Bab 8. Boneka 1

Bab 8. Boneka 1

POV Lastri

Kok tidak ada?! Padahal tadi pagi aku melihat Diah memainkan boneka itu di ruang tamu dan meletakkannya di kursi sebelum berangkat ke sekolah.

Aku pun mencari ke sana dan kemari boneka Diah yang ku yakini ada di ruang tamu. Tapi tetap saja, boneka itu tidak aku temukan. Tidak puas mencari di ruang tamu aku juga mencari di kamar Diah juga di kamar ku, bahkan sampai ke dapur. Namun tetap saja boneka itu tidak bisa aku temukan.

Ku tatap wajah sendu anakku. Hatiku pilu melihat wajah sedihnya. Aku tahu boneka itu sangat berharga baginya. Boneka pertama hadiah dari Mas Hendra, ayahnya.

"Diah suka boneka itu?"

Diah menganggguk tanpa berkata apa-apa.

"Apa mau Ibu belikan yang sama seperti boneka dari Ayah?"

Mata Diah berkaca-kaca. Ia menunduk tanpa bicara.

Sudah pasti hatinya terluka jika sampai boneka hadiah dari ayahnya itu benar-benar hilang. Sungguh, hatiku pedih, tidak tega aku melihat wajah anakku.

Diah berlalu tanpa suara menuju kamarnya. Ia menutup kepalanya dengan bantal. Perlahan mulai terdengar isak tangis dari bawah bantal, tubuhnya pun bergetar karena sesunggukan.

Aku membuang napas berat, meremas dadaku yang sesak melihat pemandangan itu.

"Triiing...! Triiing...!"

Dering handphone mengalihkan perhatianku. Aku pun mengambil gawaiku dan melihat siapa yang menelpon. Rupanya ibu mertuaku yang menelpon.

"Assalamualaikum, Bu...."

"Lastri, kamu sudah pulang?"

"Iya Bu, aku sudah di rumah sekarang."

"Cepat kamu kesini dan masak! Ibu laper belum makan siang."

"Iya Bu."

Telpon pun di tutup lebih dulu dari ibu mertua. Aku pun menghela napas berat.

Perlahan ku dekati anakku dan duduk di tepi tempat tidurnya.

"Diah, Ibu mau ke rumah Nenek. Nenek barusan nelpon, meminta Ibu untuk ke sana."

Ku usap dengan lembut punggung anakku yang tidak bersuara. Diah pun melepaskan bantal dari kepalanya. Matanya sembab, wajahnya basah oleh air mata bercampur keringat.

Ku usap lembut pipinya, merapikan rambutnya yang acak-acakan.

"Diah mau ikut kerumah Nenek?"

Diah mengangguk dalam tunduknya. Aku tahu ia tidak ingin kesana. Tapi ia juga tidak ingin di tinggal sendiri disini. Kasihan anakku...

Jika saja keluarga Mas Hendra mau menyayangi Diah seperti menyayangi Dion dan Marla, tentu Diah akan senang hati kalau di ajak ke rumah ibu mertua.

"Ayuk..."

Perlahan Diah pun bangun, dan mengikuti langkahku sambil menggenggam tangan ku. Aku pun mengunci pintu, lalu berjalan menuju rumah ibu mertua.

"Assalamualaikum..."

"Lastri, bersihkan ikan terus goreng! Lalu tumis sayur kangkung jangan lupa buat sambal! Goreng juga tahunya!"

Bukannya menjawab salam, ibu mertua langsung memberi perintah begitu melihat aku muncul di depan pintu.

Ku lihat mbak Tatik duduk dengan santainya sambil bermain hape di dekat anak-anaknya. Dion bermain mobil-mobilan sedangkan Marla duduk memunggungi ku, asik dengan mainannya sendiri.

Aku berlalu begitu saja, karena sepertinya mbak Tatik tidak begitu suka akan kedatanganku. Namun Diah sempat berhenti melangkah karena memperhatikan dua sepupunya yang sedang asik bermain.

