Bab 6. Pembantu

Bab 6. Pembantu

POV Author

"Kenapa lagi mukamu kusut begitu Hendra?" Tanya Bu Ida melihat anaknya datang dengan langkah gontai.

Hendra menghempaskan bobot tubuhnya di sofa ruang tamu sekaligus menjadi ruang keluarga di rumah ibunya.

"Bu, aku sudah tidak tahan lagi hidup dengan wanita itu!"

"Kenapa lagi dengan dia?! Tidak ada habisnya dia setiap hari terus berulah!"

"Karena itu Bu, aku ingin bercerai dengan dia!" Ujar Hendra menegakkan posisi duduknya tanda ia berbicara serius.

"Eeh..., jangan dulu Hendra! Kalau kamu bercerai, siapa yang akan membersihkan rumah ini? Hari gini bayar gaji pembantu itu mahal Hendra!"

Hendra mengusap wajahnya dengan kasar. Lalu keduanya tangannya berpangku di atas pahanya dan saling menggenggam.

"Dia sudah curiga aku punya mobil baru Bu. Aku tidak tahu dia tahu dari mana. Jatah bulanannya aku potong lagi 50ribu untuk nambah-nambah cicilan mobil."

"Loh, kok dia bisa tahu?"

"Mana aku tahu Bu..."

"Jangan sampai dia tahu Hendra. Apalagi kalau sampai orang tuanya tahu kamu punya mobil. Bisa-bisa mereka jadi tahu kalau gajimu itu 15 juta perbulan. Ibu belum ada uang buat ganti penjualan tanah mereka yang dulu Ibu pinjam untuk membelikan Tatik rumah yang sekarang."

"Loh, kok aku gak tahu Bu?"

"Waktu ayahmu membelikan kalian rumah, Tatik nangis-nangis dan mengadu pada ibu. Kalau rumah kontrakannya itu sempit dan dia ingin memiliki rumah sendiri. Jadi timbul ide Ibu untuk meminjam uang sama mereka. Dengan dalih rumah ini sempit untuk kalian tinggali. Dan mereka menjual tanah mereka lalu uangnya diberikan kepada Ibu dan Ibu belikan untuk rumah Tatik yang sekarang. Uang dari tanah itu pas-pasan hanya bisa buat membeli rumah di kota ini dan sedikit perabot."

Hendra terdiam. Ia tampak berpikir keras. Lalu timbul idenya untuk memanfaatkan orang tua Lastri seperti yang di lakukan ibunya sendiri.

"Bu, apa mungkin orang tuanya masih punya banyak tanah yang lain?"

Bu Ida tersenyum mengejek.

"Mana mungkin Hendra, rumahnya reot begitu. Ibu rasa tanah dulu itu satu-satunya harta mereka selain rumah reot itu."

Hendra menghela napas. Keinginan langsung pupus untuk memanfaatkan mertuanya.

"Kamu beri saja lah tambahan uang bulanannya, biar dia diam. Bilang saja kamu baru dapat bonus."

"Kalau begitu jatah Ibu 4 juta aku potong 300 ribu ya?"

"Enak saja! Pokoknya jatah Ibu jangan pernah kamu kurangi! Ibu banyak arisan yang mau di bayar. Uang Nilam saja kamu potong. Terlalu banyak kamu memberinya sampai 3 juta sebulan."

"Ya sudah, uang Nilam aku potong tapi Ibu yang jelasin ke dia. Ini jatah ibu, dan ini punya Nilam, aku titip saja ke Ibu. Oh ya Bu, sekalian tanya, kapan dia lulus kuliahnya. Rasanya sudah lama aku membiayai sekolahnya tapi dia belum lulus juga." Kata Hendra mulai protes.

Bu Ida segera menyambar uang yang di berikan Hendra untuk Nilam, anaknya.

"Iya, nanti Ibu tanyakan."

Bu Ida pun menghitung uang itu di depan Hendra yang tampak tidak peduli.

"Bu aku lapar, aku mau makan disini." Ujar Hendra.

"Makan saja. Ibu tadi masak sayur asem dan ikan goreng juga ada sambelnya." Jawab Bu Ida sambil tetap menghitung uang di tangannya.

Hendra pun beranjak dari duduknya dan menuju dapur.

Kebanyakan kalau di kasih 2 juta 7 ratus ribu. Sebaiknya 700 ini aku simpan saja. Sisanya 2 juta aku berikan untuk Nilam, batin Bu Ida.

