Bab 7. Kompor

Bab 7. Kompor

POV Author

"Bu, Mas Hendra udah ngasi uang belum?" Tanya Nilam yang sudah rapi dan hendak pergi.

"Sudah kemarin."

"Nah, mana Bu? Uang ku sudah habis ini."

"Kamu ini soal duit cepet aja. Mas mu nanya kapan kamu selesai kuliah? Sudah 4 tahun tidak selesai-selesai. Apa kamu mau jadi penunggu kampus?!"

"Ih, Ibu! Hantu dong aku?! Sebentar lagi aku selesai Bu."

"Halah, kamu tiap di tanya jawabnya sama. Bentar lagi selesai, tapi kapan? Sebentarnya kamu itu sampai setahun pun tidak selesai-selesai."

"Udah deh Bu, mana sini?"

"Ck! Kamu ini tiap di nasehati selalu begitu. Sana di atas meja kamar Ibu!"

Nilam segera memasuki kamar ibunya. Lalu mengambil setumpuk uang disana. Dengan senyum mengembang, Nilam menghitung uang itu. Namun perlahan senyumnya memudar dan menjadi tercengang.

"Bu... Ibu!!"

Nilam berteriak memanggil ibunya. Ia tidak sabar ingin mendengar penjelasan kenapa sampai jatah bulanannya di potong sampai 1 juta.

"Apa sih kamu ini teriak-teriak?!"

Bu Ida menghampiri Nilam di depan pintu kamarnya yang sedang menjejerkan uang di genggaman tangannya.

"Apa tidak salah ini Mas Hendra memberikan jatahku?! Kok kurang?! Mana banyak lagi!"

"Jangan cerewet kamu! Hendra memotong uang jatahmu untuk membayar cicilan mobilnya. Uang bulanan Ibu juga di potong."

"Yang bener Bu? Duh, padahal aku mau minta tambahin sama Ibu. Terus gimana dong ini Bu? Kurang ini?!" Rengek Nilam.

"Enak saja kamu! Mau banyak uang, cepat selesaikan kuliahmu dan cepat bekerja!"

"Ck! Ibu!!"

Nilam berdecak sambil menghentakkan kakinya lalu berlalu pergi menaiki sepeda motornya.

"Jangan pulang malam kamu! Awas saja kamu!"

Ancam Bu Ida yang menyusul Nilam hingga ke teras rumah.

Nilam tidak menjawab dan berlalu pergi meninggal Ibunya yang mengomel.

Belum sempat Ibu Ida masuk ke rumah, Tatik dan ke dua anaknya yang kembar itu datang.

"Nenek!!"

Teriak mereka serempak memanggil neneknya.

Bu Ida tersenyum merekah menyambut kedatangan cucu-cucunya.

"Baru pulang sekolah ya?"

"Iya Nek. Nek Dion laper."

"Aduh, Nenek tidak masak hari ini, belum belanja!"

"Lastri sudah pulang Bu?" Tanya Tatik.

"Sudah dari tadi. Jam segini kan dia pasti jemput anaknya ke sekolah."

"Aku mau kerumah Lastri dulu Bu. Kali aja ada makanan untuk Dion dan Marla."

"Ya sudah sana!" Ujar Bu Ida.

Bu Ida lalu mengajak cucu-cucunya masuk ke dalam rumah. Sedangkan Tatik segera mengarahkan sepeda motornya menuju rumah Lastri yang tidak jauh dari rumah ibunya.

Sampai di rumah Tatik segera membuka pintu rumah dari kunci yang di simpan Hendra bersama dengan gantungan kunci motornya. Tanpa ragu Tatik segera mencari sesuatu yang bisa di makan anaknya. Sayangnya, setelah mencari kesana kemari, Tatik tidak menemukan apa-apa selain nasi yang ada di panci kecil. Bahkan beras pun tidak ada dalam wadahnya, hanya tersisa segenggam saja.

"Kok tidak ada sih? Masa dia belum belanja juga?! Padahal dia kan sudah di beri Hendra jatah bulanan!"

Tatik kesal berbicara sendiri. Ia pun hendak kembali kerumah Ibunya. Namun saat ia melintasi ruang tamu, ia tanpa sengaja melihat sebuah boneka berbie tergeletak begitu saja di atas kursi.

"Waah, si Lastri sudah mulai boros rupanya membelikan anaknya boneka sampai-sampai ia tidak membeli beras di rumah ini. Mau di kasih makan apa adik ku, Hendra?! Padahal sudah menerima uang bulanan. Lihat saja, akan aku adukan pada Ibu, biar tahu rasa dia! Lebih baik boneka ini untuk anakku Marla. Si Diah dekil itu tidak pantas memainkan mainan seperti ini!"