"Diah..."

Kataku pelan, agar Diah melanjutkan langkahnya. Diah menurut, namun wajahnya begitu menunduk dan terlihat sedih. Diah pasti sedih melihat Dion dan Marla asik bermain tapi ia tidak bisa karena kehilangan boneka yang sudah menjadi kesayangannya.

Diah duduk di kursi menemaniku memasak. Sesekali ia melihat ke arah ruang tamu di mana para sepupunya bermain disana.

Tahu goreng sudah selesai tinggal menggoreng ikan sambil menumis kangkung. Begitu siap aku sajikan semua di atas meja makan.

"Sekarang tinggal bikin sambelnya. Eh loh, Diah mau kemana Nak?!"

Kegiatan masakku terhenti karena Diah tiba-tiba saja berlari menuju ruang tamu. Aku pun mengikutinya dan melihat Diah merampas boneka yang ada di tangan Marla. Aku terkejut melihat prilaku anakku yang tidak biasanya. Marla pun menangis dan mbak Tatik terlihat marah pada Diah.

"Hei Diah! Kamu apa-apa sih main rebut mainan Marla begitu heh?! Dasar anak udik tidak tahu sopan santun!"

"Mbak, jangan Mbak !"

Aku segera menarik Diah dan masuk ke dalam pelukanku. Jika aku tidak segera bertindak, mungkin mbak Tatik sudah mencubit Diah tanpa segan.

"Biar Lastri, biar ku didik anakmu yang kurang ajar itu!"

Aku menutup telinga Diah, agar tidak mendengar kata-kata buruk yang di lontarkan untuknya.

"Mbak, tolong biarkan aku bertanya dulu kepada Diah. Jangan sakiti Diah! Dia masih kecil Mbak?!"

"Ibuuu... Boneka Marla...."

Marla menangis sambil menunjuk ke arah Diah.

Keadaan itu sungguh gaduh sehingga membuat Ibu mertua keluar dari kamarnya dengan wajah kesal.

"Ada apa sih ini ribut-ribut?!"

"Ini nih Bu, menantu Ibu dan anaknya bikin ngeselin!! Si Diah merebut bonekanya Marla, Bu! Eh, si Lastri malah belain anaknya!"

"Bukan begitu Bu, Mbak. Sebentar, biar aku tanya Diah dulu. Diah kenapa rebut mainan Marla Nak?" Tanyaku dengan lembut.

Diah tidak menjawab. Tetapi, ragu-ragu Diah menunjukkan padaku boneka yang sejak tadi ia dekap.

"Loh ini boneka Diah yang hilang!"

Aku mengenali boneka itu. Rambut berkepang dua berwarna kuning keemasan dengan dress bunga-bunga mawar itu adalah boneka yang diberikan Mas Hendra untuk Diah.

"Enak saja! Ini boneka Marla!"

Mbak Tatik langsung merebut boneka itu kembali dan memberikannya pada Marla. Marla pun senang dan berhenti menangis. Kini Diah yang mulai menitikkan air mata. Kasihan anakku...

"Loh Mbak, kok di kasih ke Marla? Itu boneka Diah Mbak?! Makanya Diah mengambil boneka itu karena dia mengenali bonekanya."

"Halah kamu itu pemborosan Lastri! Boneka mahal begitu kenapa kamu belikan untuk anak seperti Diah?! Tidak cocok. Sudah itu buat Marla saja!" Kata Ibu Mertua.

"Loh, pemborosan? Tapi Bu, boneka itu Mas Hendra yang belikan untuk Diah."

"Jadi kamu memaksa Hendra buat belikan mainan untuk anakmu?!" Tuding mbak Tatik.

"Bukan begitu Mbak. Mas Hendra sendiri yang membelikannya untuk anaknya." Bantah ku.

Mereka seolah-olah tidak puas akan jawaban yang aku berikan sesuai dengan kenyataannya.

