Bab 9. Boneka 2

Bab 9. Boneka 2

POV Author

"Bu, apa benar Hendra yang membelikan boneka itu untuk anak dekil itu? Rasanya tidak mungkin!"

"Ibu juga tidak ingin percaya, tapi kamu tahu sendiri, Lastri itu juga tidak mungkin berbohong."

"Kalau benar Hendra yang membelikan boneka itu, apa mungkin Hendra sudah luluh hatinya oleh wanita itu? Wah, bahaya dong Bu!"

"Bahaya kenapa?"

"Bisa-bisa, Hendra tidak peduli lagi pada kita! Dan jatah bulanan Ibu bisa di kurangi atau malah tidak ada sama sekali!"

"Wah, kamu bener Tatik. Itu tidak boleh terjadi! Jangan sampai si Lastri itu menguasai semua gaji Hendra!"

"Ibu harus kasih tahu Hendra, kalau keluarga sedarah lebih utama dari pada seorang istri apalagi wanita udik seperti Lastri itu. Bisa di cari gantinya yang lebih dari dia."

"Iya, nanti Ibu kasih tahu si Hendra. Ibu juga tidak mau hidup susah."

"Kalau begitu aku pulang ya Bu? Sebentar lagi Mas Wawan pulang, begitu juga dengan Hendra."

"Ya sudah, kamu hati-hati bawa si kembar."

Tatik membawa kedua anaknya pulang ke rumahnya yang hanya bersebelahan gang saja. Tidak lama Tatik pulang, Nilam datang dengan wajah kusutnya.

Tanpa mengusapkan salam, Nilam langsung duduk di rumah tamu melepas heels nya. Tas nya pun ia lempar ke sembarang tempat.

Bu Ida menggeleng.

"Heh Nilam. Muka kamu kenapa kusut begitu?"

"Uang bulanan ku sudah habis Bu. Mana aku belum beli skin care lagi!" Gerutu Nilam.

Bu Ida ternganga mendengar ucapan putri bungsunya.

"Dua juta kamu habiskan hanya 2 hari?! Sudah gila kamu?!"

"Nilam buat bayar semester Bu, jadi mana cukup. Apalagi di potong buat nambah angsuran mobil Mas Hendra." Sungut Nilam yang langsung mendapat toyoran di kepala oleh Bu Ida. "Awww! Sakit Bu!"

"Jangan ngeluh! Untung Mas mu mau kredit mobil jadi bisa naikin derajat kita. Lagian bukannya bulan lalu kamu baru bayar semester?! Ini bayar semester apa lagi?! Kamu mau bohongi Ibu?!"

Mampus! Aku lupa sudah bilang bayar semester bulan lalu. Alasan apa ya kira-kira biar Ibu tidak curiga?! batin Nilam.

"Bulan lalu baru Nilam bayar separuh Bu. Jadi bulan ini lunasinya."

Semoga Ibu tidak curiga, batin Nilam.

"Kamu ini banyak alesan. Makanya cepat selesai kan kuliah mu! Ibu tidak tanggung jawab kalau sampai Mas mu menyetop uang kuliah mu karena kamu kelamaan kuliah!"

"Kok gitu Bu?!" Protes Nilam.

"Ya mau gimana lagi?! Mas mu tulang punggung di keluarga ini. Ibu tidak mau sampai dia marah, lalu jatah Ibu ikut di stop gara-gara kamu!" Tunjuk Bu Ida pada anaknya.

Wajah Nilam menegang. Salivanya mendadak sulit untuk ia telan.

"Terus aku kuliah besok gimana Bu? Uang ku sudah habis." Rengek Nilam.

Bu Ida mendelik dan mulutnya mengerucut. Ingin rasanya ia memukul anaknya itu saking kesalnya, tapi ia tahan. Bu Ida pun masuk ke dalam kamar lalu tidak lama keluar dengan membawa sejumlah uang.

"Nih, 500 ribu buat sebulan, harus cukup!"

Ck! Harusnya masuk 700 ribu tinggal 200 ribu gara-gara Nilam yang boros! batin Bu Ida ngedumel.

