Bab 4. Status

Bab 4. Status

POV Lastri

Lelah, letih itu yang kurasa setiap harinya. Hari ini Diah sudah mulai membaik. Untunglah kemarin saat ku tinggalkan berberes ke rumah ibu mertua, Diah masih tidur saat aku pulang menjelang siang. Mungkin karena di waktu malam tidurnya tidak nyenyak. Jadi ketika aku pulang, Diah masih tertidur dengan lelap.

"Assalamualaikum, Lastri? Las...?"

"Waalaikumsalam..."

Ku jawab salam yang memanggilku di depan pintu rumah. Segera aku beranjak untuk melihat siapa yang datang bertamu.

"Mbak Yuli! Ada apa mbak? Apa ada baju yang tertinggal?"

Ternyata Mbak Yuli. Tetangga yang aku setrika bajunya.

Mbak Yuli tersenyum.

"Tidak ada Las. Aku kesini cuma mau nganterin kamu ini."

Mbak Yuli mengangkat kantong plastik hitam untuk menunjukkannya padaku.

"Masuk dulu mbak, mari silahkan duduk."

"Terimakasih Las. Nah, ambil ini."

Mbak Yuli menyodorkan kantong tadi padaku.

"Apa ini mbak?" Tanya ku bingung.

"Di dalam situ ada minyak, sabun, gula, dan sedikit beras. Juga ada susu kotak instan dan beberapa camilan buat Diah. Ambilah..., Mas Pur dapet pembagian sembako di kantornya. Sedikit lebih, jadi aku berikan sedikit padamu. Dan juga ini, gaji mu bulan ini."

Mbak Yuli juga menyodorkan amplop padaku. Alhamdulillah disaat berasku benar-benar sudah habis, Allah menitipkan rejekinya lewat mbak Yuli. Aku benar-benar bersyukur memiliki tetangga yang baik seperti mbak Yuli. Darinya aku bisa memiliki penghasilan menyetrika dan di gaji setiap bulannya. Mbak Yuli juga yang menyarankan pengobatan alami untuk Diah kemarin.

"Alhamdulillah, terimakasih banyak Mbak. Padahal belum waktunya gajian." Kataku terharu.

"Cuma beda dua hari saja. Mas Pur sudah ada rejekinya. Jadi katanya, gajimu di bayarkan saja."

"Alhamdulillah, semoga rejekinya Mas Pur dan Mbak Yuli di lancarkan terus oleh Allah."

"Aamiin... Diah mana Las?"

"Ada Mbak, lagi menggambar di kamar."

"Belum masuk sekolah ya?"

"Belum dulu Mbak. Masih masa pemulihan."

"Iya bener, kata mu Las. Oh ya Las, apa kamu tidak pergi jalan-jalan?"

"Jalan-jalan kemana Mbak?"

"Kamu tidak lihat status Tatik? Mereka semua sedang jalan-jalan ke puncak pakai mobil baru."

"Mbak Tatik beli mobil baru?" Tanya ku.

"Bukan kayaknya. Mungkin ibu mertua mu atau suamimu. Kamu tidak tahu Las?"

Aku terkejut.

Mas Hendra beli mobil? Uang dari mana? Bahkan aku ingin meminta buat Diah berobat saja katanya belum gajian. Tapi ini malah membeli mobil. Apa mbak Yuli tidak salah?

Aku kebingungan.

"Nih, coba kamu lihat status Tatik."

Mbak Yuli mengeluarkan handphonenya. Dan menunjukkan status mbak Tatik padaku.

Naik mobil baru guys, bareng keluarga tersayang.

Benar saja. Ku lihat di status itu Mas Hendra yang menyetir. Lalu ada mbak Tatik di sampingnya, kemudian ada Nilam dan Ibu di kursi tengah. Mereka semua tampak senang gembira. Pantas saja tadi pagi aku kesana rumah sudah kosong. Sepertinya saat Mas Hendra pamit berangkat bekerja tadi, saat itu lah mereka pergi jalan-jalan. Tapi kenapa aku tidak melihat status mbak Tatik ya?

"Bener kan?"

"Iya Mbak. Tapi kenapa aku tidak melihat status mbak Tatik ya?"

"Mana coba aku lihat hape mu?"

"Sebentar ya Mbak."

Aku pun beranjak ke dalam kamar untuk mengambil handphone ku. Kemudian ku tunjukan pada Mbak Yuli.

"Kok tidak ada?! Apa jangan-jangan status mereka di privasi buat mu?"

"Maksudnya gimana Mbak?"

"Jadi di privasi itu bisa di atur siapa saja yang bisa melihat dan siapa saja yang tidak bisa melihat. Caranya begini, kamu pencet yang ini, terus yang ini, terus pilih siapa saja yang bisa melihat statusmu, seperti itu." Kata mbak Yuli menjelaskan.

