Bab 12. Selalu Salah

Bab 12. Selalu Salah

POV Author

Pagi-pagi rumah Bu Ida sudah ramai oleh kedatangan cucu-cucunya. Seperti tidak memiliki kegiatan yang lain, pagi itu Tatik sudah bertandang ke rumah Ibunya.

"Bu, curiga tidak sih Bu sama Hendra? Tiap malam dia pergi keluar, mana dandannya rapi dan wangi lagi." Tukas Tatik.

"Curiga gimana?" Tanya Bu Ida yang masih belum paham.

"Itu loh Bu, si Hendra itu apa jangan-jangan ada wanita lain ya Bu, alias selingkuh?"

"Halah, kamu tahu dari mana?"

"Duh Ibu! Ibu perhatikan deh sikapnya akhir-akhir ini! Beda Bu...Tapi apa di Lastri dekil itu tidak merasa dan tidak tahu ya?"

"Kalau ada dia disini, kamu jangan berbicara begitu tentang Hendra. Kalau dia ngambek terus kabur kita juga yang repot mesti cari orang buat bekerja di rumah ini!"

"Iya Bu, aku tahu!"

"Kamu ini tidak ada kerjaan apa? Pagi-pagi sudah disini." Sewot Bu Ida.

"Si kembar kan libur Bu, Mas Wawan juga sudah berangkat kerja. Tinggal Hendra saja yang menukar kendaraannya disana. Tapi sekarang kunci motornya dia bawa terus Bu. Aku jadi susah mau kemana-mana."

"Lah terus motor mu kemana?"

"Sayang Bu mau ngeluarinnya, takut kotor dan hemat BBM juga kan kalau pakai motor Hendra." Jawab Tatik dengan santainya.

"Ibu lapar..." Kata Marla mendekati mereka.

"Anak-anak mu belum sarapan?" Tanya Bu Ida.

"Belum Bu, aku belum belanja hari ini. Ibu sudah masak?"

"Jam segini Lastri belum datang bantuin Ibu masak. Sudah, anakmu suruh main ke rumah Hendra dan minta sarapan saja disana."

Tatik mengangguk mendengar saran ibunya.

"Dion! Marla!"

"Ya Bu..." Jawab si kembar serempak dan mendatangi ibu mereka.

"Kalian ke rumah Om Hendra dan sarapan di sana ya?! Pinggir-pinggir jalannya biar tidak ditabrak!"

"Iya Bu..."

Kedua bocah kembar itu pun segera melesap ke rumah Hendra yang hanya berselang 3 buah rumah dari rumah nenek mereka.

Nilam keluar dari kamarnya. Masih dengan pakaian tidur bahkan belum mencuci muka.

"Heh Nil! Jam segini kamu baru bangun? Kamu tidak kuliah?"

"Ck, Mbak jangan panggil Nil dong?! Nilam! Emang aku kuda Nil apa?!"

"Halah, kuliah sana kamu! Ngabisin uang Hendra saja!"

"Emangnya Mbak tidak?!"

"Mana pernah aku ngerepotin Hendra! Tidak kayak kamu itu!"

"Iya Mbak memang tidak pernah, tapi ngerepotinnya lewat Dion sama Marla!"

"Kamu ya! Bener-bener!"

"Sudah, sudah! Kalian kok malah ribut!" Ujar Bu Ida menengahi mereka.

"Bu, Ibu... Bi Lastri tidak masak. Kami mau jajan Bu..!" Kata Dion dan Marla yang kembali lagi dari rumah Lastri.

"Aduh bagaimana sih si Lastri ini?!" Gerutu Tatik. "Ya sudah, ini kalian jajan di tempat Bu Mar. Jalannya pinggir ya?!" Ujar Tatik setelah menyerahkan uang 20 ribuan kepada Dion.

Si kembar pun kembali meninggalkan rumah dan pergi ke tempat Bu Mar yang menjual nasi uduk.

Berselang si kembar pergi, Lastri pun datang.

"Assalamualaikum..." Salam Lastri ketika hendak memasuki rumah.

Semua terdiam ketika Lastri datang. Lirikan mata tidak suka jelas mereka perlihatkan, meski mulut mereka bungkam.

Lastri pun sama, tidak ingin berada lebih lama di rumah itu, ia segera menyelesaikan pekerjaannya.

Lastri mulai mencuci pakaian, setelah bersih ia pula yang menjemurnya. Setelah itu ia memasak, dan mencuci piring-piring yang kotor setelahnya. Kemudian baru lah ia menyapu sambil merapikan barang-barang yang berserakan di rumah itu.

Tapi setelah dirapikan, lantai kembali berserakan oleh mainan Dion dan Marla yang baru pulang dari pergi sarapan dan kembali bermain. Padahal Lastri hendak mengepel lantai itu.