"Kamu ini semakin hari semakin ngelunjak Lastri! Sudah, boneka ini biar ibu simpan saja!"

Boneka dari tangan Marla di ambil oleh ibu mertua. Diah memelukku, menyembunyikan wajahnya yang penuh air mata.

Aku tahu anakku itu kecewa bonekanya di rebut, bahkan di ambil neneknya yang belum tentu akan di kembalikan pada kami.

"Bu, kalau tidak percaya, tanyakan saja kepada Mas Hendra saat dia pulang nanti. Aku permisi! Assalamualaikum..."

Ku ucapkan salam yang belum tentu di jawab oleh mereka. Hatiku begitu sedih, sebegitunya mereka menuduhku sudah bersifat boros. Terlebih lagi hatiku sakit melihat anakku harus menerima kebencian mereka. Aku pun pulang tanpa menyelesaikan pekerjaan yang masih belum selesai.

"Heh Lastri, masak mu sudah selesai belum?! Siapa yang mau masak ini?! Lastri....! Las...! Lastri...!!"

Tidak aku pedulikan ibu mertua yang berseru memanggil namaku. Kaki ku terus melangkah sambil menggandeng Diah dan mengunci pintu rapat-rapat begitu tiba di dalam rumah.

Kali ini aku mencoba tidak peduli jika ibu mertua atau mbak Tatik menggedor pintu rumahku. Karena aku begitu kecewa, ternyata mbak Tatik yang mengambil boneka Diah di rumah ini.

Aku teringat sekilas tadi melihat motor Mas Hendra ada di halaman rumah ibu. Apa jangan-jangan Mas Hendra meninggalkan motornya di rumah ibu dan mbak Tatik dengan leluasa masuk ke rumah ku karena ku tahu kunci motor Mas Hendra bersatu dengan kunci cadangan rumah ini?!

Aku jadi berpikiran buruk terhadap mbak Tatik. Mencurigai dirinya yang memungkinkan mencuri barang-barang di rumahku.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Mariaangelina Yuliana

Mariaangelina Yuliana

cukup kamunya iya Lastri yang mau di gituin Ama suami mertua dan ipar di dunia nyata jangan😤

2024-05-04

1

Mbr Tarigan

Mbr Tarigan

sdhlah Lastri jgn mengalah terus paling ditalak terima kasih kamu bisa kerja utk mu dan anakmu

2024-05-14

0

𝑆𝐴𝑇𝑟𝑖𝑜

𝑆𝐴𝑇𝑟𝑖𝑜

makin ngeselin keluarga si mamah mertua./Panic/
nggk kuat bayarr pembantu. pemalas!

