Bab 2. Tukang Ngadu

Bab 2. Tukang Ngadu

POV Lastri

"LASTRI! LASTRI! DIMANA KAMU?!"

Diah dan aku terkejut mendengar teriakan Ibu mertua yang berjalan masuk ke dalam rumah. Aku tahu alasan Ibu mertua yang terdengar marah memanggil seperti itu. Sudah pasti Mas Hendra menceritakan perdebatan kami pagi ini padanya.

Aku membuang napas kasar. Lalu meletakkan piring yang separuh isinya sudah di makan oleh Diah.

"Diah masih mau makan lagi?" Tanya ku pada anakku dengan lembut.

Diah mengangguk.

"Diah bisa makan sendiri? Ibu mau menemui nenek dulu."

"Bisa Bu."

Aku tersenyum. Lalu meletakkan piring itu di pangkuan Diah. Padahal aku masih ingin menemani putriku yang baru saja terlihat nyaman badannya. Tapi teriakan Ibu mertua pun tidak bisa aku abaikan karena jika ia sampai melihat aku menyuapi Diah, maka Diah juga akan menjadi sasaran kemarahannya.

Aku tidak ingin anakku di marahi. Padahal Diah juga cucunya, tapi perlakukan ibu mertua sungguh berbeda terhadap Diah dari dua cucunya yang lain yaitu, Dion dan Marla.

Diah pun sepertinya takut akan kedatangan neneknya. Dan ia pun pasti tahu neneknya akan marah bila melihat aku menyuapi dirinya. Karena itu, meski baru merasakan nyaman di tubuhnya, ia menyelesaikan makannya sendiri.

Kasihan anakku. Di usia yang baru menginjak 5 tahun ia sudah menerima perlakukan tidak nyaman dari nenek dan Ayahnya sendiri. Belum lagi Nilam, adik Mas Hendra serta mbak Tatik, kakak Mas Hendra yang juga tidak peduli dengan Diah padahal keponakan mereka juga.

Entah apa salah Diah hingga harus menerima perlakuan buruk dari keluarga suamiku. Padahal Diah juga darah daging mereka. Kalau pun mereka membenci ku karena aku orang asing, itu mungkin saja. Tapi ini Diah, Diah yang merupakan anak kandung Mas Hendra pun mereka tetap tidak menyukainya. Hatiku sakit...

Ku usap lembut pucuk kepala anakku sebelum meninggalkan dan beranjak menemui ibu mertua. Setelah itu baru lah aku membuka pintu kamar dan mendapati ibu mertua yang berada di depan pintu kamarku.

"Ada apa Bu? Kenapa Ibu teriak-teriak?"

Tanyaku pura-pura tidak tahu. Aku yakin pasti sebentar lagi ibu mertua memarahi ku yang meminta uang kepada Mas Hendra.

"Kamu ini, ngapain kamu minta uang sama Hendra? Apa tidak cukup uang bulanan yang Hendra kasih hah?!"

Benar kan apa tebakan ku? Benar-benar Mas Hendra tukang ngadu.

"Bu, Diah sakit. Aku hanya minta uang untuk berobat Diah. Apa itu salah?"

"Ya jelas salah. Harusnya uang bulanan itu cukup untuk di pakai berobat juga. Apalagi kalian cuma makan bertiga. Benar-benar tidak becus kamu mengatur pengeluaran!"

"Mas Hendra cuma ngasi aku uang bulanan 700 ribu Bu, dan itu untuk semua keperluan...."

"Halah, jawab saja kamu!"

Lagi-lagi ucapanku di sela tanpa aku bisa menjelaskan keadaan kami.

"700 ribu itu banyak! Kamu saja yang tidak bisa mengaturnya. Kan bisa kalian makan dua hari sekali saja, dan tidak perlu makan ayam dan daging setiap hari."