Nilam mengambil uang itu dan tertegun sesaat.

"Kurang Bu...."

"Harus cukup! Lastri saja di kasih 700 ribu cukup. Masa kamu cuma sendiri 500 tidak cukup?!"

"Masa Ibu samain aku sama babu itu?! Ibu lihat dong penampilan anak Ibu ini? Aku butuh perawatan Bu, biar nanti dapet menantu yang bisa bikin bangga Ibu juga."

Bu Ida memandang penampilan putri bungsunya dari atas sampai bawah. Memang penampilan Nilam sangat cantik di mata, dan itu membuat sang Ibu sedikit bangga padanya.

Bulu mata yang panjang dan lentik oleh bulu tanam meneduhkan bola mata yang berwarna kecokelatan oleh soflen. Badan ramping dengan pinggul lebar memberi kesan seksi di tubuhnya. Juga rambut bergelombang yang tergerai panjang dengan kulitnya yang putih menambah daya tarik luar biasa bagi kaum Adam.

"Ehem! Nanti coba minta sama Wawan 300 dan Hendra 200. Bilang saja kamu buat beli buku."

Mata Nilam seketika berbinar. Ide sang ibu tidak terpikirkan olehnya sebelumnya.

"Oke...." Jawab Nilam penuh senyum. Ia pun masuk ke dalam kamar sambil berdendang.

Bu Ida menghela napas. Dimarahi sayang, tidak di marahi bikin kesal.

Bu Ida pun beranjak kembali hendak masuk ke kamarnya. Namun baru saja sebelah kakinya masuk, kembali deru suara motor terdengar di depan rumahnya.

Hendra sudah pulang dari kantor dan wajahnya pun tampak sumringah. Sepertinya suasana hatinya sedang baik saat ini. Hendra lalu duduk di ruang tamu, lalu mengeluarkan handphonenya. Sesekali Hendra tampak tersenyum sambil membalas pesan yang terus masuk ke handphonenya.

"Hendra Ibu mau tanya sama kamu." Kata Bu Ida, lalu duduk di samping anaknya.

Hendra buru-buru menutup layar handphonenya.

"Ada apa Bu..."

"Apa benar kamu yang membelikan boneka buat Diah?"

Hendra menghela napas lalu duduk tersandar.

"Kalau iya kenapa Bu?"

Bu Ida mengubah posisi duduknya menghadap Hendra.

"Jadi itu benar? Apa kamu sekarang sudah mulai menyayangi istrimu itu?!"

"Ibu ini ngomong apa sih?! Aku membelikan Diah boneka untuk membujuk Lastri supaya dia tidak curiga soal mobil dan juga tidak membantah jika kalian suruh-suruh. Aku juga sudah mengembalikan jatahnya kembali ke 1 juta rupiah."

Bu Ida kembali duduk tersandar.

"Tadi Kakak mu, Tatik, kerumah mu. Dan ia melihat ada boneka di ruang tamu. Karena curiga istrimu itu melakukan pemborosan, jadi boneka itu dia ambil dan diberikan ke Marla. Lalu..."

Ragu-ragu Bu Ida berkata.

"Lalu apa Bu?" Tanya Hendra penasaran.

"Lalu... Diah mengenali boneka itu dan mengambilnya dari tangan Marla. Kamu tahu kan sifat Kakak mu? Dan Ibu pun tadinya tidak percaya jika kamu yang membelikan boneka itu. Dan pada akhirnya istri mu itu jadi ngambek dan tidak mengerjakan pekerjaan sampai selesai.

Hendra membuang napas berat sambil mengusap wajahnya dengan kasar.

"Duh Bu...! Kenapa kalian tidak tanya aku dulu sih?!"

"Ya mana Ibu tahu kamu bakal mau belikan anak itu boneka. Lagian untuk apa coba? Tidak pantas dia bermain boneka mahal seperti itu!"

Hendra mengusap belakang kepalanya.

"Boneka itu cuma seharga 25 ribu Bu. Boneka Marla yang aku belikan lebih mahal dari itu. Sudah, mana boneka itu sekarang?! Biar aku berikan lagi pada Diah."

