Bab 13. Mendapat Kabar

Bab 13. Mendapat Kabar

POV Author

Lastri menghempaskan bobot tubuhnya di atas tempat tidur. Ia merasa lelah karena hari itu harus mengulang beberapa pekerjaan yang sama.

Mbak Tatik benar-benar sengaja mengerjai aku. Kakak Mas Hendra itu sepertinya tidak ada kerjaan lain selain mengompori Ibu mertua. Rasanya aku ingin membalas kelakuan mereka. Tapi jika aku balas, yang ada aku semakin tersiksa setelahnya, batin Lastri mengeluh.

Ia teringat dulu saat dirinya membalas mereka dengan kata-kata balasan. Tapi yang ada malah sebaliknya, ia di marah habis-habisan oleh Hendra dan bahkan di buat kelaparan meski tengah hamil besar.

Tidak ada kepedulian Hendra terhadap Lastri jika istrinya itu yang mengadu kepadanya. Tapi kali ini entah kenapa Lastri ingin sekali membuat pelajaran untuk mereka. Lastri berencana untuk pura-pura sakit agar mereka tidak menyuruh-nyuruhnya lagi.

***

Keesokan harinya.

Lastri menjalankan rencana yang ia buat kemarin. Kebetulan hari itu adalah hari minggu, Diah libur jadi ia tidak perlu terlihat sehat mengantarkan anaknya ke sekolah.

"Mas kenapa hari ini berpakaian rapi?" Tanya Lastri bingung.

Lastri pura-pura terbaring lemah di ranjang agar Hendra juga melihatnya yang sedang sakit. Tapi dirinya malah di buat heran oleh suaminya ini. Biasanya Hendra akan berpakaian santai dan seharian akan berada di rumah ibunya. Tetapi di pagi ini, Hendra sudah rapi dan bersiap akan pergi.

Apakah Mas Hendra akan jalan-jalan dengan mobil barunya tanpa mengajak kami lagi? Batin Lastri bertanya-tanya.

"Ada urusan kantor." Jawab Hendra sambil merapikan kemejanya.

Lastri masih terus memandangi suaminya yang sedang memunggunginya sambil bercermin. Tiba-tiba saja Hendra berpaling dan menatap Lastri.

"Aku sedang di promosikan naik jabatan. Tapi mungkin jika aku naik jabatan, aku akan di tugaskan dinas ke luar kota."

Apa yang di sampaikan Hendra merupakan kabar baik, sekaligus kabar buruk untuk Lastri. Kabar baiknya, itu merupakan kesuksesan suaminya dalam bekerja. Sudah pasti gajinya akan naik dan kehidupan mereka semakin tercukupi.

Tetapi Lastri merasa kabar buruk yang diterima akan lebih banyak dari kabar baiknya. Lastri berasumsi, jika gaji Hendra naik pun, belum tentu Hendra akan memberikan nafkah yang pantas untuknya dan Diah. Bisa saja gajinya itu semakin di grogoti oleh keluarganya. Lalu Hendra harus jauh darinya. Walau pun Hendra tidak memperlakukannya layaknya seorang istri, tapi tetap saja, Lastri selalu menunggunya setiap pulang kerja, dan merasa kehilangan jika tidak melihatnya. Dengan kata lainya, Lastri mengharapkan suaminya dan pernah jatuh cinta di awal pernikahannya. Itulah isi hati Lastri.

Karena perincian pembagian gaji sudah pernah Hendra jelaskan padanya, dari situ Lastri bisa tahu mereka menikmati hasil keringat Hendra melebihi dari apa yang Lastri nikmati sebagai istrinya.

Lastri terdiam, tidak bisa menanggapi ucapan Hendra. Kepalanya di penuhi pikiran-pikiran yang bisa saja akan terjadi ke depannya.

"Apa tidak bisa minta di tugaskan di sini saja Mas?"