Haaah? Makan ayam dan daging setiap hari? Apa aku tidak salah dengar?! Lauk telur saja sudah mewah bagi anakku yang setiap hari hanya makan tempe dan tahu. Dengan bahan pokok yang serba mahal di sini, uang segitu tidak akan cukup untuk kebutuhan kami sebulan yang juga menanggung tuyul kepala hitam.

Ku katakan tuyul kepala hitam karena bahan makan di rumahku yang sering hilang, juga ponakan mas Hendra yang kerap kali minta makan kesini. Heran saja, kenapa sampai Dion dan Marla si kembar itu bisa kelaparan. Padahal tampilan ibu dan bapak mereka bak orang sosialita, alias mewah.

"Bu, kami disini hanya makan lauk tempe dan tahu, Hanya Mas Hendra yang makan telur dan terkadang lauk ikan."

"Ya bagus lah! Hendra memang harus di perhatikan gizinya karena dia yang berkerja dan mencari nafkah di rumah ini. Anakku itu jangan sampai sakit! Pokoknya jangan lagi meminta uang gara-gara hal sepele. Gitu saja kamu mau buat susah suamimu yang bekerja keras di luar sana!"

Ya Tuhan, hal sepele katakan menyangkut nyawa anakku yang merupakan cucunya sendiri. Sungguh hati ku sakit mendengar ucapan ibu mertua. Apapun pembelaanku tetap saja selalu salah di matanya.

Aku terdiam dan hanya menunduk mendengar semua amarah ibu mertua ku yang katanya nasehat demi kebaikan diriku yang nyatakan untuk kebaikan mereka.

Bukan aku tidak tahu Mas Hendra selalu membagi gajinya untuk Ibu dan Nilam. Juga terkadang memanjakan anak mbak Tatik dengan membelikan mereka mainan.

Aku tidak masalah Mas Hendra juga membagi gajinya untuk ibu mertua. Karena beliau orang tua yang melahirkan Mas Hendra. Tapi aku kecewa atas sikap Mas Hendra yang tidak berlaku adil atas pembagian itu.

Yang ku tahu gaji Mas Hendra sebulan adalah 4 juta rupiah sesuai UMR. Namun aku hanya di beri 700 ribu rupiah yang tadinya 1 juta oleh Mas Hendra. Jatah bulanan ku di potong 50 ribu setiap bulannya. Alasannya selalu karena kebutuhan kami tidak banyak, hanya makan bertiga saja.

Mas Hendra mengatakan, kalau uang 1 juta dari gajinya berikan kepada ibu mertua, dan satu lagi ia berikan untuk Nilam yang masih kuliah untuk biaya sekolahnya. Lalu Mas Hendra sendiri memegang sisanya.

Padahal ada mbak Tatik yang suaminya seorang PNS. Apa dia tidak bisa bantu sedikit biaya sekolah Nilam? Kenapa semua biaya harus di tanggung oleh Mas Hendra? Kembali hatiku sakit mengingat mereka semua. Aku kecewa pada Mas Hendra dan keluarganya.

"Cepat bersihkan rumah ku! Jangan banyak alesan kamu, dasar pemalas!"

Ibu mertua menatap sinis kepadaku. Lalu berlenggang pergi meninggalkan rumah ku setelah puas mengeluarkan isi hatinya.

Dan lagi aku hanya bisa menahan sesak di dada, sakit hati atas semua ucapan ibu mertua.

Aku menemui Diah, anakku itu kembali tertidur setelah makanan dan minumannya habis. Kurasa kembali suhu tubuhnya di kening. Benar-benar tidak panas lagi. Syukurlah...

Ku balurkan lagi parutan bawang dan daun kembang sepatu pada punggung dan kepala Diah. Memastikan anakku tertidur dengan nyaman, baru lah aku pergi kerumah ibu mertua dan hanya merapatkan pintu rumah saja.

