Bab 3. Tukang Cuci

Bab 3. Tukang Cuci

POV Lastri

Diah baru saja turun suhu badannya. Aku pun meninggalkannya pergi ke rumah ibu mertua untuk membereskan pekerjaan rumah disana. Sampai disana ku lihat Nilam sedang bersantai ria menonton televisi, sedangkan ibu mertua mulai sibuk memasak di dapur.

"Bu, aku nyuci pakaian dulu." Kataku yang tidak di jawab oleh ibu mertua, hanya lirikan tidak suka saja yang ia perlihatkan melihat kehadiranku.

Sebenarnya apa yang mereka inginkan dari ku. Kehadiranku tidak mereka sukai tapi mereka menyuruhku membantu mereka untuk meringankan pekerjaan rumah.

Lagi-lagi aku menelan kepahitan dalam keluarga suamiku. Sedih tidak pernah di hargai oleh mereka. Meski aku membantu semua pekerjaan mereka, bahkan sedikit pun mereka tidak pernah menawarkan apa-apa padaku. Jangankan makan, minum pun tidak. Tidak padaku juga tidak pada Diah anakku. Hatiku sakit...

Bukan aku mengharapkan iba dari mereka. Tapi setidaknya mereka mengakui keberadaan ku dan Diah dalam keluarga mereka. Tapi sepertinya aku hanyalah orang asing dan mungkin mereka anggap sebagai pembantu saja.

Tuhan, tolong beri aku kesabaran yang lebih untuk menghadapi keluarga ini. Beri aku kekuatan untuk bertahan atas sikap mereka padaku. Aku hanya berserah padaMu dan memohon padaMu.

Aku melangkah menuju belakang rumah untuk mencuci pakaian disana. Di rumah ibu mertua memang memiliki pelantaran dengan lantai yang hanya di semen saja. Dan di sanalah aku mencuci, dengan kran air yang tersedia disana.

"Astagfirullah..." Gumamku lirih melihat tumpukan pakaian kotor yang menggunung disana.

Rasanya baru kemarin aku juga mencuci dengan tumpukan yang sama banyak. Tapi kenapa hari ini pakaian kotor itu tetap sama banyaknya. Seharusnya aku hanya mencuci seperempat saja dari jumlah itu, pikirku.

Keruyuuk...

Perutku berbunyi lagi. Sebelum aku semakin tidak bertenaga karena lapar, sebaiknya aku segera menyelesaikan pekerjaanku lalu kewarung untuk membeli sekilo beras dari sisa uang yang masih ada. Bisa buat ku makan dengan Diah sampai esok hari, pikirku.

Aku mulai meredam pakaian dan memberinya sabun. Disini ada mesin cuci. Tetapi ibu mertua menyuruhku mencuci pakai tangan saja. Karena jika pakai mesin kurang bersih, katanya.

Satu persatu baju aku pilah dan ku pilih. Untuk berwarna putih aku rendam di bak tersendiri. Namun...

"Apa ini? Kok ada baju Dion dan Marla?"

Ku bongkar lagi tumpukan pakan kotor itu. Ternyata selain baju ibu mertua juga Nilam, ada baju mbak Tatik dan Mas Wawan beserta anak-anak mereka.

Keterlaluan mbak Tatik. Bahkan pakaian dia dan keluarganya harus aku yang mencucinya. Ini tidak bisa di biarkan. Aku hanya mencuci pakaian ibu dan Nilam saja di rumah ini, tidak pakaiannya beserta suami dan anaknya. Apa ini? Bahkan ada juga pakaian dalam mereka. Mbak Tatik bener-bener keterlaluan!

"Bu, ibu..."

Aku menghampiri ibu mertua dan memanggilnya yang tengah asik memotong bawang.

"Apa sih kamu Las?!"

"Kenapa pakaian mbak Tatik dan Mas Wawan juga Dion dan Marla ada di tumpukan baju kotor Bu?"