"Heh Lastri? Kamu mulai malas?! Kenapa ini masih berantakan?!" Tuding Bu Ida.

Tatik dan Nilam tersenyum sambil jari-jari tangan berselancar ria dengan handphone masing-masing mendengar Ibu mereka memarahi Lastri.

"Tadi sudah aku sapu Bu, juga sudah aku rapikan. Tapi kan Dion dan Marla lagi main, jadi berantakan lagi." Jawab Lastri membela diri.

Telinga Nilam dan Tatik seketika panas. Senyum yang tadi terukir berubah menjadi raut wajah yang masam. Apalagi Tatik, ia tidak terima anak-anaknya disebut seakan-akan di salahkan oleh Lastri.

"Kamu menyalahkan anak kecil? Kamunya saja yang tidak berberes yang benar!" Sungut Tatik menyela pembicaraan Lastri dan Ibunya.

"Iya nih, namanya juga anak kecil. Wajarlah kalau mereka main, ya berantakan!" Timpal Nilam.

"Bukan begitu maksud ku Mbak. Aku hanya ingin kalian tahu bukan aku tidak merapikan hanya saja kan...."

"Halah, dasar kamunya saja yang malas!" Sanggah Ibu Ida.

Lastri menghela napas.

Percuma saja aku membela diri. Aku lupa kalau di rumah ini hanya keluarga ini yang selalu benar ucapannya, batin Lastri mengeluh.

"Kamu ini tidak tahu di untung, sukur-sukur Hendra mau bertanggung jawab padamu. Jadi jangan ngeluh kalau membantu meringankan pekerjaan Ibu disini." Kata Tatik.

Apa?! Justru kalian yang harusnya bersyukur. Jika orang tuaku tidak mau berdamai, Mas Hendra lah yang akan masuk penjara. Dan belum tentu kalian bisa menikmati apa yang ada sekarang, jawab Lastri hanya di dalam hati.

Lastri meremas sedikit bajunya karena kesal akan ucapan Kakak iparnya.

"Apa kamu mau melawan Ibu mertua kamu?!" Tanya Tatik.

"Tidak Mbak. Ya sudah, akan aku bereskan lagi." Jawab Lastri mengalah.

Tidak lagi Lastri menjawab ucapan-ucapan mereka. Toh apapun pembelaannya akan selalu salah di mata mereka. Lebih baik Lastri mendengar, masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri agar mereka cepat diam dan kerjaannya pun segera beres dan cepat pulang sebelum waktunya menjemput Diah pulang sekolah.

Nilam tersenyum puas melihat Lastri di marahi oleh Mbaknya, Tatik.

Setelah beberapa kali merapikan, dan hanya mengepel lantai yang kosong saja, akhirnya Lastri selesai juga membereskan pekerjaan rumahnya.

Lastri mengelap keringat di kening dengan punggung tangannya. Bajunya pun di beberapa tempat tampak basah oleh keringat.

"Bu, sudah selesai. Aku pulang dulu."

Nilam dan Tatik menutup hidung mereka ketika Lastri pamit pada ibu mertuanya.

Jarak mereka yang tidak jauh itu memang sempat mencium bau keringat Lastri yang membanjiri tubuhnya.

"Dasar dekil! Perempuan udik! Bau banget! Gimana Hendra mau dekat sama dia modelan begitu!" Gumam Tatik membuang muka, tidak mau melihat Lastri.

Hati Lastri merasa sakit di perlakukan demikian. Jika saja Hendra memberikan uang yang cukup untuknya merawat diri, tentu ia tidak akan sekumal pandangan mereka, pikir Lastri. Jelas saja Lastri merasa sedih karena bukan salahnya dia berpenampilan demikian. Tapi salah suaminya lah, yang tidak cukup memberi nafkah padanya.

Karena yang Lastri tahu, kewajiban suami terhadap isteri adalah memberikan mahar kawin menurut sebuah buku yang pernah ia baca ketika masih sekolah. Selain itu juga memberi nafkah yang layak sesuai kemampuan, memberi pakaian dan tempat tinggal, menggauli istri secara makruf (baik), menjaga istri dari dosa, dan memberikan cinta dan kasih sayang. Dari kewajiban itu masih terdapat beberapa perkara yang tidak di penuhi oleh suaminya.