Tatik mengambil boneka itu, lalu menutup pintu rumah adiknya, dan mengucinya kembali. Kemudian ia pun menghidupkan sepeda motor dan kembali ke rumah ibunya.

Begitu tiba di rumah ibunya, Lastri pun muncul dari pertiga jalan di gang dan memasuki jalan rumahnya. Mereka berselisih jalan.

"Marla! Marla...!"

Tatik setengah berteriak memanggil anaknya, Marla.

"Iya Bu!"

Anak kecil itu berlari menghampiri ibunya.

"Nih lihat, Ibu bawa apa?!"

"Wah boneka cantik! Ala mau Bu!"

"Ini buat Marla."

Marla segera meraih boneka dari tangan ibunya. Anak kecil itu pun bersorak senang dan langsung memainkan boneka itu.

"Kamu beli boneka Tik?" Tanya Bu Ida menghampiri Tatik.

"Aku nemu itu di rumah Hendra Bu. Pantes saja uang belanja tidak pernah cukup, rupanya si Lastri itu membelikan anaknya mainan mahal seperti itu!"

"Dasar perempuan tidak tahu diri! Bukannya mengurus makan suami yang bener tapi ternyata uang belanja dia pergunakan buat beli mainan anaknya! Pantas saja Hendra sering makan disini!"

"Terus kamu tidak bawa makanan dari sana?!" Tanya Bu Ida yang melihat tidak ada kantong di tangan Tatik.

"Di rumahnya tidak ada apa-apa selain nasi. Dan itu pun tidak banyak. Aku heran, kemana uang belanja yang di kasih Hendra sampai tidak ada apa-apa disana. Jangan-jangan, diam-diam uang itu ia kirimkan ke kampung orang tuanya."

Tatik mulai berbicara asal untuk mengompori ibunya.

"Keterlaluan si Lastri! Lihat saja, nanti kalau dia datang kemari akan Ibu marahi habis-habisan!"

"Lagian Ibu kenapa sih, pertahankan menantu kayak dia? Aku tuh malu Bu, punya adik ipar dekil kayak dia! Tahunya hanya menyusahkan Hendra saja."

"Kamu mau ngurusin rumah Ibu?"

"Ya, tidak lah... Itu kan urusan pembantu Bu, bukan anak Ibu!"

"Nah itu kamu tidak mau. Biar saja dulu, Ibu masih butuh dia buat bersihin rumah Ibu. Tapi soal dia yang kirim uang ke orang tuanya di kampung, akan ibu tanyakan sama dia. Enak saja, Hendra sudah capek-capek kerja malah orang tuanya di kampung yang nikmati hasilnya!"

***

Sementara itu, di rumah Lastri.

Lastri dan anaknya sedang menikmati ayam krispy. Lastri membeli satu ayam dan berbagi makan dengan anaknya. Tentu saja karena ukuran ayam itu besar karena tepungnya sehingga membuat Diah yang masih kecil tidak mampu menghabiskannya seorang diri.

Lalu ia juga membeli sayur asem seharga 5 ribu yang sudah di bungkus per porsi dan bisa ia makan dua kali dengan suaminya.

"Ibu, kenyang." Ujar Diah.

Lastri melihat separuh ayam krispy milik Diah nyaris habis oleh anaknya.

"iya alhamdulillah. Ayo, cuci tangannya lagi."

"Habis ini Diah mau main boneka dari Ayah." Kata Diah dengan wajah senangnya.

"Iya boleh." Jawab Lastri sambil mengambil sisa makanan anaknya yang tidak habis.

Lastri pun menyantap makanannya siang itu. Ia sudah mengatur dapurnya untuk tidak masak dan membeli makanan seperlunyanya saja, pas-pas untuknya dan keluarganya. Saat Hendra pulang nanti, Lastri tinggal menggoreng telur untuk di makan suaminya.

"Bu... Boneka Diah dimana ya?" Tanya Diah setelah mencari kesana kemari namun tidak menemukannya.

Lastri segera mencuci tangannya setelah makan, lalu membantu Diah mencari bonekanya. Seingat Lastri tadi pagi sebelum berangkat ke sekolah, Diah sempat memainkan sebentar bonekanya, duduk di kursi rumah tamu. Lastri pun segera mencari di disana. Namun setelah mencari sampai ke kolong kursi, tetap saja boneka itu tidak ditemukan.

"Kok tidak ada ya?" Guman Lastri pada angin.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Marlyne Lia Lyne

Marlyne Lia Lyne

aneh ya rmh kok gk di kunci... ya pantasnya sj jd bebas keluarga gk tau diri mundur ma dir.. Lastri jg aneh.. klw di ksh apa apa sm tetangga jg sembunyikan sj dr keluarga suami yg toxic itu

2024-05-12

1

Gustriana Baiki putri

Gustriana Baiki putri

ya Allah smpai boneka keponakannya pun diambil..kok tega ya,dari apa sih terbuat hatinya Thor..