"Kenapa? Kamu protes?! Tatik sibuk, tidak sempat mencuci beberapa hari ini. Kamu tinggal cuci saja apa susahnya sih?!"

"Tapi Bu, itu banyak."

"Halah, kemarin kamu bisa mengerjakan sebanyak itu. Kenapa sekarang kamu protes?! Sudah kerjakan saja sana! Mengerjakan sesuatu itu harus ikhlas. Apa kamu tidak pernah di ajari orang tuamu berbuat baik pada keluarga?!"

Nyut.

Kali ini hatiku benar-benar sakit oleh ucapan ibu mertua. Bahkan sakitnya berkali kali lipat dari biasanya. Begitu lancarnya mulut ibu mertua menjelek-jelekan orang tuaku di kampung. Mengatakan kalau aku tidak pernah di ajari orang tua ku akan kebaikan.

Mataku berembun. Kenapa ibu mertua bisa berkata seperti itu sedangkan orang tuaku tidak pernah sekalipun berkata buruk terhadap Mas Hendra dan keluarganya. Orang tuaku pun tidak pernah tahu kehidupan macam apa yang di jalani putrinya disini. Namun mereka tetap menyambut baik kedatangan Mas Hendra yang mengantarkan ku pulang kampung setahun sekali di setiap momen lebaran.

Perih, hati ku sungguh perih.

Aku tidak lagi bersuara. Takut kalau aku terus protes, pasti Ayah dan ibuku akan lebih di jelekkan lagi oleh ibu mertua. Aku tidak mau itu.

Ku usap air mata di sudut kelopakku. Lalu perlahan aku mulai mencuci agar bisa segera pulang dan merawat putri ku.

***

"Nenek!!"

"Nenek!!"

"Eh, Dion, Marla, cucu nenek. Datang sama siapa?"

"Sama Mama, Nek. Wah Nenek masak ayam. Aku mau makan ayam!"

"Aku mau juga Nek. Ayamnya dua ya!"

"Iya, ini opor ayam Nenek masak buat kalian, cucu kesayangan Nenek."

"Bu apa Lastri sudah datang?"

"Sudah, lagi nyuci di belakang."

"Baguslah, aku juga bawa lagi baju kotor biar sekalian saja."

Sayup sayup ku dengar derap langkah seseorang menghampiri ku.

"Hei, Lastri! Nih tambahan kerja buatmu! Cuci yang bersih, jangan sampai masih ada noda yang tertinggal!"

Aku terkejut atas kedatangan mbak Tatik yang membawa satu kantong besar pakaian kotor miliknya.

"Mbak, aku sudah tidak kuat lagi kalau harus mengerjakan tambahan cucian. Karena setelah ini aku harus membersihkan di dalam rumah lagi. Kenapa pakaian kotor mbak bawa semua kesini?"

"Terserah aku dong mau di bawa kemana! Kamu itu istrinya Hendra. Sudah sewajarnya kamu bantu aku mencucikan semua pakaian kotor ini karena aku, kakaknya Hendra, kakak ipar mu!"

"Aku tahu mbak kakak ipar ku. Tapi bukan tugasku harus mencuci pakaian kalian sekeluarga. Mbak kan istrinya Mas Wawan. Harusnya mbak yang mencuci pakaian suami mbak."

"Heh, jawab aja kamu. Siapa bilang kamu tidak boleh mencuci pakaian ku dan Mas Wawan? Loudry aja dimana-mana nerima cucian milik siapa saja tanpa pandang bulu."

"Itu beda mbak. Yang aku maksud disini tugas mbak sebagai seorang istri dari Mas Wawan."

"Ah, sudah! Sudah! Kalau tidak mau cucikan pakaian ku, bilang saja! Tidak usah berkelit-kelir."

Apa mbak Tatik sedang mengancamku?

"Benar aku keberatan mencucikan pakaian kalian."

Aku mencoba jujur akan keberatanku.

"Ibuuu...!! Ibuuuu...!!"