Gaji Hendra sebenarnya bukannya 4 juta seperti yang di ketahui oleh Lastri. Melainkan 15 juta sesuai jabatannya yang kini sudah naik menjadi asisten manajer. Gaji itu belum termasuk bonus yang selama ini tidak pernah Hendra katakan kepada siapapun. Bonus sebesar 5 juta itu ia simpan sendiri untuk kesenangan dirinya.

Oleh karena jabatannya sudah naik, Hendra sering di ejek teman-teman kantornya karena masih menggunakan sepeda motor. Karena itu Hendra membeli mobil baru, namun di simpan di rumah Tatik yang berada di gang sebelah. Setiap pagi Hendra akan kerumah Tatik untuk menukar motor dengan menggunakan mobil. Sedangkan motor Hendra di gunakan Tatik untuk mengantar jemput kedua anak kembarnya ke sekolah.

***

Keesokan sore harinya.

"Benar ini buat aku Mas?"

"Iya, aku dapet bonus 500 ribu karena rajin datang awal saat bekerja. Jadi bonus itu aku kasih ke kamu 350, sisanya buat bensin motorku. Kalau bulan depan aku dapet bonus lagi. Aku kasih ke kamu lagi."

"Alhamdulillah, semoga bulan depan Mas dapat bonus lagi. Aku akan bangunin Mas lebih awal biar Mas tidak pernah telat datang ke kantornya." Ujar Lastri dengan wajah senang.

Padahal bonus itu hanya karangan Hendra saja. Bonus sebenarnya selalu Hendra dapatkan tiap bulannya sebesar 5 juta dan itu sudah berlangsung selama hampir satu tahun. Sebelum naik jadi asisten manajer, gaji Hendra berjumlah 7 juta dengan bonus setiap bulannya 2 juta rupiah. Setelah kenaikan jabatan, gaji serta bonusnya melonjak drastis.

"Kamu jangan malas bantu-bantu ibu di rumah. Kasihan ibu sudah tua, aku tidak mau ibuku ngeluh sakit pinggang dan lain sebagainya. Jadilah kamu menantu yang baik buat ibu. Dan ini buat Diah."

Hendra mengeluarkan sebuah boneka berbie yang masih terbungkus dalam kotaknya untuk diberikan kepada Diah.

Mata Lastri berbinar. Baru kali ini suaminya memberikan perhatian untuk Diah, anak mereka. Hati Lastri pun luluh. Ia sedikit menaruh harapan kalau suatu hari nanti, Hendra akan menyayangi Diah, putri mereka satu-satunya.

Sayangnya Lastri yang penurut itu tidak menyadari akan niat terselubung Hendra, suaminya. Semua itu Hendra lakukan agar Lastri tidak bertanya lagi soal mobil baru. Dan tentunya agar Lastri tetap bekerja membersihkan rumah ibunya seperti pembantu yang selalu mereka anggap ke Lastri.

Boneka tadi Lastri berikan pada anaknya. Lalu ia pun bersiap mengambil nasi untuk Hendra makan.

"Kamu mau mengambilkan makan buatku?" Tanya Hendra ketika ia hendak mandi dan melihat Lastri memegang piring bersiap mengaut nasi di dandang.

"Iya Mas."

"Tidak usah. Aku sebentar lagi mau keluar lagi. Ada janji sama temanku." Ujar Hendra.

"Kemana Mas?"

"Sudah, jangan banyak tanya! Di jelaskan pun kamu tidak akan mengerti." Sanggah Hendra.

Lastri pun terdiam. Ia tidak lagi bertanya kepada suaminya.

Hendra sudah berpakaian rapi, tidak lupa menyemprotkan minyak wangi kebagian tubuhnya. Senyumnya mengembang melihat tampilannya di cermin.

Lastri hanya mengintip dari celah pintu yang sedikit terbuka. Tidak berani bertanya hanya menduga-duga saja dalam hatinya.

"Aku pergi dulu. Kunci saja pintunya karena aku membawa kunci cadangan." Ujar Hendra kepada Lastri ketika sedang memakai sepatu dan bersiap meninggalkan rumah."

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Mbr Tarigan

Mbr Tarigan

kamu dibohongi terus xLastri gaji Hendra 15 juta dan tanah orangtuamu sendiri dijual guna iparmu miris kali nasipmu semoga ada karma SM Hendra dan kelurganya

2024-05-14

0

Mariaangelina Yuliana

Mariaangelina Yuliana

dasar orang bodoh si Lastri nya terlalu lembek karakter pemeran utama nya

2024-05-04

1

Gustriana Baiki putri

Gustriana Baiki putri

hhhhhhhhh gaji 15 JT,ngasih utk istri 650000..suami mcm apa ini..