2024-04-16

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Anak Sakit
2 Bab 2. Tukang Ngadu
3 Bab 3. Tukang Cuci
4 Bab 4. Status
5 Bab 5. Berkurang Lagi
6 Bab 6. Pembantu
7 Bab 7. Kompor
8 Bab 8. Boneka 1
9 Bab 9. Boneka 2
10 Bab 10. Makanan
11 Bab 11. Bertemu Wanita Lain
12 Bab 12. Selalu Salah
13 Bab 13. Mendapat Kabar
14 Bab 14. Bujuk Rayu Wawan
15 Bab 15. Surat
16 Bab 16. Pulang Kampung
17 Bab 17. Pura-pura Sakit
18 Bab 18. Mendadak Kaya
19 Bab 19. Rencana Menikah Lagi
20 Bab 20. Rencana Pulang
21 Bab 21. Perjalanan
22 Bab 22. Mencari Hendra
23 Bab 23. Pembohong
24 Bab 24. Tinggal Bersama
25 Bab 25. Pembalas Di Mulai
26 Bab 26. Tidak Mau Menurut Lagi
27 Bab 27. Nilam Jatuh
28 Bab 28. Nilam Keguguran
29 Bab 29. Sepupu Jauh
30 Bab 30. Ngambek
31 Bab 31. Seatap Dengan Madu
32 Bab 32. Melihat Properti
33 Bab 33. Perawatan Diri
34 Bab 34. Berkelit
35 Bab 35. Kembali Ke Rumah
36 Bab 36. Gertakan Sambal Lastri
37 Bab 37. Bertengkar
38 Bab 38. Rahasia
39 Bab 39. Murka
40 Bab 40. Jatuh Talak
41 Bab 41. Ratu Baru
42 Bab 42. Tamu Di Pagi Hari
43 Bab 43. Konsultasi Pengacara
44 Bab 44. Jalan - Jalan
45 Bab 45. Surat Gugatan
46 Bab 46. Sidang Mediasi
47 Bab 47. Nguber Lastri
48 Bab 48. Debat Sidang
49 Bab 49. Ribut
50 Bab 50. Hidup Hemat
51 Bab 51. Membeli Tanah Baru
52 Bab 52. Gelut Mulut
53 Bab 53. Wawan Dan Nilam
54 Bab 54. Bu Ida Jatuh Sakit
55 Bab 55. Bagi Tugas
56 Bab 56. Terbongkar
57 Bab 57. Antara Tatik Dan Nilam
58 Bab 58. Praha Rumah Tangga
59 Bab 59. Menjenguk Mantan Mertua
60 Bab 60. Pertemuan
61 Bab 61. Keinginan Indri Gagal
62 Bab 62. Laporan
63 Bab 63. Ketar Ketir
64 Bab 64. Pendekatan
65 Bab 65. Calon Keluarga Kecil
66 Bab 66. Dua Duka
67 Bab 67. Pulang Ke Desa
68 Bab 68. Sama-sama Susah
69 Bab 69. Menjadi Mahasiswa
70 Bab 70. Teman Baru
71 Bab 71. Di Curigai
72 Bab 72. Di Suruh Nikah Paksa
73 Bab 73. Di Pinang Juragan Tanah
74 Bab 74. Kedatangan Fahri
75 Bab 75. Fahri DiTabrak
76 Bab 76. Sah Jadi Nyonya Tersayang
77 Bab 77. Info Tentang Lastri
78 Bab 78. Di Serang Para Isteri
79 Bab 79. Aku Tidak Mencintaimu Lagi
80 Bab 80. Mengejar Lastri
81 Bab 81. Diah Menolak
82 Bab 82. Jawaban
83 Bab 83. Berita Lamaran
84 Bab 84. Bertemu Indri
85 Bab 85. Teguhkan Hati
86 Bab 86. Panik
87 Bab 87. Masuk Bui
88 Bab 88. Bertunangan
89 Bab 89. Di Bawa Hendra
90 Bab 90. Tidak Semudah Itu
91 Bab 91. Kaum Patah Hati
92 Bab 92. Menikah
93 Bab 93. Kembali Ke Kampus
94 Bab 94. Nilam Di Hajar Para Isteri
95 Bab 95. Menyambung Silahturahmi Yang Terputus
96 Bab 96. Kurang Adonan
97 Bab 97..Kabar Bahagia
98 Bab 98. Suami Siaga
99 Bab 99. Bagi Warisan
100 Bab 100. Jual Rumah
101 Bab 101. Tamu Tak Diundang
102 Bab 102. Menolak Rujuk