Mbak Tatik tiba-tiba berteriak manggil ibu mertua. Aku yakin ia pasti akan mengadu tentang keberatan ku mencucikan pakaiannya.

"Ada apa sih Tik kamu teriak-teriak begitu?!"

"Ini nih Bu! Menantu Ibu tidak mau mencucikan pakaian ku!"

Benar saja, mbak Tatik mengadu pada Ibu mertua.

"Hei Lastri! Kamu tidak mau mencucikan pakaian Tatik?"

"Bu, jika itu pakaian Mas Hendra dan Ibu, aku mau mencucinya. Tapi pakaian yang lain, biarlah mereka yang mencuci masing-masing Bu. Bukan kewajibanku melayani mereka. Apalagi mbak Tatik seorang istri. Sudah sewajarnya bila dia yang mencuci sendiri pakaiannya dan milik suaminya, bukan aku."

"Oh, kamu sudah berani membantah sekarang?!"

"Bukan begitu Bu..."

"Bukan begitu, bukan begitu! Lalu apa namanya?! Kamu itu harusnya bersyukur sudah mau di nikahi oleh Hendra, itu juga atas bujukan Tatik. Jadi kalau Tatik menyuruhmu apa saja, tidak sepantasnya kamu menolak!"

Wajah mbak Tatik tampak senang penuh kemenangan.

Aku menahan kesal di dadaku. Jika waktu bisa di putar kembali, aku tidak ingin menikah dengan Mas Hendra. Mengenal keluarga ini hanya menyengsarakan hidupku dan Diah. Toh dulu ada Fahri yang mau menerima ku apa adanya.

Astagfirullahaladzim...

Hatiku benar-benar telah di liputi kebencian sampai-sampai aku memikirkan pria lain. Maafkan hamba mu ini ya Tuhan...

Bersambung...

Tinggalin jejak like atau komen ya, buat naikin popularitas novel ini. Dua-duanya juga boleh banget, terimakasih 🙏🤗

Terpopuler

Comments

CaHayaa TYaaz

CaHayaa TYaaz

ap ad ya orang ky gitu, sepanjang q hidup serewel"y mertua paling ucapnya doang yg nylekit, tpi g sampai jdiin pembantu ky gitu, Lastri ya aj yg terlalu bodoh, sehari 2 hari g masalah, tpi klu nyampe berthn" ya iru namanya bodoh d piara

2024-05-07

1

Nanik Matesih

Nanik Matesih

lastri kamu masih kuat lebih baik pergi cari kerja dpt gaji daripadi jadi tukang cuci gratisan

2024-04-25

1

Shinta Dewiana

Shinta Dewiana

hus jgn lemah dong tinggalin aja tu kerjaan...biarkan aja mereka ber koar2...jg bodoh