Jadi apa selama ini mereka semua menyembunyikan status mereka dari ku? Kenapa mereka harus sembunyi-sembunyi?

Aku masih bingung dengan informasi yang baru saja aku ketahui. Sebegitunya kah mereka menyudutkan ku sampai-sampai aku benar-benar tidak di anggap oleh mereka? Dan apa yang mereka sembunyikan dari ku?

Apa aku minta mbak Yuli fotokan saja kalau mereka buat status ya? Aku ingin tahu apa saja yang mereka sembunyikan dari ku.

"Mmm...Mbak, apa boleh aku minta tolong sama Mbak?"

"Minta tolong apa Las?"

"Mmm... Itu Mbak. Kalau mereka ada buat status, apa boleh Mbak fotokan dan kirim ke aku?" Tanyaku ragu-ragu.

"Tentu saja boleh. Itu tidak sulit. Aku kasihan sama kamu Las. Sepertinya kamu terlalu di manfaatkan sama mereka. Kamu itu selalu di suruh-suruh sama mereka. Bahkan aku sering mendengar dari Mbak Dewi, mereka berteriak kasar padamu, tapi kamu masih mau membantu mereka. Kenapa Las? Apa Pak Hendra tidak menegur mereka?"

Tidak heran jika Mbak Dewi mendengar itu semua karena rumahnya bersebelahan dengan rumah ibu mertuaku.

Aku menghela napas berat. Tidak mungkin aku menceritakan masalah rumah tanggaku karena itu merupakan aibku. Sebagai istri yang baik, aku di ajarkan Bapak untuk menjaga marwah suamiku. Nasehat itu selalu aku pegang dan menjalankannya sebisaku.

Aku menggeleng dan tersenyum getir. Menunduk, ku sembunyikan rasa pahit dalam rumah tanggaku.

"Begitu lah Mbak. Mungkin apa yang ku kerjakan tidak sesuai keinginan mereka. Sehingga mereka sering marah padaku."

Mbak Yuli tampak menghela napas lalu menyentuh bahuku.

"Las, jika suatu hari kamu merasa tidak sanggup lagi menahannya, datanglah padaku. Jika kamu butuh bantuan, akan aku bantu sebisaku."

Aku tak bisa berkata-kata. Aku malu sampai mendapat rasa iba dari tetanggaku. Kehidupan rumah tangga yang aku jalani sampai mengundang perhatian orang sekitar karena keluarga Mas Hendra yang tidak seperti keluarga cemara.

"Terimakasih Mbak, untuk semua kebaikan Mbak Yuli."

"Sama-sama Las. Aku pengen lihat Diah sebentar boleh?"

"Boleh Mbak. Mari silahkan."

Aku menuntun Mbak Yuli ke kamar Diah. Di dalam kamarnya, Diah tampak senang mewarnai buku bergambar.

"Diah..."

Diah menoleh di panggil oleh Mbak Yuli. Senyumnya terbit seperti matahari pagi. Tentu saja Diah sangat senang atas kedatangan Mbak Yuli. Mbak Yuli sering membelikannya makanan, bahkan pernah membelikannya bantal guling dengan ujung kepala boneka beruang. Diah sangat menyukainya.

"Diah lagi apa sayang?"

"Tante, Diah lagi gambar ayam."

Jawab Diah dengan polosnya. Padahal ia bukan menggambar, melainkan mewarnai gambar ayam.

"Wah, bagus ya. Tapi crayonnya sudah pendek semua. Emm.. Kalau Diah gambarnya bagus, nanti tante belikan crayon yang baru. Mau?"

"Mau Tante!"

"Duh, tidak usah Mbak...." Kataku.

Aku merasa tidak enak terus-terusan merepotkan Mbak Yuli.

"Tidak apa-apa Las. Biar Diah lebih semangat lagi. Terus terang, aku suka dan sayang pada anakmu. Kamu tahukan, aku tidak punya anak perempuan dan aku pun tidak bisa hamil lagi. Jangan tolak rasa sayang ku untuk Diah ya..."

Aku terharu mendengar kata-kata Mbak Yuli. Mbak Yuli yang bukan siapa-siapa bisa begitu menyayangi Diah. Namun keluarga suamiku sama sekali belum tentu menyayangi Diah seperti mbak Yuli menyayangi anakku.

Tidak apa-apa Nak, masih ada orang yang sayang padamu. Ada nenek dan kakek juga di kampung yang sayang sama Diah. Itu sudah cukup.