Juga tugas suami yang sangat penting yang tidak di jalani Hendra dengan baik yaitu berperan sebagai kepala keluarga, bertanggung jawab untuk menjaga, merawat, memelihara dan menjamin kebutuhan istri dan seluruh anggota keluarga lainnya. Benar dia merawat dan memelihara anggota keluarganya, tapi bukan pada anak dan istrinya.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Marsela Puspita Ambarwati

Marsela Puspita Ambarwati

lastrinya bego coba sesekali lawan mereka itu buat lastrinya berani thoor jngn ditindas terus

2024-04-16

1

𝑆𝐴𝑇𝑟𝑖𝑜

𝑆𝐴𝑇𝑟𝑖𝑜

kok mau ya diinjak-injak Mulu. sabarnya Lastri ini beda tipis sama oon./Facepalm/

2024-04-22

1

Mbr Tarigan

Mbr Tarigan

sebentar lagi suamimu nikah Lastri kamu bau suamimu kantoran pasti kamu ditinggali nodoh

2024-05-14

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Anak Sakit
2 Bab 2. Tukang Ngadu
3 Bab 3. Tukang Cuci
4 Bab 4. Status
5 Bab 5. Berkurang Lagi
6 Bab 6. Pembantu
7 Bab 7. Kompor
8 Bab 8. Boneka 1
9 Bab 9. Boneka 2
10 Bab 10. Makanan
11 Bab 11. Bertemu Wanita Lain
12 Bab 12. Selalu Salah
13 Bab 13. Mendapat Kabar
14 Bab 14. Bujuk Rayu Wawan
15 Bab 15. Surat
16 Bab 16. Pulang Kampung
17 Bab 17. Pura-pura Sakit
18 Bab 18. Mendadak Kaya
19 Bab 19. Rencana Menikah Lagi
20 Bab 20. Rencana Pulang
21 Bab 21. Perjalanan
22 Bab 22. Mencari Hendra
23 Bab 23. Pembohong
24 Bab 24. Tinggal Bersama
25 Bab 25. Pembalas Di Mulai
26 Bab 26. Tidak Mau Menurut Lagi
27 Bab 27. Nilam Jatuh
28 Bab 28. Nilam Keguguran
29 Bab 29. Sepupu Jauh
30 Bab 30. Ngambek
31 Bab 31. Seatap Dengan Madu
32 Bab 32. Melihat Properti
33 Bab 33. Perawatan Diri
34 Bab 34. Berkelit
35 Bab 35. Kembali Ke Rumah
36 Bab 36. Gertakan Sambal Lastri
37 Bab 37. Bertengkar
38 Bab 38. Rahasia
39 Bab 39. Murka
40 Bab 40. Jatuh Talak
41 Bab 41. Ratu Baru
42 Bab 42. Tamu Di Pagi Hari
43 Bab 43. Konsultasi Pengacara
44 Bab 44. Jalan - Jalan
45 Bab 45. Surat Gugatan
46 Bab 46. Sidang Mediasi
47 Bab 47. Nguber Lastri
48 Bab 48. Debat Sidang
49 Bab 49. Ribut
50 Bab 50. Hidup Hemat
51 Bab 51. Membeli Tanah Baru
52 Bab 52. Gelut Mulut
53 Bab 53. Wawan Dan Nilam
54 Bab 54. Bu Ida Jatuh Sakit
55 Bab 55. Bagi Tugas
56 Bab 56. Terbongkar
57 Bab 57. Antara Tatik Dan Nilam
58 Bab 58. Praha Rumah Tangga
59 Bab 59. Menjenguk Mantan Mertua
60 Bab 60. Pertemuan
61 Bab 61. Keinginan Indri Gagal
62 Bab 62. Laporan
63 Bab 63. Ketar Ketir
64 Bab 64. Pendekatan
65 Bab 65. Calon Keluarga Kecil
66 Bab 66. Dua Duka
67 Bab 67. Pulang Ke Desa
68 Bab 68. Sama-sama Susah
69 Bab 69. Menjadi Mahasiswa
70 Bab 70. Teman Baru
71 Bab 71. Di Curigai
72 Bab 72. Di Suruh Nikah Paksa
73 Bab 73. Di Pinang Juragan Tanah
74 Bab 74. Kedatangan Fahri
75 Bab 75. Fahri DiTabrak
76 Bab 76. Sah Jadi Nyonya Tersayang
77 Bab 77. Info Tentang Lastri
78 Bab 78. Di Serang Para Isteri
79 Bab 79. Aku Tidak Mencintaimu Lagi
80 Bab 80. Mengejar Lastri
81 Bab 81. Diah Menolak
82 Bab 82. Jawaban
83 Bab 83. Berita Lamaran
84 Bab 84. Bertemu Indri
85 Bab 85. Teguhkan Hati
86 Bab 86. Panik
87 Bab 87. Masuk Bui
88 Bab 88. Bertunangan
89 Bab 89. Di Bawa Hendra