2024-04-23

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Anak Sakit
2 Bab 2. Tukang Ngadu
3 Bab 3. Tukang Cuci
4 Bab 4. Status
5 Bab 5. Berkurang Lagi
6 Bab 6. Pembantu
7 Bab 7. Kompor
8 Bab 8. Boneka 1
9 Bab 9. Boneka 2
10 Bab 10. Makanan
11 Bab 11. Bertemu Wanita Lain
12 Bab 12. Selalu Salah
13 Bab 13. Mendapat Kabar
14 Bab 14. Bujuk Rayu Wawan
15 Bab 15. Surat
16 Bab 16. Pulang Kampung
17 Bab 17. Pura-pura Sakit
18 Bab 18. Mendadak Kaya
19 Bab 19. Rencana Menikah Lagi
20 Bab 20. Rencana Pulang
21 Bab 21. Perjalanan
22 Bab 22. Mencari Hendra
23 Bab 23. Pembohong
24 Bab 24. Tinggal Bersama
25 Bab 25. Pembalas Di Mulai
26 Bab 26. Tidak Mau Menurut Lagi
27 Bab 27. Nilam Jatuh
28 Bab 28. Nilam Keguguran
29 Bab 29. Sepupu Jauh
30 Bab 30. Ngambek
31 Bab 31. Seatap Dengan Madu
32 Bab 32. Melihat Properti
33 Bab 33. Perawatan Diri
34 Bab 34. Berkelit
35 Bab 35. Kembali Ke Rumah
36 Bab 36. Gertakan Sambal Lastri
37 Bab 37. Bertengkar
38 Bab 38. Rahasia
39 Bab 39. Murka
40 Bab 40. Jatuh Talak
41 Bab 41. Ratu Baru
42 Bab 42. Tamu Di Pagi Hari
43 Bab 43. Konsultasi Pengacara
44 Bab 44. Jalan - Jalan
45 Bab 45. Surat Gugatan
46 Bab 46. Sidang Mediasi
47 Bab 47. Nguber Lastri
48 Bab 48. Debat Sidang
49 Bab 49. Ribut
50 Bab 50. Hidup Hemat
51 Bab 51. Membeli Tanah Baru
52 Bab 52. Gelut Mulut
53 Bab 53. Wawan Dan Nilam
54 Bab 54. Bu Ida Jatuh Sakit
55 Bab 55. Bagi Tugas
56 Bab 56. Terbongkar
57 Bab 57. Antara Tatik Dan Nilam
58 Bab 58. Praha Rumah Tangga
59 Bab 59. Menjenguk Mantan Mertua
60 Bab 60. Pertemuan
61 Bab 61. Keinginan Indri Gagal
62 Bab 62. Laporan
63 Bab 63. Ketar Ketir
64 Bab 64. Pendekatan
65 Bab 65. Calon Keluarga Kecil
66 Bab 66. Dua Duka
67 Bab 67. Pulang Ke Desa
68 Bab 68. Sama-sama Susah
69 Bab 69. Menjadi Mahasiswa
70 Bab 70. Teman Baru
71 Bab 71. Di Curigai
72 Bab 72. Di Suruh Nikah Paksa
73 Bab 73. Di Pinang Juragan Tanah
74 Bab 74. Kedatangan Fahri
75 Bab 75. Fahri DiTabrak
76 Bab 76. Sah Jadi Nyonya Tersayang
77 Bab 77. Info Tentang Lastri
78 Bab 78. Di Serang Para Isteri
79 Bab 79. Aku Tidak Mencintaimu Lagi
80 Bab 80. Mengejar Lastri
81 Bab 81. Diah Menolak
82 Bab 82. Jawaban
83 Bab 83. Berita Lamaran
84 Bab 84. Bertemu Indri
85 Bab 85. Teguhkan Hati
86 Bab 86. Panik
87 Bab 87. Masuk Bui
88 Bab 88. Bertunangan
89 Bab 89. Di Bawa Hendra
90 Bab 90. Tidak Semudah Itu
91 Bab 91. Kaum Patah Hati
92 Bab 92. Menikah
93 Bab 93. Kembali Ke Kampus
94 Bab 94. Nilam Di Hajar Para Isteri
95 Bab 95. Menyambung Silahturahmi Yang Terputus
96 Bab 96. Kurang Adonan
97 Bab 97..Kabar Bahagia
98 Bab 98. Suami Siaga
99 Bab 99. Bagi Warisan
100 Bab 100. Jual Rumah
101 Bab 101. Tamu Tak Diundang
102 Bab 102. Menolak Rujuk