Walau batin ku berkata demikian, tetap saja hati ini merasa teriris akan kenyataan bahwa Diah tidak di sayang oleh Mas Hendra dan keluarganya.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Mbr Tarigan

Mbr Tarigan

apa fungsi rmh tangga Laras yaitu saling menghormati menyayangi dlng menghargai saling membutuhkan kalau TDK ada satupun ngapaink kamu bertahan bodoh tetanggamu sangat perhatian padamu

2024-05-14

0

❤️⃟Wᵃf༓☾αɱҽʅ lí́α☽༓・

❤️⃟Wᵃf༓☾αɱҽʅ lí́α☽༓・

lama² emosi juga saya lihat sikap mu laras

2024-05-06

1

Eti Latumahina

Eti Latumahina

lebih sendri las dr pd tdk d hargai

2024-04-29

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Anak Sakit
2 Bab 2. Tukang Ngadu
3 Bab 3. Tukang Cuci
4 Bab 4. Status
5 Bab 5. Berkurang Lagi
6 Bab 6. Pembantu
7 Bab 7. Kompor
8 Bab 8. Boneka 1
9 Bab 9. Boneka 2
10 Bab 10. Makanan
11 Bab 11. Bertemu Wanita Lain
12 Bab 12. Selalu Salah
13 Bab 13. Mendapat Kabar
14 Bab 14. Bujuk Rayu Wawan
15 Bab 15. Surat
16 Bab 16. Pulang Kampung
17 Bab 17. Pura-pura Sakit
18 Bab 18. Mendadak Kaya
19 Bab 19. Rencana Menikah Lagi
20 Bab 20. Rencana Pulang
21 Bab 21. Perjalanan
22 Bab 22. Mencari Hendra
23 Bab 23. Pembohong
24 Bab 24. Tinggal Bersama
25 Bab 25. Pembalas Di Mulai
26 Bab 26. Tidak Mau Menurut Lagi
27 Bab 27. Nilam Jatuh
28 Bab 28. Nilam Keguguran
29 Bab 29. Sepupu Jauh
30 Bab 30. Ngambek
31 Bab 31. Seatap Dengan Madu
32 Bab 32. Melihat Properti
33 Bab 33. Perawatan Diri
34 Bab 34. Berkelit
35 Bab 35. Kembali Ke Rumah
36 Bab 36. Gertakan Sambal Lastri
37 Bab 37. Bertengkar
38 Bab 38. Rahasia
39 Bab 39. Murka
40 Bab 40. Jatuh Talak
41 Bab 41. Ratu Baru
42 Bab 42. Tamu Di Pagi Hari
43 Bab 43. Konsultasi Pengacara
44 Bab 44. Jalan - Jalan
45 Bab 45. Surat Gugatan
46 Bab 46. Sidang Mediasi
47 Bab 47. Nguber Lastri
48 Bab 48. Debat Sidang
49 Bab 49. Ribut
50 Bab 50. Hidup Hemat
51 Bab 51. Membeli Tanah Baru
52 Bab 52. Gelut Mulut
53 Bab 53. Wawan Dan Nilam
54 Bab 54. Bu Ida Jatuh Sakit
55 Bab 55. Bagi Tugas
56 Bab 56. Terbongkar
57 Bab 57. Antara Tatik Dan Nilam
58 Bab 58. Praha Rumah Tangga
59 Bab 59. Menjenguk Mantan Mertua
60 Bab 60. Pertemuan
61 Bab 61. Keinginan Indri Gagal
62 Bab 62. Laporan
63 Bab 63. Ketar Ketir
64 Bab 64. Pendekatan
65 Bab 65. Calon Keluarga Kecil
66 Bab 66. Dua Duka
67 Bab 67. Pulang Ke Desa
68 Bab 68. Sama-sama Susah
69 Bab 69. Menjadi Mahasiswa
70 Bab 70. Teman Baru
71 Bab 71. Di Curigai
72 Bab 72. Di Suruh Nikah Paksa
73 Bab 73. Di Pinang Juragan Tanah
74 Bab 74. Kedatangan Fahri
75 Bab 75. Fahri DiTabrak
76 Bab 76. Sah Jadi Nyonya Tersayang
77 Bab 77. Info Tentang Lastri
78 Bab 78. Di Serang Para Isteri
79 Bab 79. Aku Tidak Mencintaimu Lagi
80 Bab 80. Mengejar Lastri
81 Bab 81. Diah Menolak
82 Bab 82. Jawaban
83 Bab 83. Berita Lamaran
84 Bab 84. Bertemu Indri
85 Bab 85. Teguhkan Hati
86 Bab 86. Panik
87 Bab 87. Masuk Bui
88 Bab 88. Bertunangan
89 Bab 89. Di Bawa Hendra
90 Bab 90. Tidak Semudah Itu
91 Bab 91. Kaum Patah Hati
92 Bab 92. Menikah
93 Bab 93. Kembali Ke Kampus
