Bab 16. Pulang Kampung

Bab 16. Pulang Kampung

POV Lastri

Badan ku segar sekali rasanya hari ini. Kemarin tubuhku benar-benar di istirahatkan. Bahkan Mas Hendra pun tidak marah sama sekali. Sepertinya Mas Hendra sedang dalam mood baik. Apa sebaiknya pagi ini aku ngomong sama Mas Hendra untuk pulang ke kampung ya?

Oh, ya tadi malam Mas Hendra juga minta tanda tanganku. Sepertinya keputusan Mas Hendra sudah bulat, untuk menerima kenaikan jabatan meskipun dengan harus pindah dinas ke luar kota. Tapi dimana Mas Hendra akan tinggal?

Lebih baik aku tanyakan saja.

"Mas, jika Mas dinas nanti Mas tinggal dimana?" Tanyaku ketika aku merapikan tempat tidurku.

Mas Hendra langsung menoleh ke arah ku.

"Eng..., Oh... Mas akan tinggal di mes karyawan."

"Rame Mas?"

"Tidak, karena Mas jabatan naik jadi tinggal sendiri." Jawab Mas Hendra santai.

"Pasti Mas kerepotan, apa-apa di lakukan sendiri. Kapan-kapan, apa boleh aku dan Diah kesana Mas?"

"Untuk apa Lastri? Kamu di sini saja. Dua minggu sekali, Mas balik kok."

"Oh...."

Cukup lega rasanya, karena Mas Hendra bukan meninggalkan aku sampai berbulan-bulan. Aku pikir akan seperti orang-orang di luar sana. Bahkan tidak jarang aku mendengar mereka mengalami hal yang buruk ketika suami mereka berbulan-bulan tidak pulang, dan tahu-tahu sudah menikah lagi.

Aku bergidik membayangkan hal itu. Setidaknya waktu dua minggu tidaklah lama, dan kemungkinan untuk berselingkuh itu tidak memiliki peluang yang besar. Apalagi Mas Hendra pasti di sibukkan oleh pekerjaannya. Aku harus berpikir positif.

Lebih baik aku menanyakannya soal ibu yang meminta aku untuk pulang ke kampung.

"Mmm... Mas. Kemarin Ibu di kampung menelpon. Katanya, Bapak sakit keras. Berhubung sekolah Diah juga lagi libur menyambut puasa, jadi aku di minta pulang sama Ibu hari ini atau besok. Jadi... Apa boleh aku pulang Mas?"

Mas Hendra menoleh padaku. Awalnya raut wajah Mas Hendra tampak tidak senang sehingga membuat ku sedikit ragu dan takut. Kemudian Mas Hendra terlihat berpikir sejenak.

"Besok saja Mas antar kamu pulang, tapi tidak ke kampung. Kamu naik Bus yang menuju kampungmu. Sampai disana kamu tinggal naik ojek. Bisa kan?"

Aku cukup sedih mendengar Mas Hendra tidak mengantarkan ku sampai ke rumah Ibu dan Bapak di kampung. Tadinya aku berharap, Mas Hendra bisa sekalian menjenguk Bapak. Jadi, tidak lah Mas Hendra selalu di pandang buruk oleh tetangga-tetangga di kampung.

Tetapi, ya sudah lah. Di ijinkan pulang dan di antar sampai ke terminal Bus pun itu sudah lebih baik dari pada pergi sendiri apalagi tidak di ijinkan pulang. Setidaknya aku pulang ke kampung di setujui oleh Mas Hendra.

"Baiklah Mas."

"Siapkan sarapan untukku, sebentar lagi aku mau berangkat kerja. Oh ya, kalau sudah sehat, tolong bantu Ibu hari ini ya?"

"Iya Mas."

Aku tidak membantah perintah suamiku. Setidaknya itu yang di ajarkan Bapak padaku.

Tidak apa-apa Lastri, hari ini saja bantu ibu mertua. Besok kamu sudah tidak melakukannya lagi untuk beberapa hari kedepan. Anggap saja liburan. Begitu lah aku memotivasi diri sendiri untuk memulai aktivitas ku yang bakal melelahkan hari ini.

***

Keesokan harinya.

Aku sudah siap pulang ke kampung bersama Diah yang akan di antar Mas Hendra sampai terminal. Sebelum berangkat, aku berpamitan dulu kepada ibu mertua.

Wajah ibu mertua di tekuk. Sepertinya ia tidak suka aku akan berangkat pulang ke kampung. Namun biar begitu, tidak mengurangi etika ku padanya untuk menghormati orang yang lebih tua, apalagi seorang ibu mertua.

"Bu, aku pamit mau pulang kampung dulu." Kataku sambil mencium punggung tangannya meski ibu mertua menatapku tidak suka.