2024-05-05

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Anak Sakit
2 Bab 2. Tukang Ngadu
3 Bab 3. Tukang Cuci
4 Bab 4. Status
5 Bab 5. Berkurang Lagi
6 Bab 6. Pembantu
7 Bab 7. Kompor
8 Bab 8. Boneka 1
9 Bab 9. Boneka 2
10 Bab 10. Makanan
11 Bab 11. Bertemu Wanita Lain
12 Bab 12. Selalu Salah
13 Bab 13. Mendapat Kabar
14 Bab 14. Bujuk Rayu Wawan
15 Bab 15. Surat
16 Bab 16. Pulang Kampung
17 Bab 17. Pura-pura Sakit
18 Bab 18. Mendadak Kaya
19 Bab 19. Rencana Menikah Lagi
20 Bab 20. Rencana Pulang
21 Bab 21. Perjalanan
22 Bab 22. Mencari Hendra
23 Bab 23. Pembohong
24 Bab 24. Tinggal Bersama
25 Bab 25. Pembalas Di Mulai
26 Bab 26. Tidak Mau Menurut Lagi
27 Bab 27. Nilam Jatuh
28 Bab 28. Nilam Keguguran
29 Bab 29. Sepupu Jauh
30 Bab 30. Ngambek
31 Bab 31. Seatap Dengan Madu
32 Bab 32. Melihat Properti
33 Bab 33. Perawatan Diri
34 Bab 34. Berkelit
35 Bab 35. Kembali Ke Rumah
36 Bab 36. Gertakan Sambal Lastri
37 Bab 37. Bertengkar
38 Bab 38. Rahasia
39 Bab 39. Murka
40 Bab 40. Jatuh Talak
41 Bab 41. Ratu Baru
42 Bab 42. Tamu Di Pagi Hari
43 Bab 43. Konsultasi Pengacara
44 Bab 44. Jalan - Jalan
45 Bab 45. Surat Gugatan
46 Bab 46. Sidang Mediasi
47 Bab 47. Nguber Lastri
48 Bab 48. Debat Sidang
49 Bab 49. Ribut
50 Bab 50. Hidup Hemat
51 Bab 51. Membeli Tanah Baru
52 Bab 52. Gelut Mulut
53 Bab 53. Wawan Dan Nilam
54 Bab 54. Bu Ida Jatuh Sakit
55 Bab 55. Bagi Tugas
56 Bab 56. Terbongkar
57 Bab 57. Antara Tatik Dan Nilam
58 Bab 58. Praha Rumah Tangga
59 Bab 59. Menjenguk Mantan Mertua
60 Bab 60. Pertemuan
61 Bab 61. Keinginan Indri Gagal
62 Bab 62. Laporan
63 Bab 63. Ketar Ketir
64 Bab 64. Pendekatan
65 Bab 65. Calon Keluarga Kecil
66 Bab 66. Dua Duka
67 Bab 67. Pulang Ke Desa
68 Bab 68. Sama-sama Susah
69 Bab 69. Menjadi Mahasiswa
70 Bab 70. Teman Baru
71 Bab 71. Di Curigai
72 Bab 72. Di Suruh Nikah Paksa
73 Bab 73. Di Pinang Juragan Tanah
74 Bab 74. Kedatangan Fahri
75 Bab 75. Fahri DiTabrak
76 Bab 76. Sah Jadi Nyonya Tersayang
77 Bab 77. Info Tentang Lastri
78 Bab 78. Di Serang Para Isteri
79 Bab 79. Aku Tidak Mencintaimu Lagi
80 Bab 80. Mengejar Lastri
81 Bab 81. Diah Menolak
82 Bab 82. Jawaban
83 Bab 83. Berita Lamaran
84 Bab 84. Bertemu Indri
85 Bab 85. Teguhkan Hati
86 Bab 86. Panik
87 Bab 87. Masuk Bui
88 Bab 88. Bertunangan
89 Bab 89. Di Bawa Hendra
90 Bab 90. Tidak Semudah Itu
91 Bab 91. Kaum Patah Hati
92 Bab 92. Menikah
93 Bab 93. Kembali Ke Kampus
94 Bab 94. Nilam Di Hajar Para Isteri
95 Bab 95. Menyambung Silahturahmi Yang Terputus
96 Bab 96. Kurang Adonan
97 Bab 97..Kabar Bahagia
98 Bab 98. Suami Siaga
99 Bab 99. Bagi Warisan
100 Bab 100. Jual Rumah
101 Bab 101. Tamu Tak Diundang
102 Bab 102. Menolak Rujuk