Tidak banyak perabot dalam rumahku. Hanya kursi kayu tua dan lemari usang yang terpanjang di ruang tamu. Meja makan seadanya serta rak piring saja yang ada di dapur, beserta kompor tentunya.

Aku melangkah menuju rumah ibu mertua. Aku harus segera membereskan pekerjaan disana dan segera pulang ke rumah ku untuk merawat Diah lagi.

"Assalamualaikum..."

Ku ucapkan salam di depan pintu sebelum masuk ke rumah ibu mertua. Sepertinya Mas Hendra sudah berangkat kerja karena motornya sudah tidak ada lagi di halaman ini.

Ada Nilam yang sedang duduk menonton televisi. Ia cuek tidak menoleh apalagi menjawab salamku meski aku kakak iparnya. Ku abaikan saja dia karena aku pun ingin segera menyelesaikan pekerjaanku.

Sebaiknya aku mulai mencuci pakaian saja, karena sepertinya ibu mertua baru akan mulai memasak di dapur. Tentunya setelah masak, aku juga yang akan membereskan semua. Jangan harap anak bungsu alias adik Mas Hendra itu turut membantuku. Yang ada aku malah di minta ganti rugi karena kuku lancipnya yang mirip vampir itu patah karena mencuci piring seperti dulu.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Yani Suryani

Yani Suryani

uang 💸 700rb dibilang banyak bisa makan pakai ayam, emang mulut mertua perlu ditabok malaikat biar perot gak bisa ngomong
udah dimaki masih aja mau beberes 🏠 mertua , tinggal jawab aja emang ibu mau gaji aku kalau beberes mending jadi pembantu dirumah orang, kalau suami marah minta cerai bagus malah bisa hidup berdua sama anak,gaji suami 4jt cuma dikasih 700 kalau istri tidak ridho maka bakalan berimbas pada rezeki suami

2024-05-13

0

Marlyne Lia Lyne

Marlyne Lia Lyne

kok gk sadar ya di jadikan pembantu di rmh mertua... cm di ancam takut jd istri durhaka takut.. agamanya jg si nilam cetek ya.. mana ada istri durhaka mnt uang buat berobat anknya yg ada suami durhaka yg lupa tanggung jawab sm istri ank jg. dan mertua durhaka.. gk perlu atakut di ancam takut di bng istri durhaka.. buat dg nilam tegas kok di jadikan pembangunan tu gk sadar ya..

2024-05-12

0

Susanty

Susanty

kalo aku jadi lasti ku sianida keluarga Hendra kupret🤭🤣🤣 gemes kali ngliat orang kok sifatnya nauzubillah 😡