"Ya sama saja aku tidak naik jabatan dong Lastri. Nanti aku minta tanda tanganmu sebagai persetujuan aku naik jabatan dan di pindahkan ke luar kota."

Lastri menghela napas berat. Mau protes pun pasti akan percuma bukan?!

"Baiklah Mas."

Hendra tersenyum pada Lastri, dan mengelus pucuk kepalanya. Lagi-lagi Lastri berdebar karena perlakuan kecil yang manis itu.

"Aku pergi ya, jaga rumah baik-baik dan juga jangan lupa bantulah ibuku." Pinta Hendra sambil memakai sepatunya.

"Tapi hari ini aku kurang enak badan Mas." Bohong Lastri.

"Kerjakan saja semampumu. Kalau memang tidak bisa, nanti akan aku katakan kada ibu kalau kamu sakit."

"Baik Mas."

"Sudah, aku pergi dulu."

Hendra pun berlalu dengan sepeda motornya. Lastri sempat mengintip untuk melihat apakah Hendra singgah seperti biasanya ke rumah ibu mertuanya. Nyatanya Hendra tidak singgah ke rumah ibunya.

Mas Hendra sepertinya benar-benar pergi urusan kantor dan bukan jalan-jalan dengan keluarganya seperti dugaanku, batin Lastri.

Lastri menghela napas kembali. Ia pun menutup pintu rapat-rapat dan menguncinya, lalu ke kamar Diah dan bermain dengan anaknya.

Biar saja pakaian kotor yang tidak banyak menumpuk dulu di belakang sana. Yang penting anakku sudah makan, rumah sudah rapi dan bersih sejak subuh sebelum suamiku bangun. Aku ingin menikmati waktu istirahat hari ini, batin Lastri.

"Triiing....! Triiing...!"

Dering telpon mengalihkan perhatiannya ketika sedang menemani Diah bermain.

Ia pun melihat nama yang tertera disana dan ternyata ada nama ibunya yang melakukan panggilan. Ia pun segera mengangkat panggilan telpon itu.

"Assalamualaikum, Bu..."

"Waalaikumsalam, apa kabar mu Lastri?"

"Alhamdulillah Lastri sehat Ibu. Diah juga sehat. Ibu dan Bapak disana bagaimana?"

"Alhamdulillah, Ibu sehat Las. Cuma Bapak mu ini lagi sakit."

Lastri terkejut mendengar berita yang di sampaikan oleh ibunya.

"Loh, Bapak sakit?! Sakit apa Bu?"

"Bapak mu sakit keras Las. Ibu di minta Bapak buat ngasi tahu kamu. Bapak pengen kamu pulang kesini dengan Diah. Sudah lama toh, kalian tidak pulang."

Benar sudah lama aku tidak pulang. Hampir setahun yang lalu. Dan rencananya aku akan pulang lebaran nanti, seperti tahun-tahun sebelumnya, batin Lastri.

"Sebentar lagi bulan puasa. Setelah itu seperti biasa, Lastri dan Diah akan pulang ke rumah Bapak dan Ibu."

"Bapak mu tidak mau menunggu saat itu juga Las. Apa kamu tidak bisa berbicara dengan suami mu? Minta untuk pulang kampung besok atau lusa?"

"Secepat itu Bu?"

"Iya Las. Bapakmu maksa..."

"Baiklah Bu. Nanti akan Lastri coba bicarakan sama Mas Hendra."

"Iya Las. Ibu tunggu kabar baiknya ya. Ibu sudahi dulu, mau ngurus Bapak mu pengen makan buah-buahan seger katanya."

"Iya Bu. Secepatnya akan Lastri kabari."

"Ya sudah. Ibu tutup ya? Assalamualaikum..."

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh..."

"Kira-kira Mas Hendra mau tidak ya, mengantar kami pulang ke kampung?" Gumam Lastri pada angin.

"Ibu bicara pada siapa?" Tanya Diah dengan polosnya yang sedari tadi rupanya memperhatikan ibunya sambil bermain.