94 Bab 94. Nilam Di Hajar Para Isteri
95 Bab 95. Menyambung Silahturahmi Yang Terputus
96 Bab 96. Kurang Adonan
97 Bab 97..Kabar Bahagia
98 Bab 98. Suami Siaga
99 Bab 99. Bagi Warisan
100 Bab 100. Jual Rumah
101 Bab 101. Tamu Tak Diundang
102 Bab 102. Menolak Rujuk
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Bab 1. Anak Sakit
2
Bab 2. Tukang Ngadu
3
Bab 3. Tukang Cuci
4
Bab 4. Status
5
Bab 5. Berkurang Lagi
6
Bab 6. Pembantu
7
Bab 7. Kompor
8
Bab 8. Boneka 1
9
Bab 9. Boneka 2
10
Bab 10. Makanan
11
Bab 11. Bertemu Wanita Lain
12
Bab 12. Selalu Salah
13
Bab 13. Mendapat Kabar
14
Bab 14. Bujuk Rayu Wawan
15
Bab 15. Surat
16
Bab 16. Pulang Kampung
17
Bab 17. Pura-pura Sakit
18
Bab 18. Mendadak Kaya
19
Bab 19. Rencana Menikah Lagi
20
Bab 20. Rencana Pulang
21
Bab 21. Perjalanan
22
Bab 22. Mencari Hendra
23
Bab 23. Pembohong
24
Bab 24. Tinggal Bersama
25
Bab 25. Pembalas Di Mulai
26
Bab 26. Tidak Mau Menurut Lagi
27
Bab 27. Nilam Jatuh
28
Bab 28. Nilam Keguguran
29
Bab 29. Sepupu Jauh
30
Bab 30. Ngambek
31
Bab 31. Seatap Dengan Madu
32
Bab 32. Melihat Properti
33
Bab 33. Perawatan Diri
34
Bab 34. Berkelit
35
Bab 35. Kembali Ke Rumah
36
Bab 36. Gertakan Sambal Lastri
37
Bab 37. Bertengkar
38
Bab 38. Rahasia
39
Bab 39. Murka
40
Bab 40. Jatuh Talak
41
Bab 41. Ratu Baru
42
Bab 42. Tamu Di Pagi Hari
43
Bab 43. Konsultasi Pengacara
44
Bab 44. Jalan - Jalan
45
Bab 45. Surat Gugatan
46
Bab 46. Sidang Mediasi
47
Bab 47. Nguber Lastri
48
Bab 48. Debat Sidang
49
Bab 49. Ribut
50
Bab 50. Hidup Hemat
51
Bab 51. Membeli Tanah Baru
52
Bab 52. Gelut Mulut
53
Bab 53. Wawan Dan Nilam
54
Bab 54. Bu Ida Jatuh Sakit
55
Bab 55. Bagi Tugas
56
Bab 56. Terbongkar
57
Bab 57. Antara Tatik Dan Nilam
58
Bab 58. Praha Rumah Tangga
59
Bab 59. Menjenguk Mantan Mertua
60
Bab 60. Pertemuan
61
Bab 61. Keinginan Indri Gagal
62
Bab 62. Laporan
63
Bab 63. Ketar Ketir
64
Bab 64. Pendekatan
65
Bab 65. Calon Keluarga Kecil
66
Bab 66. Dua Duka
67
Bab 67. Pulang Ke Desa
68
Bab 68. Sama-sama Susah
69
Bab 69. Menjadi Mahasiswa
70
Bab 70. Teman Baru
71
Bab 71. Di Curigai
72
Bab 72. Di Suruh Nikah Paksa
73
Bab 73. Di Pinang Juragan Tanah
74
Bab 74. Kedatangan Fahri
75
Bab 75. Fahri DiTabrak
76
Bab 76. Sah Jadi Nyonya Tersayang
77
Bab 77. Info Tentang Lastri
78
Bab 78. Di Serang Para Isteri
79
Bab 79. Aku Tidak Mencintaimu Lagi
80
Bab 80. Mengejar Lastri
81
Bab 81. Diah Menolak
82
Bab 82. Jawaban
83
Bab 83. Berita Lamaran
84
Bab 84. Bertemu Indri
85
Bab 85. Teguhkan Hati
86
Bab 86. Panik
87
Bab 87. Masuk Bui
88
Bab 88. Bertunangan
89
Bab 89. Di Bawa Hendra
90
Bab 90. Tidak Semudah Itu
91
Bab 91. Kaum Patah Hati
92
Bab 92. Menikah
93
Bab 93. Kembali Ke Kampus
94
Bab 94. Nilam Di Hajar Para Isteri
95
Bab 95. Menyambung Silahturahmi Yang Terputus
96
Bab 96. Kurang Adonan
97
Bab 97..Kabar Bahagia
98
Bab 98. Suami Siaga
99
Bab 99. Bagi Warisan
100
Bab 100. Jual Rumah
101
Bab 101. Tamu Tak Diundang
102
Bab 102. Menolak Rujuk

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!