2024-05-16

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Anak Sakit
2 Bab 2. Tukang Ngadu
3 Bab 3. Tukang Cuci
4 Bab 4. Status
5 Bab 5. Berkurang Lagi
6 Bab 6. Pembantu
7 Bab 7. Kompor
8 Bab 8. Boneka 1
9 Bab 9. Boneka 2
10 Bab 10. Makanan
11 Bab 11. Bertemu Wanita Lain
12 Bab 12. Selalu Salah
13 Bab 13. Mendapat Kabar
14 Bab 14. Bujuk Rayu Wawan
15 Bab 15. Surat
16 Bab 16. Pulang Kampung
17 Bab 17. Pura-pura Sakit
18 Bab 18. Mendadak Kaya
19 Bab 19. Rencana Menikah Lagi
20 Bab 20. Rencana Pulang
21 Bab 21. Perjalanan
22 Bab 22. Mencari Hendra
23 Bab 23. Pembohong
24 Bab 24. Tinggal Bersama
25 Bab 25. Pembalas Di Mulai
26 Bab 26. Tidak Mau Menurut Lagi
27 Bab 27. Nilam Jatuh
28 Bab 28. Nilam Keguguran
29 Bab 29. Sepupu Jauh
30 Bab 30. Ngambek
31 Bab 31. Seatap Dengan Madu
32 Bab 32. Melihat Properti
33 Bab 33. Perawatan Diri
34 Bab 34. Berkelit
35 Bab 35. Kembali Ke Rumah
36 Bab 36. Gertakan Sambal Lastri
37 Bab 37. Bertengkar
38 Bab 38. Rahasia
39 Bab 39. Murka
40 Bab 40. Jatuh Talak
41 Bab 41. Ratu Baru
42 Bab 42. Tamu Di Pagi Hari
43 Bab 43. Konsultasi Pengacara
44 Bab 44. Jalan - Jalan
45 Bab 45. Surat Gugatan
46 Bab 46. Sidang Mediasi
47 Bab 47. Nguber Lastri
48 Bab 48. Debat Sidang
49 Bab 49. Ribut
50 Bab 50. Hidup Hemat
51 Bab 51. Membeli Tanah Baru
52 Bab 52. Gelut Mulut
53 Bab 53. Wawan Dan Nilam
54 Bab 54. Bu Ida Jatuh Sakit
55 Bab 55. Bagi Tugas
56 Bab 56. Terbongkar
57 Bab 57. Antara Tatik Dan Nilam
58 Bab 58. Praha Rumah Tangga
59 Bab 59. Menjenguk Mantan Mertua
60 Bab 60. Pertemuan
61 Bab 61. Keinginan Indri Gagal
62 Bab 62. Laporan
63 Bab 63. Ketar Ketir
64 Bab 64. Pendekatan
65 Bab 65. Calon Keluarga Kecil
66 Bab 66. Dua Duka
67 Bab 67. Pulang Ke Desa
68 Bab 68. Sama-sama Susah
69 Bab 69. Menjadi Mahasiswa
70 Bab 70. Teman Baru
71 Bab 71. Di Curigai
72 Bab 72. Di Suruh Nikah Paksa
73 Bab 73. Di Pinang Juragan Tanah
74 Bab 74. Kedatangan Fahri
75 Bab 75. Fahri DiTabrak
76 Bab 76. Sah Jadi Nyonya Tersayang
77 Bab 77. Info Tentang Lastri
78 Bab 78. Di Serang Para Isteri
79 Bab 79. Aku Tidak Mencintaimu Lagi
80 Bab 80. Mengejar Lastri
81 Bab 81. Diah Menolak
82 Bab 82. Jawaban
83 Bab 83. Berita Lamaran
84 Bab 84. Bertemu Indri
85 Bab 85. Teguhkan Hati
86 Bab 86. Panik
87 Bab 87. Masuk Bui
88 Bab 88. Bertunangan
89 Bab 89. Di Bawa Hendra
90 Bab 90. Tidak Semudah Itu
91 Bab 91. Kaum Patah Hati
92 Bab 92. Menikah
93 Bab 93. Kembali Ke Kampus
94 Bab 94. Nilam Di Hajar Para Isteri
95 Bab 95. Menyambung Silahturahmi Yang Terputus
96 Bab 96. Kurang Adonan
97 Bab 97..Kabar Bahagia
98 Bab 98. Suami Siaga
99 Bab 99. Bagi Warisan
100 Bab 100. Jual Rumah
101 Bab 101. Tamu Tak Diundang
102 Bab 102. Menolak Rujuk