"Tidak bicara sama siapa-siapa sayang, ibu lagi kepikiran sesuatu saja."

"Ooohh..."

Karena tidak terlalu mengerti, Diah pun bermain lagi.

Sebaiknya aku usaha dulu berbicara dengan Mas Hendra. Semoga saja Mas Hendra tidak marah atas permintaan ini, batin Lastri.

"Kita main apa lagi sayang?" Tanya Lastri meneruskan permainan mereka.

"Ibu jadi pembeli ya, Diah jadi penjual." Kata Diah polos mengajak ibunya bermain dagang-dagangan.

"Siap Bu..." Jawab Lastri menandai anaknya.

Diah terkekeh geli. Merasa lucu dirinya di panggil ibu sedangkan ia masih kecil.

Mereka pun main dagang-dagang seperti yang Diah inginkan. Lastri pun menggunakan kesempatan bermain itu sembari mengajarkan anaknya tentang matematika, lebih tepatnya soal pengurangan dengan angka kecil-kecil yang lebih mudah.

"Berapa ini Bu...?"

"Seribu saja."

"Ini uang dua ribu. Jadi kembaliannya berapa ya Bu?"

Diah pun mengikut Lastri dengan mengeluarkan jarinya. Dua buah jari ia keluarkan, lalu satu jari di bengkokkan ke bawah, tinggal lah satu jari yang tersisa.

"Sisa berapa ya?" Tanya Lastri pura-pura tidak tahu.

"Satu Bu..." Jawab Diah semangat.

"Jadi dua ribu di kurang seribu sisa..."

"Seribu! Ini Bu..., kembaliannya."

"Terimakasih Bu..."

"Sama-sama..."

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Elok Pratiwi

Elok Pratiwi

kok ada seneng nya penulis bikin cerita pemeran wanita utama nya mengenaskan ... tidak adakah karakter pemeran utama wanita nya lebih baik mandiri smart tdk lemah ...

2024-05-03

1

𝑆𝐴𝑇𝑟𝑖𝑜

𝑆𝐴𝑇𝑟𝑖𝑜

dah, pulang aj k rumah org tua, nggk usah balik ke rmh itu lagi tapi./Facepalm//Facepalm/