"Ck! Sebentar."

Bu Ida pun beranjak dari duduknya dan berjalan memasuki kamarnya untuk mengambil boneka milik Diah.

"Mas! Kenapa jatahku di kurangi sih Mas?! Padahal aku sudah pesan buku secara online. Gimana aku mau bayar itu Mas?"

Nilam datang-datang langsung duduk dan mengeluh kepada Hendra.

"Apalagi sih kamu?! Duit segitu kamu permasalahkan."

"Bagi Mas mungkin sedikit. Tapi bagiku banyak Mas. Mana aku belum kesalon lagi? Lihat nih, wajahku sudah kusam. Aku malu Mas, kalau warga sini ngomong di belakang ngatain, 'wah... si Nilam jelek banget sekarang. Padahal Abangnya kerja kantoran dengan gaji besar, tapi dia tidak terawat', Mas mau mendengar kata-kata itu?!" Jelas Nilam mencoba menirukan para ibu-ibu yang suka bergosip di daerah tempat mereka.

Hendra yang begitu sayang pada Nilam pun tidak tega jika melihat wajah adiknya menjadi kusam. Ia pun menarik uang beberapa lembar dari dalam dompetnya dan di berikan kepada nilam.

"Nih!"

Nilam menerimanya dengan suka hati sambil tersenyum senang. Ia tidak menyangka rayuannya ternyata berhasil terhadap Abangnya. Nilam tidak tahu saja, jika saja perasaan hati Hendra saat itu tidak dalam mode hepi, tentu saja permintaan Nilam tidak akan ia turuti.

"Makasih Mas..."

Nilam berlalu pergi setelah menerima uang. Bertepatan dengan Bu Ida yang keluar kamar sambil membawa boneka. Ekor mata Bu Ida pun sempat melirik senyum yang mengembang di wajah anak perempuannya.

"Nih, bonekanya."

Bu Ida menyerahkan boneka itu kepada Hendra. Hendra pun berdiri dan mengambil boneka itu lalu melangkah menuju sepeda motornya.

"Mau langsung pulang?" Tanya Bu Ida.

"Iya Bu, nanti malam mau keluar lagi, sudah janjian sama temen." Ujar Hendra sambil berlalu.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Mariaangelina Yuliana

Mariaangelina Yuliana

kalau tak suka tak sayang dan tak cinta baik lepaskan Hendra istri dan anakmu juga manusia, kamu punya banyak saudari kamu mau di nafkahi segitu dan di bohongi Ama suami dan gajih nya di kuasai oleh ibu mertuanya kelak jawabannya cuma 1 gak ada yang mau,

2024-05-04

1

Mbr Tarigan

Mbr Tarigan

kamu jadi babu Lastri badanmu dekil dan bau suamimu pasti sdh selingkuh pergilah minta talak suamimu bodoh

2024-05-14

0

𝑆𝐴𝑇𝑟𝑖𝑜

𝑆𝐴𝑇𝑟𝑖𝑜

fix, Nilam ini perempuan nakal./Drowsy/
Hendra mulai selingkuhh😓
Lastri keluar ajalah dari rumah itu./Panic/