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Bab 1. Anak Sakit
2
Bab 2. Tukang Ngadu
3
Bab 3. Tukang Cuci
4
Bab 4. Status
5
Bab 5. Berkurang Lagi
6
Bab 6. Pembantu
7
Bab 7. Kompor
8
Bab 8. Boneka 1
9
Bab 9. Boneka 2
10
Bab 10. Makanan
11
Bab 11. Bertemu Wanita Lain
12
Bab 12. Selalu Salah
13
Bab 13. Mendapat Kabar
14
Bab 14. Bujuk Rayu Wawan
15
Bab 15. Surat
16
Bab 16. Pulang Kampung
17
Bab 17. Pura-pura Sakit
18
Bab 18. Mendadak Kaya
19
Bab 19. Rencana Menikah Lagi
20
Bab 20. Rencana Pulang
21
Bab 21. Perjalanan
22
Bab 22. Mencari Hendra
23
Bab 23. Pembohong
24
Bab 24. Tinggal Bersama
25
Bab 25. Pembalas Di Mulai
26
Bab 26. Tidak Mau Menurut Lagi
27
Bab 27. Nilam Jatuh
28
Bab 28. Nilam Keguguran
29
Bab 29. Sepupu Jauh
30
Bab 30. Ngambek
31
Bab 31. Seatap Dengan Madu
32
Bab 32. Melihat Properti
33
Bab 33. Perawatan Diri
34
Bab 34. Berkelit
35
Bab 35. Kembali Ke Rumah
36
Bab 36. Gertakan Sambal Lastri
37
Bab 37. Bertengkar
38
Bab 38. Rahasia
39
Bab 39. Murka
40
Bab 40. Jatuh Talak
41
Bab 41. Ratu Baru
42
Bab 42. Tamu Di Pagi Hari
43
Bab 43. Konsultasi Pengacara
44
Bab 44. Jalan - Jalan
45
Bab 45. Surat Gugatan
46
Bab 46. Sidang Mediasi
47
Bab 47. Nguber Lastri
48
Bab 48. Debat Sidang
49
Bab 49. Ribut
50
Bab 50. Hidup Hemat
51
Bab 51. Membeli Tanah Baru
52
Bab 52. Gelut Mulut
53
Bab 53. Wawan Dan Nilam
54
Bab 54. Bu Ida Jatuh Sakit
55
Bab 55. Bagi Tugas
56
Bab 56. Terbongkar
57
Bab 57. Antara Tatik Dan Nilam
58
Bab 58. Praha Rumah Tangga
59
Bab 59. Menjenguk Mantan Mertua
60
Bab 60. Pertemuan
61
Bab 61. Keinginan Indri Gagal
62
Bab 62. Laporan
63
Bab 63. Ketar Ketir
64
Bab 64. Pendekatan
65
Bab 65. Calon Keluarga Kecil
66
Bab 66. Dua Duka
67
Bab 67. Pulang Ke Desa
68
Bab 68. Sama-sama Susah
69
Bab 69. Menjadi Mahasiswa
70
Bab 70. Teman Baru
71
Bab 71. Di Curigai
72
Bab 72. Di Suruh Nikah Paksa
73
Bab 73. Di Pinang Juragan Tanah
74
Bab 74. Kedatangan Fahri
75
Bab 75. Fahri DiTabrak
76
Bab 76. Sah Jadi Nyonya Tersayang
77
Bab 77. Info Tentang Lastri
78
Bab 78. Di Serang Para Isteri
79
Bab 79. Aku Tidak Mencintaimu Lagi
80
Bab 80. Mengejar Lastri
81
Bab 81. Diah Menolak
82
Bab 82. Jawaban
83
Bab 83. Berita Lamaran
84
Bab 84. Bertemu Indri
85
Bab 85. Teguhkan Hati
86
Bab 86. Panik
87
Bab 87. Masuk Bui
88
Bab 88. Bertunangan
89
Bab 89. Di Bawa Hendra
90
Bab 90. Tidak Semudah Itu
91
Bab 91. Kaum Patah Hati
92
Bab 92. Menikah
93
Bab 93. Kembali Ke Kampus
94
Bab 94. Nilam Di Hajar Para Isteri
95
Bab 95. Menyambung Silahturahmi Yang Terputus
96
Bab 96. Kurang Adonan
97
Bab 97..Kabar Bahagia
98
Bab 98. Suami Siaga
99
Bab 99. Bagi Warisan
100
Bab 100. Jual Rumah
101
Bab 101. Tamu Tak Diundang
102
Bab 102. Menolak Rujuk

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!