"Jangan lama-lama!"

Hanya kata itu yang di ucapkan ibu mertua, tanpa ingin berkirim salam buat orang tua ku di kampung apalagi menanyakan keadaan Bapak ku yang sedang sakit.

"Akan aku usahakan Bu..." Jawabku.

"Ayo Las segera berangkat! Aku tidak mau terlambat sampai ke tempat kerja." Ujar Mas Hendra.

"Bu, aku permisi. Assalamualaikum..."

Aku dan Diah pun menaik sepeda motor Mas Hendra, lalu Mas Hendra mulai menjalankan kendaraan itu.

Tidak ada percakapan selama perjalanan menuju terminal. Ketika tiba disana, terminal masih tidak terlalu ramai karena masih pagi.

Rasanya sedikit takut, apalagi ada Diah yang juga harus aku lindungi. Bukankah di terminal seperti ini banyak premannya?

Nyaliku menciut. Tapi bila mana memikirkan ibu dan bapak yang sudah menunggu kedatangan ku dan Diah, aku harus bisa menjadi wanita yang pemberani.

"Ini ongkos untuk pergi dan pulang nanti. Tidak perlu biaya makan bukan? Karena makan kalian pasti di tanggung di sana."

Aku tertegun sesaat. Memang Mas Hendra akan seperti ini. Tidak peduli pada hal yang tidak menguntungkan dirinya. Tapi tetap saja, aku merasa sedih Mas Hendra tidak ada prihatinnya sama sekali terhadap apa yang menimpa orang tuaku.

Aku menghela napas. Tidak seharusnya aku menaruh harapan yang tidak mungkin tersadar dalam hati nurani Mas Hendra.

"Aku berangkat dulu."

Mas Hendra berlalu tanpa sekedar mengucapkan kata 'hati-hati di jalan', apalagi membelai pucuk kepala anaknya yang beberapa hari kedepan tidak akan bisa melihat dirinya.

Diah menatap Ayahnya sampai jauh. Ia baru mau bergerak ketika Mas Hendra sudah tak terlihat lagi.

"Ayo nak..."

Aku menuntun Diah berjalan menuju bus yang akan mengantar kami sampai ke kampung. Membayar ongkosnya dan duduk dengan tenang di dalamnya.

Pedagang asongan mulai menjajakan barangnya. Melihat Diah yang sepertinya ingin, aku pun membeli beberapa untuk camilannya selama dalam perjalanan yang memakan waktu hampir 3 jam lamanya.

"Bu, Ayah tidak ikut?" Tanya nya polos.

Aku tersenyum. Mencoba mencari kata-kata yang pas agar anakku bisa mengerti dan tidak bersedih.

"Ayah sibuk, ada pekerjaannya yang tidak bisa di tinggal. Kalau tidak sibuk, Ayah pasti ikut kita seperti dulu-dulu." Kataku sambil membelai pucuk kepala Diah dengan lembut.

Diah mengangguk. Untung lah anakku itu tidak bertanya lagi. Diah pun membuka salah satu bungkusan camilan yang tadi aku beli dan mulai memakannya.

Setelah menunggu satu jam lamanya, bus pun berangkat walau penumpangnya tidak penuh. Bus mulai bergerak meninggalkan terminal dan perlahan melaju. Dalam hati aku berdoa, semoga saja kami selamat sampai tujuan.

Aku memejamkan mata bukan tidur, tapi merelaks kan pikiranku. Semoga saja Bapak di kampung tidak kenapa-kenapa, maksudnya bukan sakit yang benar-benar tidak ada obatnya. Berjauhan dengan orang tua seperti ini dalam keadaan seperti ini lah yang membuat aku takut. Takut bila aku tidak miliki kesempatan untuk melihat keluargaku jika itu untuk yang terakhir kalinya.

Aku menghela napas berat, mencoba membuang pikiran burukku tentang orang tuaku. Tetapi, bagaimana jika kelak Ibu atau Bapak bertanya mengenai kehidupan rumah tanggaku? Apa yang harus aku berikan jawabannya kepada mereka?