2024-04-16

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Anak Sakit
2 Bab 2. Tukang Ngadu
3 Bab 3. Tukang Cuci
4 Bab 4. Status
5 Bab 5. Berkurang Lagi
6 Bab 6. Pembantu
7 Bab 7. Kompor
8 Bab 8. Boneka 1
9 Bab 9. Boneka 2
10 Bab 10. Makanan
11 Bab 11. Bertemu Wanita Lain
12 Bab 12. Selalu Salah
13 Bab 13. Mendapat Kabar
14 Bab 14. Bujuk Rayu Wawan
15 Bab 15. Surat
16 Bab 16. Pulang Kampung
17 Bab 17. Pura-pura Sakit
18 Bab 18. Mendadak Kaya
19 Bab 19. Rencana Menikah Lagi
20 Bab 20. Rencana Pulang
21 Bab 21. Perjalanan
22 Bab 22. Mencari Hendra
23 Bab 23. Pembohong
24 Bab 24. Tinggal Bersama
25 Bab 25. Pembalas Di Mulai
26 Bab 26. Tidak Mau Menurut Lagi
27 Bab 27. Nilam Jatuh
28 Bab 28. Nilam Keguguran
29 Bab 29. Sepupu Jauh
30 Bab 30. Ngambek
31 Bab 31. Seatap Dengan Madu
32 Bab 32. Melihat Properti
33 Bab 33. Perawatan Diri
34 Bab 34. Berkelit
35 Bab 35. Kembali Ke Rumah
36 Bab 36. Gertakan Sambal Lastri
37 Bab 37. Bertengkar
38 Bab 38. Rahasia
39 Bab 39. Murka
40 Bab 40. Jatuh Talak
41 Bab 41. Ratu Baru
42 Bab 42. Tamu Di Pagi Hari
43 Bab 43. Konsultasi Pengacara
44 Bab 44. Jalan - Jalan
45 Bab 45. Surat Gugatan
46 Bab 46. Sidang Mediasi
47 Bab 47. Nguber Lastri
48 Bab 48. Debat Sidang
49 Bab 49. Ribut
50 Bab 50. Hidup Hemat
51 Bab 51. Membeli Tanah Baru
52 Bab 52. Gelut Mulut
53 Bab 53. Wawan Dan Nilam
54 Bab 54. Bu Ida Jatuh Sakit
55 Bab 55. Bagi Tugas
56 Bab 56. Terbongkar
57 Bab 57. Antara Tatik Dan Nilam
58 Bab 58. Praha Rumah Tangga
59 Bab 59. Menjenguk Mantan Mertua
60 Bab 60. Pertemuan
61 Bab 61. Keinginan Indri Gagal
62 Bab 62. Laporan
63 Bab 63. Ketar Ketir
64 Bab 64. Pendekatan
65 Bab 65. Calon Keluarga Kecil
66 Bab 66. Dua Duka
67 Bab 67. Pulang Ke Desa
68 Bab 68. Sama-sama Susah
69 Bab 69. Menjadi Mahasiswa
70 Bab 70. Teman Baru
71 Bab 71. Di Curigai
72 Bab 72. Di Suruh Nikah Paksa
73 Bab 73. Di Pinang Juragan Tanah
74 Bab 74. Kedatangan Fahri
75 Bab 75. Fahri DiTabrak
76 Bab 76. Sah Jadi Nyonya Tersayang
77 Bab 77. Info Tentang Lastri
78 Bab 78. Di Serang Para Isteri
79 Bab 79. Aku Tidak Mencintaimu Lagi
80 Bab 80. Mengejar Lastri
81 Bab 81. Diah Menolak
82 Bab 82. Jawaban
83 Bab 83. Berita Lamaran
84 Bab 84. Bertemu Indri
85 Bab 85. Teguhkan Hati
86 Bab 86. Panik
87 Bab 87. Masuk Bui
88 Bab 88. Bertunangan
89 Bab 89. Di Bawa Hendra
90 Bab 90. Tidak Semudah Itu
91 Bab 91. Kaum Patah Hati
92 Bab 92. Menikah
93 Bab 93. Kembali Ke Kampus
94 Bab 94. Nilam Di Hajar Para Isteri
95 Bab 95. Menyambung Silahturahmi Yang Terputus
96 Bab 96. Kurang Adonan
97 Bab 97..Kabar Bahagia
98 Bab 98. Suami Siaga
99 Bab 99. Bagi Warisan
100 Bab 100. Jual Rumah
101 Bab 101. Tamu Tak Diundang
102 Bab 102. Menolak Rujuk