2024-05-05

1

Mimin Supriyani Ohorella

Mimin Supriyani Ohorella

amit"deh tuh kelakuan keluarga hendra

2024-04-24

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Anak Sakit
2 Bab 2. Tukang Ngadu
3 Bab 3. Tukang Cuci
4 Bab 4. Status
5 Bab 5. Berkurang Lagi
6 Bab 6. Pembantu
7 Bab 7. Kompor
8 Bab 8. Boneka 1
9 Bab 9. Boneka 2
10 Bab 10. Makanan
11 Bab 11. Bertemu Wanita Lain
12 Bab 12. Selalu Salah
13 Bab 13. Mendapat Kabar
14 Bab 14. Bujuk Rayu Wawan
15 Bab 15. Surat
16 Bab 16. Pulang Kampung
17 Bab 17. Pura-pura Sakit
18 Bab 18. Mendadak Kaya
19 Bab 19. Rencana Menikah Lagi
20 Bab 20. Rencana Pulang
21 Bab 21. Perjalanan
22 Bab 22. Mencari Hendra
23 Bab 23. Pembohong
24 Bab 24. Tinggal Bersama
25 Bab 25. Pembalas Di Mulai
26 Bab 26. Tidak Mau Menurut Lagi
27 Bab 27. Nilam Jatuh
28 Bab 28. Nilam Keguguran
29 Bab 29. Sepupu Jauh
30 Bab 30. Ngambek
31 Bab 31. Seatap Dengan Madu
32 Bab 32. Melihat Properti
33 Bab 33. Perawatan Diri
34 Bab 34. Berkelit
35 Bab 35. Kembali Ke Rumah
36 Bab 36. Gertakan Sambal Lastri
37 Bab 37. Bertengkar
38 Bab 38. Rahasia
39 Bab 39. Murka
40 Bab 40. Jatuh Talak
41 Bab 41. Ratu Baru
42 Bab 42. Tamu Di Pagi Hari
43 Bab 43. Konsultasi Pengacara
44 Bab 44. Jalan - Jalan
45 Bab 45. Surat Gugatan
46 Bab 46. Sidang Mediasi
47 Bab 47. Nguber Lastri
48 Bab 48. Debat Sidang
49 Bab 49. Ribut
50 Bab 50. Hidup Hemat
51 Bab 51. Membeli Tanah Baru
52 Bab 52. Gelut Mulut
53 Bab 53. Wawan Dan Nilam
54 Bab 54. Bu Ida Jatuh Sakit
55 Bab 55. Bagi Tugas
56 Bab 56. Terbongkar
57 Bab 57. Antara Tatik Dan Nilam
58 Bab 58. Praha Rumah Tangga
59 Bab 59. Menjenguk Mantan Mertua
60 Bab 60. Pertemuan
61 Bab 61. Keinginan Indri Gagal
62 Bab 62. Laporan
63 Bab 63. Ketar Ketir
64 Bab 64. Pendekatan
65 Bab 65. Calon Keluarga Kecil
66 Bab 66. Dua Duka
67 Bab 67. Pulang Ke Desa
68 Bab 68. Sama-sama Susah
69 Bab 69. Menjadi Mahasiswa
70 Bab 70. Teman Baru
71 Bab 71. Di Curigai
72 Bab 72. Di Suruh Nikah Paksa
73 Bab 73. Di Pinang Juragan Tanah
74 Bab 74. Kedatangan Fahri
75 Bab 75. Fahri DiTabrak
76 Bab 76. Sah Jadi Nyonya Tersayang
77 Bab 77. Info Tentang Lastri
78 Bab 78. Di Serang Para Isteri
79 Bab 79. Aku Tidak Mencintaimu Lagi
80 Bab 80. Mengejar Lastri
81 Bab 81. Diah Menolak
82 Bab 82. Jawaban
83 Bab 83. Berita Lamaran
84 Bab 84. Bertemu Indri
85 Bab 85. Teguhkan Hati
86 Bab 86. Panik
87 Bab 87. Masuk Bui
88 Bab 88. Bertunangan
89 Bab 89. Di Bawa Hendra
90 Bab 90. Tidak Semudah Itu
91 Bab 91. Kaum Patah Hati
92 Bab 92. Menikah
93 Bab 93. Kembali Ke Kampus
94 Bab 94. Nilam Di Hajar Para Isteri
95 Bab 95. Menyambung Silahturahmi Yang Terputus
96 Bab 96. Kurang Adonan
97 Bab 97..Kabar Bahagia
98 Bab 98. Suami Siaga
99 Bab 99. Bagi Warisan
100 Bab 100. Jual Rumah
101 Bab 101. Tamu Tak Diundang