Seandainya saja, Mas Hendra itu sepertinya seperti para suami di luar sana yang selalu memperhatikan dan menyayangi keluarganya, sudah tentu rumah tangga ini pastinya menjadi salah satu bagian dari kehidupan orang-orang yang berbahagia di dalamnya.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Mbr Tarigan

Mbr Tarigan

manut terus ibu SM anak sama bodohnya diam terus sebentar lagi suamimu nikah longor

2024-05-14

0

🔮S⃟M༽༽༽༽༼.BLUEPINKL123💟🌸✅

🔮S⃟M༽༽༽༽༼.BLUEPINKL123💟🌸✅

ayo Lastri sadar knp 😠

2024-04-03

0

A͜͡ⁿᵘ Kim Jesslyn🇵🇸

A͜͡ⁿᵘ Kim Jesslyn🇵🇸

ya itu udah tahu suaminya agak laen kok mau aja bertahan. moga tar si kampung Lastri ketemu mantannya. terus balikan deh 😃

2024-03-27

3

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Anak Sakit
2 Bab 2. Tukang Ngadu
3 Bab 3. Tukang Cuci
4 Bab 4. Status
5 Bab 5. Berkurang Lagi
6 Bab 6. Pembantu
7 Bab 7. Kompor
8 Bab 8. Boneka 1
9 Bab 9. Boneka 2
10 Bab 10. Makanan
11 Bab 11. Bertemu Wanita Lain
12 Bab 12. Selalu Salah
13 Bab 13. Mendapat Kabar
14 Bab 14. Bujuk Rayu Wawan
15 Bab 15. Surat
16 Bab 16. Pulang Kampung
17 Bab 17. Pura-pura Sakit
18 Bab 18. Mendadak Kaya
19 Bab 19. Rencana Menikah Lagi
20 Bab 20. Rencana Pulang
21 Bab 21. Perjalanan
22 Bab 22. Mencari Hendra
23 Bab 23. Pembohong
24 Bab 24. Tinggal Bersama
25 Bab 25. Pembalas Di Mulai
26 Bab 26. Tidak Mau Menurut Lagi
27 Bab 27. Nilam Jatuh
28 Bab 28. Nilam Keguguran
29 Bab 29. Sepupu Jauh
30 Bab 30. Ngambek
31 Bab 31. Seatap Dengan Madu
32 Bab 32. Melihat Properti
33 Bab 33. Perawatan Diri
34 Bab 34. Berkelit
35 Bab 35. Kembali Ke Rumah
36 Bab 36. Gertakan Sambal Lastri
37 Bab 37. Bertengkar
38 Bab 38. Rahasia
39 Bab 39. Murka
40 Bab 40. Jatuh Talak
41 Bab 41. Ratu Baru
42 Bab 42. Tamu Di Pagi Hari
43 Bab 43. Konsultasi Pengacara
44 Bab 44. Jalan - Jalan
45 Bab 45. Surat Gugatan
46 Bab 46. Sidang Mediasi
47 Bab 47. Nguber Lastri
48 Bab 48. Debat Sidang
49 Bab 49. Ribut
50 Bab 50. Hidup Hemat
51 Bab 51. Membeli Tanah Baru
52 Bab 52. Gelut Mulut
53 Bab 53. Wawan Dan Nilam
54 Bab 54. Bu Ida Jatuh Sakit
55 Bab 55. Bagi Tugas
56 Bab 56. Terbongkar
57 Bab 57. Antara Tatik Dan Nilam
58 Bab 58. Praha Rumah Tangga
59 Bab 59. Menjenguk Mantan Mertua
60 Bab 60. Pertemuan
61 Bab 61. Keinginan Indri Gagal
62 Bab 62. Laporan
63 Bab 63. Ketar Ketir
64 Bab 64. Pendekatan
65 Bab 65. Calon Keluarga Kecil
66 Bab 66. Dua Duka
67 Bab 67. Pulang Ke Desa
68 Bab 68. Sama-sama Susah
69 Bab 69. Menjadi Mahasiswa
70 Bab 70. Teman Baru
71 Bab 71. Di Curigai
72 Bab 72. Di Suruh Nikah Paksa
73 Bab 73. Di Pinang Juragan Tanah
74 Bab 74. Kedatangan Fahri
75 Bab 75. Fahri DiTabrak
76 Bab 76. Sah Jadi Nyonya Tersayang
77 Bab 77. Info Tentang Lastri
78 Bab 78. Di Serang Para Isteri
79 Bab 79. Aku Tidak Mencintaimu Lagi
80 Bab 80. Mengejar Lastri
81 Bab 81. Diah Menolak
82 Bab 82. Jawaban
83 Bab 83. Berita Lamaran
84 Bab 84. Bertemu Indri
85 Bab 85. Teguhkan Hati
86 Bab 86. Panik
87 Bab 87. Masuk Bui
88 Bab 88. Bertunangan
89 Bab 89. Di Bawa Hendra
90 Bab 90. Tidak Semudah Itu
91 Bab 91. Kaum Patah Hati