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Bab 1. Anak Sakit
2
Bab 2. Tukang Ngadu
3
Bab 3. Tukang Cuci
4
Bab 4. Status
5
Bab 5. Berkurang Lagi
6
Bab 6. Pembantu
7
Bab 7. Kompor
8
Bab 8. Boneka 1
9
Bab 9. Boneka 2
10
Bab 10. Makanan
11
Bab 11. Bertemu Wanita Lain
12
Bab 12. Selalu Salah
13
Bab 13. Mendapat Kabar
14
Bab 14. Bujuk Rayu Wawan
15
Bab 15. Surat
16
Bab 16. Pulang Kampung
17
Bab 17. Pura-pura Sakit
18
Bab 18. Mendadak Kaya
19
Bab 19. Rencana Menikah Lagi
20
Bab 20. Rencana Pulang
21
Bab 21. Perjalanan
22
Bab 22. Mencari Hendra
23
Bab 23. Pembohong
24
Bab 24. Tinggal Bersama
25
Bab 25. Pembalas Di Mulai
26
Bab 26. Tidak Mau Menurut Lagi
27
Bab 27. Nilam Jatuh
28
Bab 28. Nilam Keguguran
29
Bab 29. Sepupu Jauh
30
Bab 30. Ngambek
31
Bab 31. Seatap Dengan Madu
32
Bab 32. Melihat Properti
33
Bab 33. Perawatan Diri
34
Bab 34. Berkelit
35
Bab 35. Kembali Ke Rumah
36
Bab 36. Gertakan Sambal Lastri
37
Bab 37. Bertengkar
38
Bab 38. Rahasia
39
Bab 39. Murka
40
Bab 40. Jatuh Talak
41
Bab 41. Ratu Baru
42
Bab 42. Tamu Di Pagi Hari
43
Bab 43. Konsultasi Pengacara
44
Bab 44. Jalan - Jalan
45
Bab 45. Surat Gugatan
46
Bab 46. Sidang Mediasi
47
Bab 47. Nguber Lastri
48
Bab 48. Debat Sidang
49
Bab 49. Ribut
50
Bab 50. Hidup Hemat
51
Bab 51. Membeli Tanah Baru
52
Bab 52. Gelut Mulut
53
Bab 53. Wawan Dan Nilam
54
Bab 54. Bu Ida Jatuh Sakit
55
Bab 55. Bagi Tugas
56
Bab 56. Terbongkar
57
Bab 57. Antara Tatik Dan Nilam
58
Bab 58. Praha Rumah Tangga
59
Bab 59. Menjenguk Mantan Mertua
60
Bab 60. Pertemuan
61
Bab 61. Keinginan Indri Gagal
62
Bab 62. Laporan
63
Bab 63. Ketar Ketir
64
Bab 64. Pendekatan
65
Bab 65. Calon Keluarga Kecil
66
Bab 66. Dua Duka
67
Bab 67. Pulang Ke Desa
68
Bab 68. Sama-sama Susah
69
Bab 69. Menjadi Mahasiswa
70
Bab 70. Teman Baru
71
Bab 71. Di Curigai
72
Bab 72. Di Suruh Nikah Paksa
73
Bab 73. Di Pinang Juragan Tanah
74
Bab 74. Kedatangan Fahri
75
Bab 75. Fahri DiTabrak
76
Bab 76. Sah Jadi Nyonya Tersayang
77
Bab 77. Info Tentang Lastri
78
Bab 78. Di Serang Para Isteri
79
Bab 79. Aku Tidak Mencintaimu Lagi
80
Bab 80. Mengejar Lastri
81
Bab 81. Diah Menolak
82
Bab 82. Jawaban
83
Bab 83. Berita Lamaran
84
Bab 84. Bertemu Indri
85
Bab 85. Teguhkan Hati
86
Bab 86. Panik
87
Bab 87. Masuk Bui
88
Bab 88. Bertunangan
89
Bab 89. Di Bawa Hendra
90
Bab 90. Tidak Semudah Itu
91
Bab 91. Kaum Patah Hati
92
Bab 92. Menikah
93
Bab 93. Kembali Ke Kampus
94
Bab 94. Nilam Di Hajar Para Isteri
95
Bab 95. Menyambung Silahturahmi Yang Terputus
96
Bab 96. Kurang Adonan
97
Bab 97..Kabar Bahagia
98
Bab 98. Suami Siaga
99
Bab 99. Bagi Warisan
100
Bab 100. Jual Rumah
101
Bab 101. Tamu Tak Diundang
102
Bab 102. Menolak Rujuk

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!