102 Bab 102. Menolak Rujuk
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Bab 1. Anak Sakit
2
Bab 2. Tukang Ngadu
3
Bab 3. Tukang Cuci
4
Bab 4. Status
5
Bab 5. Berkurang Lagi
6
Bab 6. Pembantu
7
Bab 7. Kompor
8
Bab 8. Boneka 1
9
Bab 9. Boneka 2
10
Bab 10. Makanan
11
Bab 11. Bertemu Wanita Lain
12
Bab 12. Selalu Salah
13
Bab 13. Mendapat Kabar
14
Bab 14. Bujuk Rayu Wawan
15
Bab 15. Surat
16
Bab 16. Pulang Kampung
17
Bab 17. Pura-pura Sakit
18
Bab 18. Mendadak Kaya
19
Bab 19. Rencana Menikah Lagi
20
Bab 20. Rencana Pulang
21
Bab 21. Perjalanan
22
Bab 22. Mencari Hendra
23
Bab 23. Pembohong
24
Bab 24. Tinggal Bersama
25
Bab 25. Pembalas Di Mulai
26
Bab 26. Tidak Mau Menurut Lagi
27
Bab 27. Nilam Jatuh
28
Bab 28. Nilam Keguguran
29
Bab 29. Sepupu Jauh
30
Bab 30. Ngambek
31
Bab 31. Seatap Dengan Madu
32
Bab 32. Melihat Properti
33
Bab 33. Perawatan Diri
34
Bab 34. Berkelit
35
Bab 35. Kembali Ke Rumah
36
Bab 36. Gertakan Sambal Lastri
37
Bab 37. Bertengkar
38
Bab 38. Rahasia
39
Bab 39. Murka
40
Bab 40. Jatuh Talak
41
Bab 41. Ratu Baru
42
Bab 42. Tamu Di Pagi Hari
43
Bab 43. Konsultasi Pengacara
44
Bab 44. Jalan - Jalan
45
Bab 45. Surat Gugatan
46
Bab 46. Sidang Mediasi
47
Bab 47. Nguber Lastri
48
Bab 48. Debat Sidang
49
Bab 49. Ribut
50
Bab 50. Hidup Hemat
51
Bab 51. Membeli Tanah Baru
52
Bab 52. Gelut Mulut
53
Bab 53. Wawan Dan Nilam
54
Bab 54. Bu Ida Jatuh Sakit
55
Bab 55. Bagi Tugas
56
Bab 56. Terbongkar
57
Bab 57. Antara Tatik Dan Nilam
58
Bab 58. Praha Rumah Tangga
59
Bab 59. Menjenguk Mantan Mertua
60
Bab 60. Pertemuan
61
Bab 61. Keinginan Indri Gagal
62
Bab 62. Laporan
63
Bab 63. Ketar Ketir
64
Bab 64. Pendekatan
65
Bab 65. Calon Keluarga Kecil
66
Bab 66. Dua Duka
67
Bab 67. Pulang Ke Desa
68
Bab 68. Sama-sama Susah
69
Bab 69. Menjadi Mahasiswa
70
Bab 70. Teman Baru
71
Bab 71. Di Curigai
72
Bab 72. Di Suruh Nikah Paksa
73
Bab 73. Di Pinang Juragan Tanah
74
Bab 74. Kedatangan Fahri
75
Bab 75. Fahri DiTabrak
76
Bab 76. Sah Jadi Nyonya Tersayang
77
Bab 77. Info Tentang Lastri
78
Bab 78. Di Serang Para Isteri
79
Bab 79. Aku Tidak Mencintaimu Lagi
80
Bab 80. Mengejar Lastri
81
Bab 81. Diah Menolak
82
Bab 82. Jawaban
83
Bab 83. Berita Lamaran
84
Bab 84. Bertemu Indri
85
Bab 85. Teguhkan Hati
86
Bab 86. Panik
87
Bab 87. Masuk Bui
88
Bab 88. Bertunangan
89
Bab 89. Di Bawa Hendra
90
Bab 90. Tidak Semudah Itu
91
Bab 91. Kaum Patah Hati
92
Bab 92. Menikah
93
Bab 93. Kembali Ke Kampus
94
Bab 94. Nilam Di Hajar Para Isteri
95
Bab 95. Menyambung Silahturahmi Yang Terputus
96
Bab 96. Kurang Adonan
97
Bab 97..Kabar Bahagia
98
Bab 98. Suami Siaga
99
Bab 99. Bagi Warisan
100
Bab 100. Jual Rumah
101
Bab 101. Tamu Tak Diundang
102
Bab 102. Menolak Rujuk

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!