita resmi naik level."

"Tapi kan Aa sama Shannon...."

Zaky segera memotong ucapan Ami. "Aa tahu. Masih ada waktu untuk bisa sejalan. Nikmati prosesnya. Toh target Aa nikah beres S2."

"Tadinya pengen Ibu yang pertama tahu. Tapi karena Aa kesini, Ami duluan deh yang tahu. Plis kalau mau bocor nanti setelah Ibu aku kasih tahu."

Ami mengangkat bahu. "Baiklah. Tercapai dong cita-cita Aa pengen jodoh yang beda," ujarnya dengan senyum mengejek. Kemudian pandangannya beralih pada kedatangan Akbar sambil mengusap-usap perut. Kode mengajak makan.

Zaky terkekeh. "Ya...semoga jodoh," jawabnya santai. Lalu berjalan menuju ruang keluarga untuk mengajak Shannon bergabung di meja makan.

...🌷🌷🌷🌷🌷...

Biar ngehalunya makin mantap. Intip visual foto dan video di story ig @authormenia

Story KR terdaftar di lomba "You are A writer 2024" so plis....kolom komentarnya ramaikan ya Bestie.

Maaf belum bisa panjang². Masih coba mengatur waktu untuk dua story di dua rumah + RL. Semoga Maret bisa gasspol.

Terpopuler

Comments

Herni Haryani

Herni Haryani

semoga pilihan mu bener ya zaky walau aku ragu karena penghalang terbesarnya beda keyakinan.

2024-04-24

0

Rara

Rara

Ntar a zaky nyesal engga milih kia

2024-05-08

0

ngatun Lestari

ngatun Lestari

ah jadi ingat teh Puput si jawara

2024-04-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!