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Bab 1. Anak Sakit
2
Bab 2. Tukang Ngadu
3
Bab 3. Tukang Cuci
4
Bab 4. Status
5
Bab 5. Berkurang Lagi
6
Bab 6. Pembantu
7
Bab 7. Kompor
8
Bab 8. Boneka 1
9
Bab 9. Boneka 2
10
Bab 10. Makanan
11
Bab 11. Bertemu Wanita Lain
12
Bab 12. Selalu Salah
13
Bab 13. Mendapat Kabar
14
Bab 14. Bujuk Rayu Wawan
15
Bab 15. Surat
16
Bab 16. Pulang Kampung
17
Bab 17. Pura-pura Sakit
18
Bab 18. Mendadak Kaya
19
Bab 19. Rencana Menikah Lagi
20
Bab 20. Rencana Pulang
21
Bab 21. Perjalanan
22
Bab 22. Mencari Hendra
23
Bab 23. Pembohong
24
Bab 24. Tinggal Bersama
25
Bab 25. Pembalas Di Mulai
26
Bab 26. Tidak Mau Menurut Lagi
27
Bab 27. Nilam Jatuh
28
Bab 28. Nilam Keguguran
29
Bab 29. Sepupu Jauh
30
Bab 30. Ngambek
31
Bab 31. Seatap Dengan Madu
32
Bab 32. Melihat Properti
33
Bab 33. Perawatan Diri
34
Bab 34. Berkelit
35
Bab 35. Kembali Ke Rumah
36
Bab 36. Gertakan Sambal Lastri
37
Bab 37. Bertengkar
38
Bab 38. Rahasia
39
Bab 39. Murka
40
Bab 40. Jatuh Talak
41
Bab 41. Ratu Baru
42
Bab 42. Tamu Di Pagi Hari
43
Bab 43. Konsultasi Pengacara
44
Bab 44. Jalan - Jalan
45
Bab 45. Surat Gugatan
46
Bab 46. Sidang Mediasi
47
Bab 47. Nguber Lastri
48
Bab 48. Debat Sidang
49
Bab 49. Ribut
50
Bab 50. Hidup Hemat
51
Bab 51. Membeli Tanah Baru
52
Bab 52. Gelut Mulut
53
Bab 53. Wawan Dan Nilam
54
Bab 54. Bu Ida Jatuh Sakit
55
Bab 55. Bagi Tugas
56
Bab 56. Terbongkar
57
Bab 57. Antara Tatik Dan Nilam
58
Bab 58. Praha Rumah Tangga
59
Bab 59. Menjenguk Mantan Mertua
60
Bab 60. Pertemuan
61
Bab 61. Keinginan Indri Gagal
62
Bab 62. Laporan
63
Bab 63. Ketar Ketir
64
Bab 64. Pendekatan
65
Bab 65. Calon Keluarga Kecil
66
Bab 66. Dua Duka
67
Bab 67. Pulang Ke Desa
68
Bab 68. Sama-sama Susah
69
Bab 69. Menjadi Mahasiswa
70
Bab 70. Teman Baru
71
Bab 71. Di Curigai
72
Bab 72. Di Suruh Nikah Paksa
73
Bab 73. Di Pinang Juragan Tanah
74
Bab 74. Kedatangan Fahri
75
Bab 75. Fahri DiTabrak
76
Bab 76. Sah Jadi Nyonya Tersayang
77
Bab 77. Info Tentang Lastri
78
Bab 78. Di Serang Para Isteri
79
Bab 79. Aku Tidak Mencintaimu Lagi
80
Bab 80. Mengejar Lastri
81
Bab 81. Diah Menolak
82
Bab 82. Jawaban
83
Bab 83. Berita Lamaran
84
Bab 84. Bertemu Indri
85
Bab 85. Teguhkan Hati
86
Bab 86. Panik
87
Bab 87. Masuk Bui
88
Bab 88. Bertunangan
89
Bab 89. Di Bawa Hendra
90
Bab 90. Tidak Semudah Itu
91
Bab 91. Kaum Patah Hati
92
Bab 92. Menikah
93
Bab 93. Kembali Ke Kampus
94
Bab 94. Nilam Di Hajar Para Isteri
95
Bab 95. Menyambung Silahturahmi Yang Terputus
96
Bab 96. Kurang Adonan
97
Bab 97..Kabar Bahagia
98
Bab 98. Suami Siaga
99
Bab 99. Bagi Warisan
100
Bab 100. Jual Rumah
101
Bab 101. Tamu Tak Diundang
102
Bab 102. Menolak Rujuk

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!