90 Bab 90. Tidak Semudah Itu
91 Bab 91. Kaum Patah Hati
92 Bab 92. Menikah
93 Bab 93. Kembali Ke Kampus
94 Bab 94. Nilam Di Hajar Para Isteri
95 Bab 95. Menyambung Silahturahmi Yang Terputus
96 Bab 96. Kurang Adonan
97 Bab 97..Kabar Bahagia
98 Bab 98. Suami Siaga
99 Bab 99. Bagi Warisan
100 Bab 100. Jual Rumah
101 Bab 101. Tamu Tak Diundang
102 Bab 102. Menolak Rujuk
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Bab 1. Anak Sakit
2
Bab 2. Tukang Ngadu
3
Bab 3. Tukang Cuci
4
Bab 4. Status
5
Bab 5. Berkurang Lagi
6
Bab 6. Pembantu
7
Bab 7. Kompor
8
Bab 8. Boneka 1
9
Bab 9. Boneka 2
10
Bab 10. Makanan
11
Bab 11. Bertemu Wanita Lain
12
Bab 12. Selalu Salah
13
Bab 13. Mendapat Kabar
14
Bab 14. Bujuk Rayu Wawan
15
Bab 15. Surat
16
Bab 16. Pulang Kampung
17
Bab 17. Pura-pura Sakit
18
Bab 18. Mendadak Kaya
19
Bab 19. Rencana Menikah Lagi
20
Bab 20. Rencana Pulang
21
Bab 21. Perjalanan
22
Bab 22. Mencari Hendra
23
Bab 23. Pembohong
24
Bab 24. Tinggal Bersama
25
Bab 25. Pembalas Di Mulai
26
Bab 26. Tidak Mau Menurut Lagi
27
Bab 27. Nilam Jatuh
28
Bab 28. Nilam Keguguran
29
Bab 29. Sepupu Jauh
30
Bab 30. Ngambek
31
Bab 31. Seatap Dengan Madu
32
Bab 32. Melihat Properti
33
Bab 33. Perawatan Diri
34
Bab 34. Berkelit
35
Bab 35. Kembali Ke Rumah
36
Bab 36. Gertakan Sambal Lastri
37
Bab 37. Bertengkar
38
Bab 38. Rahasia
39
Bab 39. Murka
40
Bab 40. Jatuh Talak
41
Bab 41. Ratu Baru
42
Bab 42. Tamu Di Pagi Hari
43
Bab 43. Konsultasi Pengacara
44
Bab 44. Jalan - Jalan
45
Bab 45. Surat Gugatan
46
Bab 46. Sidang Mediasi
47
Bab 47. Nguber Lastri
48
Bab 48. Debat Sidang
49
Bab 49. Ribut
50
Bab 50. Hidup Hemat
51
Bab 51. Membeli Tanah Baru
52
Bab 52. Gelut Mulut
53
Bab 53. Wawan Dan Nilam
54
Bab 54. Bu Ida Jatuh Sakit
55
Bab 55. Bagi Tugas
56
Bab 56. Terbongkar
57
Bab 57. Antara Tatik Dan Nilam
58
Bab 58. Praha Rumah Tangga
59
Bab 59. Menjenguk Mantan Mertua
60
Bab 60. Pertemuan
61
Bab 61. Keinginan Indri Gagal
62
Bab 62. Laporan
63
Bab 63. Ketar Ketir
64
Bab 64. Pendekatan
65
Bab 65. Calon Keluarga Kecil
66
Bab 66. Dua Duka
67
Bab 67. Pulang Ke Desa
68
Bab 68. Sama-sama Susah
69
Bab 69. Menjadi Mahasiswa
70
Bab 70. Teman Baru
71
Bab 71. Di Curigai
72
Bab 72. Di Suruh Nikah Paksa
73
Bab 73. Di Pinang Juragan Tanah
74
Bab 74. Kedatangan Fahri
75
Bab 75. Fahri DiTabrak
76
Bab 76. Sah Jadi Nyonya Tersayang
77
Bab 77. Info Tentang Lastri
78
Bab 78. Di Serang Para Isteri
79
Bab 79. Aku Tidak Mencintaimu Lagi
80
Bab 80. Mengejar Lastri
81
Bab 81. Diah Menolak
82
Bab 82. Jawaban
83
Bab 83. Berita Lamaran
84
Bab 84. Bertemu Indri
85
Bab 85. Teguhkan Hati
86
Bab 86. Panik
87
Bab 87. Masuk Bui
88
Bab 88. Bertunangan
89
Bab 89. Di Bawa Hendra
90
Bab 90. Tidak Semudah Itu
91
Bab 91. Kaum Patah Hati
92
Bab 92. Menikah
93
Bab 93. Kembali Ke Kampus
94
Bab 94. Nilam Di Hajar Para Isteri
95
Bab 95. Menyambung Silahturahmi Yang Terputus
96
Bab 96. Kurang Adonan
97
Bab 97..Kabar Bahagia
98
Bab 98. Suami Siaga
99
Bab 99. Bagi Warisan
100
Bab 100. Jual Rumah
101
Bab 101. Tamu Tak Diundang
102
Bab 102. Menolak Rujuk

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!