92 Bab 92. Menikah
93 Bab 93. Kembali Ke Kampus
94 Bab 94. Nilam Di Hajar Para Isteri
95 Bab 95. Menyambung Silahturahmi Yang Terputus
96 Bab 96. Kurang Adonan
97 Bab 97..Kabar Bahagia
98 Bab 98. Suami Siaga
99 Bab 99. Bagi Warisan
100 Bab 100. Jual Rumah
101 Bab 101. Tamu Tak Diundang
102 Bab 102. Menolak Rujuk
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Bab 1. Anak Sakit
2
Bab 2. Tukang Ngadu
3
Bab 3. Tukang Cuci
4
Bab 4. Status
5
Bab 5. Berkurang Lagi
6
Bab 6. Pembantu
7
Bab 7. Kompor
8
Bab 8. Boneka 1
9
Bab 9. Boneka 2
10
Bab 10. Makanan
11
Bab 11. Bertemu Wanita Lain
12
Bab 12. Selalu Salah
13
Bab 13. Mendapat Kabar
14
Bab 14. Bujuk Rayu Wawan
15
Bab 15. Surat
16
Bab 16. Pulang Kampung
17
Bab 17. Pura-pura Sakit
18
Bab 18. Mendadak Kaya
19
Bab 19. Rencana Menikah Lagi
20
Bab 20. Rencana Pulang
21
Bab 21. Perjalanan
22
Bab 22. Mencari Hendra
23
Bab 23. Pembohong
24
Bab 24. Tinggal Bersama
25
Bab 25. Pembalas Di Mulai
26
Bab 26. Tidak Mau Menurut Lagi
27
Bab 27. Nilam Jatuh
28
Bab 28. Nilam Keguguran
29
Bab 29. Sepupu Jauh
30
Bab 30. Ngambek
31
Bab 31. Seatap Dengan Madu
32
Bab 32. Melihat Properti
33
Bab 33. Perawatan Diri
34
Bab 34. Berkelit
35
Bab 35. Kembali Ke Rumah
36
Bab 36. Gertakan Sambal Lastri
37
Bab 37. Bertengkar
38
Bab 38. Rahasia
39
Bab 39. Murka
40
Bab 40. Jatuh Talak
41
Bab 41. Ratu Baru
42
Bab 42. Tamu Di Pagi Hari
43
Bab 43. Konsultasi Pengacara
44
Bab 44. Jalan - Jalan
45
Bab 45. Surat Gugatan
46
Bab 46. Sidang Mediasi
47
Bab 47. Nguber Lastri
48
Bab 48. Debat Sidang
49
Bab 49. Ribut
50
Bab 50. Hidup Hemat
51
Bab 51. Membeli Tanah Baru
52
Bab 52. Gelut Mulut
53
Bab 53. Wawan Dan Nilam
54
Bab 54. Bu Ida Jatuh Sakit
55
Bab 55. Bagi Tugas
56
Bab 56. Terbongkar
57
Bab 57. Antara Tatik Dan Nilam
58
Bab 58. Praha Rumah Tangga
59
Bab 59. Menjenguk Mantan Mertua
60
Bab 60. Pertemuan
61
Bab 61. Keinginan Indri Gagal
62
Bab 62. Laporan
63
Bab 63. Ketar Ketir
64
Bab 64. Pendekatan
65
Bab 65. Calon Keluarga Kecil
66
Bab 66. Dua Duka
67
Bab 67. Pulang Ke Desa
68
Bab 68. Sama-sama Susah
69
Bab 69. Menjadi Mahasiswa
70
Bab 70. Teman Baru
71
Bab 71. Di Curigai
72
Bab 72. Di Suruh Nikah Paksa
73
Bab 73. Di Pinang Juragan Tanah
74
Bab 74. Kedatangan Fahri
75
Bab 75. Fahri DiTabrak
76
Bab 76. Sah Jadi Nyonya Tersayang
77
Bab 77. Info Tentang Lastri
78
Bab 78. Di Serang Para Isteri
79
Bab 79. Aku Tidak Mencintaimu Lagi
80
Bab 80. Mengejar Lastri
81
Bab 81. Diah Menolak
82
Bab 82. Jawaban
83
Bab 83. Berita Lamaran
84
Bab 84. Bertemu Indri
85
Bab 85. Teguhkan Hati
86
Bab 86. Panik
87
Bab 87. Masuk Bui
88
Bab 88. Bertunangan
89
Bab 89. Di Bawa Hendra
90
Bab 90. Tidak Semudah Itu
91
Bab 91. Kaum Patah Hati
92
Bab 92. Menikah
93
Bab 93. Kembali Ke Kampus
94
Bab 94. Nilam Di Hajar Para Isteri
95
Bab 95. Menyambung Silahturahmi Yang Terputus
96
Bab 96. Kurang Adonan
97
Bab 97..Kabar Bahagia
98
Bab 98. Suami Siaga
99
Bab 99. Bagi Warisan
100
Bab 100. Jual Rumah
101
Bab 101. Tamu Tak Diundang
102
Bab 102. Menolak Rujuk

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!