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Bab 1. Anak Sakit
2
Bab 2. Tukang Ngadu
3
Bab 3. Tukang Cuci
4
Bab 4. Status
5
Bab 5. Berkurang Lagi
6
Bab 6. Pembantu
7
Bab 7. Kompor
8
Bab 8. Boneka 1
9
Bab 9. Boneka 2
10
Bab 10. Makanan
11
Bab 11. Bertemu Wanita Lain
12
Bab 12. Selalu Salah
13
Bab 13. Mendapat Kabar
14
Bab 14. Bujuk Rayu Wawan
15
Bab 15. Surat
16
Bab 16. Pulang Kampung
17
Bab 17. Pura-pura Sakit
18
Bab 18. Mendadak Kaya
19
Bab 19. Rencana Menikah Lagi
20
Bab 20. Rencana Pulang
21
Bab 21. Perjalanan
22
Bab 22. Mencari Hendra
23
Bab 23. Pembohong
24
Bab 24. Tinggal Bersama
25
Bab 25. Pembalas Di Mulai
26
Bab 26. Tidak Mau Menurut Lagi
27
Bab 27. Nilam Jatuh
28
Bab 28. Nilam Keguguran
29
Bab 29. Sepupu Jauh
30
Bab 30. Ngambek
31
Bab 31. Seatap Dengan Madu
32
Bab 32. Melihat Properti
33
Bab 33. Perawatan Diri
34
Bab 34. Berkelit
35
Bab 35. Kembali Ke Rumah
36
Bab 36. Gertakan Sambal Lastri
37
Bab 37. Bertengkar
38
Bab 38. Rahasia
39
Bab 39. Murka
40
Bab 40. Jatuh Talak
41
Bab 41. Ratu Baru
42
Bab 42. Tamu Di Pagi Hari
43
Bab 43. Konsultasi Pengacara
44
Bab 44. Jalan - Jalan
45
Bab 45. Surat Gugatan
46
Bab 46. Sidang Mediasi
47
Bab 47. Nguber Lastri
48
Bab 48. Debat Sidang
49
Bab 49. Ribut
50
Bab 50. Hidup Hemat
51
Bab 51. Membeli Tanah Baru
52
Bab 52. Gelut Mulut
53
Bab 53. Wawan Dan Nilam
54
Bab 54. Bu Ida Jatuh Sakit
55
Bab 55. Bagi Tugas
56
Bab 56. Terbongkar
57
Bab 57. Antara Tatik Dan Nilam
58
Bab 58. Praha Rumah Tangga
59
Bab 59. Menjenguk Mantan Mertua
60
Bab 60. Pertemuan
61
Bab 61. Keinginan Indri Gagal
62
Bab 62. Laporan
63
Bab 63. Ketar Ketir
64
Bab 64. Pendekatan
65
Bab 65. Calon Keluarga Kecil
66
Bab 66. Dua Duka
67
Bab 67. Pulang Ke Desa
68
Bab 68. Sama-sama Susah
69
Bab 69. Menjadi Mahasiswa
70
Bab 70. Teman Baru
71
Bab 71. Di Curigai
72
Bab 72. Di Suruh Nikah Paksa
73
Bab 73. Di Pinang Juragan Tanah
74
Bab 74. Kedatangan Fahri
75
Bab 75. Fahri DiTabrak
76
Bab 76. Sah Jadi Nyonya Tersayang
77
Bab 77. Info Tentang Lastri
78
Bab 78. Di Serang Para Isteri
79
Bab 79. Aku Tidak Mencintaimu Lagi
80
Bab 80. Mengejar Lastri
81
Bab 81. Diah Menolak
82
Bab 82. Jawaban
83
Bab 83. Berita Lamaran
84
Bab 84. Bertemu Indri
85
Bab 85. Teguhkan Hati
86
Bab 86. Panik
87
Bab 87. Masuk Bui
88
Bab 88. Bertunangan
89
Bab 89. Di Bawa Hendra
90
Bab 90. Tidak Semudah Itu
91
Bab 91. Kaum Patah Hati
92
Bab 92. Menikah
93
Bab 93. Kembali Ke Kampus
94
Bab 94. Nilam Di Hajar Para Isteri
95
Bab 95. Menyambung Silahturahmi Yang Terputus
96
Bab 96. Kurang Adonan
97
Bab 97..Kabar Bahagia
98
Bab 98. Suami Siaga
99
Bab 99. Bagi Warisan
100
Bab 100. Jual Rumah
101
Bab 101. Tamu Tak Diundang
102
Bab 102. Menolak Rujuk

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!