2024-04-22

1

❤️⃟Wᵃf༓☾αɱҽʅ lí́α☽༓・

❤️⃟Wᵃf༓☾αɱҽʅ lí́α☽༓・

mending keluar aja dr tempat itu dr pd batin tersiksa

2024-05-09

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Anak Sakit
2 Bab 2. Tukang Ngadu
3 Bab 3. Tukang Cuci
4 Bab 4. Status
5 Bab 5. Berkurang Lagi
6 Bab 6. Pembantu
7 Bab 7. Kompor
8 Bab 8. Boneka 1
9 Bab 9. Boneka 2
10 Bab 10. Makanan
11 Bab 11. Bertemu Wanita Lain
12 Bab 12. Selalu Salah
13 Bab 13. Mendapat Kabar
14 Bab 14. Bujuk Rayu Wawan
15 Bab 15. Surat
16 Bab 16. Pulang Kampung
17 Bab 17. Pura-pura Sakit
18 Bab 18. Mendadak Kaya
19 Bab 19. Rencana Menikah Lagi
20 Bab 20. Rencana Pulang
21 Bab 21. Perjalanan
22 Bab 22. Mencari Hendra
23 Bab 23. Pembohong
24 Bab 24. Tinggal Bersama
25 Bab 25. Pembalas Di Mulai
26 Bab 26. Tidak Mau Menurut Lagi
27 Bab 27. Nilam Jatuh
28 Bab 28. Nilam Keguguran
29 Bab 29. Sepupu Jauh
30 Bab 30. Ngambek
31 Bab 31. Seatap Dengan Madu
32 Bab 32. Melihat Properti
33 Bab 33. Perawatan Diri
34 Bab 34. Berkelit
35 Bab 35. Kembali Ke Rumah
36 Bab 36. Gertakan Sambal Lastri
37 Bab 37. Bertengkar
38 Bab 38. Rahasia
39 Bab 39. Murka
40 Bab 40. Jatuh Talak
41 Bab 41. Ratu Baru
42 Bab 42. Tamu Di Pagi Hari
43 Bab 43. Konsultasi Pengacara
44 Bab 44. Jalan - Jalan
45 Bab 45. Surat Gugatan
46 Bab 46. Sidang Mediasi
47 Bab 47. Nguber Lastri
48 Bab 48. Debat Sidang
49 Bab 49. Ribut
50 Bab 50. Hidup Hemat
51 Bab 51. Membeli Tanah Baru
52 Bab 52. Gelut Mulut
53 Bab 53. Wawan Dan Nilam
54 Bab 54. Bu Ida Jatuh Sakit
55 Bab 55. Bagi Tugas
56 Bab 56. Terbongkar
57 Bab 57. Antara Tatik Dan Nilam
58 Bab 58. Praha Rumah Tangga
59 Bab 59. Menjenguk Mantan Mertua
60 Bab 60. Pertemuan
61 Bab 61. Keinginan Indri Gagal
62 Bab 62. Laporan
63 Bab 63. Ketar Ketir
64 Bab 64. Pendekatan
65 Bab 65. Calon Keluarga Kecil
66 Bab 66. Dua Duka
67 Bab 67. Pulang Ke Desa
68 Bab 68. Sama-sama Susah
69 Bab 69. Menjadi Mahasiswa
70 Bab 70. Teman Baru
71 Bab 71. Di Curigai
72 Bab 72. Di Suruh Nikah Paksa
73 Bab 73. Di Pinang Juragan Tanah
74 Bab 74. Kedatangan Fahri
75 Bab 75. Fahri DiTabrak
76 Bab 76. Sah Jadi Nyonya Tersayang
77 Bab 77. Info Tentang Lastri
78 Bab 78. Di Serang Para Isteri
79 Bab 79. Aku Tidak Mencintaimu Lagi
80 Bab 80. Mengejar Lastri
81 Bab 81. Diah Menolak
82 Bab 82. Jawaban
83 Bab 83. Berita Lamaran
84 Bab 84. Bertemu Indri
85 Bab 85. Teguhkan Hati
86 Bab 86. Panik
87 Bab 87. Masuk Bui
88 Bab 88. Bertunangan
89 Bab 89. Di Bawa Hendra
90 Bab 90. Tidak Semudah Itu
91 Bab 91. Kaum Patah Hati
92 Bab 92. Menikah
93 Bab 93. Kembali Ke Kampus
94 Bab 94. Nilam Di Hajar Para Isteri
95 Bab 95. Menyambung Silahturahmi Yang Terputus
96 Bab 96. Kurang Adonan
97 Bab 97..Kabar Bahagia
98 Bab 98. Suami Siaga
99 Bab 99. Bagi Warisan
100 Bab 100. Jual Rumah
101 Bab 101. Tamu Tak Diundang