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Bab 1. Anak Sakit
2
Bab 2. Tukang Ngadu
3
Bab 3. Tukang Cuci
4
Bab 4. Status
5
Bab 5. Berkurang Lagi
6
Bab 6. Pembantu
7
Bab 7. Kompor
8
Bab 8. Boneka 1
9
Bab 9. Boneka 2
10
Bab 10. Makanan
11
Bab 11. Bertemu Wanita Lain
12
Bab 12. Selalu Salah
13
Bab 13. Mendapat Kabar
14
Bab 14. Bujuk Rayu Wawan
15
Bab 15. Surat
16
Bab 16. Pulang Kampung
17
Bab 17. Pura-pura Sakit
18
Bab 18. Mendadak Kaya
19
Bab 19. Rencana Menikah Lagi
20
Bab 20. Rencana Pulang
21
Bab 21. Perjalanan
22
Bab 22. Mencari Hendra
23
Bab 23. Pembohong
24
Bab 24. Tinggal Bersama
25
Bab 25. Pembalas Di Mulai
26
Bab 26. Tidak Mau Menurut Lagi
27
Bab 27. Nilam Jatuh
28
Bab 28. Nilam Keguguran
29
Bab 29. Sepupu Jauh
30
Bab 30. Ngambek
31
Bab 31. Seatap Dengan Madu
32
Bab 32. Melihat Properti
33
Bab 33. Perawatan Diri
34
Bab 34. Berkelit
35
Bab 35. Kembali Ke Rumah
36
Bab 36. Gertakan Sambal Lastri
37
Bab 37. Bertengkar
38
Bab 38. Rahasia
39
Bab 39. Murka
40
Bab 40. Jatuh Talak
41
Bab 41. Ratu Baru
42
Bab 42. Tamu Di Pagi Hari
43
Bab 43. Konsultasi Pengacara
44
Bab 44. Jalan - Jalan
45
Bab 45. Surat Gugatan
46
Bab 46. Sidang Mediasi
47
Bab 47. Nguber Lastri
48
Bab 48. Debat Sidang
49
Bab 49. Ribut
50
Bab 50. Hidup Hemat
51
Bab 51. Membeli Tanah Baru
52
Bab 52. Gelut Mulut
53
Bab 53. Wawan Dan Nilam
54
Bab 54. Bu Ida Jatuh Sakit
55
Bab 55. Bagi Tugas
56
Bab 56. Terbongkar
57
Bab 57. Antara Tatik Dan Nilam
58
Bab 58. Praha Rumah Tangga
59
Bab 59. Menjenguk Mantan Mertua
60
Bab 60. Pertemuan
61
Bab 61. Keinginan Indri Gagal
62
Bab 62. Laporan
63
Bab 63. Ketar Ketir
64
Bab 64. Pendekatan
65
Bab 65. Calon Keluarga Kecil
66
Bab 66. Dua Duka
67
Bab 67. Pulang Ke Desa
68
Bab 68. Sama-sama Susah
69
Bab 69. Menjadi Mahasiswa
70
Bab 70. Teman Baru
71
Bab 71. Di Curigai
72
Bab 72. Di Suruh Nikah Paksa
73
Bab 73. Di Pinang Juragan Tanah
74
Bab 74. Kedatangan Fahri
75
Bab 75. Fahri DiTabrak
76
Bab 76. Sah Jadi Nyonya Tersayang
77
Bab 77. Info Tentang Lastri
78
Bab 78. Di Serang Para Isteri
79
Bab 79. Aku Tidak Mencintaimu Lagi
80
Bab 80. Mengejar Lastri
81
Bab 81. Diah Menolak
82
Bab 82. Jawaban
83
Bab 83. Berita Lamaran
84
Bab 84. Bertemu Indri
85
Bab 85. Teguhkan Hati
86
Bab 86. Panik
87
Bab 87. Masuk Bui
88
Bab 88. Bertunangan
89
Bab 89. Di Bawa Hendra
90
Bab 90. Tidak Semudah Itu
91
Bab 91. Kaum Patah Hati
92
Bab 92. Menikah
93
Bab 93. Kembali Ke Kampus
94
Bab 94. Nilam Di Hajar Para Isteri
95
Bab 95. Menyambung Silahturahmi Yang Terputus
96
Bab 96. Kurang Adonan
97
Bab 97..Kabar Bahagia
98
Bab 98. Suami Siaga
99
Bab 99. Bagi Warisan
100
Bab 100. Jual Rumah
101
Bab 101. Tamu Tak Diundang
102
Bab 102. Menolak Rujuk

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!