102 Bab 102. Menolak Rujuk
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Bab 1. Anak Sakit
2
Bab 2. Tukang Ngadu
3
Bab 3. Tukang Cuci
4
Bab 4. Status
5
Bab 5. Berkurang Lagi
6
Bab 6. Pembantu
7
Bab 7. Kompor
8
Bab 8. Boneka 1
9
Bab 9. Boneka 2
10
Bab 10. Makanan
11
Bab 11. Bertemu Wanita Lain
12
Bab 12. Selalu Salah
13
Bab 13. Mendapat Kabar
14
Bab 14. Bujuk Rayu Wawan
15
Bab 15. Surat
16
Bab 16. Pulang Kampung
17
Bab 17. Pura-pura Sakit
18
Bab 18. Mendadak Kaya
19
Bab 19. Rencana Menikah Lagi
20
Bab 20. Rencana Pulang
21
Bab 21. Perjalanan
22
Bab 22. Mencari Hendra
23
Bab 23. Pembohong
24
Bab 24. Tinggal Bersama
25
Bab 25. Pembalas Di Mulai
26
Bab 26. Tidak Mau Menurut Lagi
27
Bab 27. Nilam Jatuh
28
Bab 28. Nilam Keguguran
29
Bab 29. Sepupu Jauh
30
Bab 30. Ngambek
31
Bab 31. Seatap Dengan Madu
32
Bab 32. Melihat Properti
33
Bab 33. Perawatan Diri
34
Bab 34. Berkelit
35
Bab 35. Kembali Ke Rumah
36
Bab 36. Gertakan Sambal Lastri
37
Bab 37. Bertengkar
38
Bab 38. Rahasia
39
Bab 39. Murka
40
Bab 40. Jatuh Talak
41
Bab 41. Ratu Baru
42
Bab 42. Tamu Di Pagi Hari
43
Bab 43. Konsultasi Pengacara
44
Bab 44. Jalan - Jalan
45
Bab 45. Surat Gugatan
46
Bab 46. Sidang Mediasi
47
Bab 47. Nguber Lastri
48
Bab 48. Debat Sidang
49
Bab 49. Ribut
50
Bab 50. Hidup Hemat
51
Bab 51. Membeli Tanah Baru
52
Bab 52. Gelut Mulut
53
Bab 53. Wawan Dan Nilam
54
Bab 54. Bu Ida Jatuh Sakit
55
Bab 55. Bagi Tugas
56
Bab 56. Terbongkar
57
Bab 57. Antara Tatik Dan Nilam
58
Bab 58. Praha Rumah Tangga
59
Bab 59. Menjenguk Mantan Mertua
60
Bab 60. Pertemuan
61
Bab 61. Keinginan Indri Gagal
62
Bab 62. Laporan
63
Bab 63. Ketar Ketir
64
Bab 64. Pendekatan
65
Bab 65. Calon Keluarga Kecil
66
Bab 66. Dua Duka
67
Bab 67. Pulang Ke Desa
68
Bab 68. Sama-sama Susah
69
Bab 69. Menjadi Mahasiswa
70
Bab 70. Teman Baru
71
Bab 71. Di Curigai
72
Bab 72. Di Suruh Nikah Paksa
73
Bab 73. Di Pinang Juragan Tanah
74
Bab 74. Kedatangan Fahri
75
Bab 75. Fahri DiTabrak
76
Bab 76. Sah Jadi Nyonya Tersayang
77
Bab 77. Info Tentang Lastri
78
Bab 78. Di Serang Para Isteri
79
Bab 79. Aku Tidak Mencintaimu Lagi
80
Bab 80. Mengejar Lastri
81
Bab 81. Diah Menolak
82
Bab 82. Jawaban
83
Bab 83. Berita Lamaran
84
Bab 84. Bertemu Indri
85
Bab 85. Teguhkan Hati
86
Bab 86. Panik
87
Bab 87. Masuk Bui
88
Bab 88. Bertunangan
89
Bab 89. Di Bawa Hendra
90
Bab 90. Tidak Semudah Itu
91
Bab 91. Kaum Patah Hati
92
Bab 92. Menikah
93
Bab 93. Kembali Ke Kampus
94
Bab 94. Nilam Di Hajar Para Isteri
95
Bab 95. Menyambung Silahturahmi Yang Terputus
96
Bab 96. Kurang Adonan
97
Bab 97..Kabar Bahagia
98
Bab 98. Suami Siaga
99
Bab 99. Bagi Warisan
100
Bab 100. Jual Rumah
101
Bab 101. Tamu Tak Diundang
102
Bab 102. Menolak Rujuk

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!