Bab 10. Makanan

Bab 10. Makanan

POV Author

Lastri membuang napas berat melihat anaknya menangis sesunggukan yang sudah hampir satu satu jam menangis. Masih tentang boneka yang di ambil oleh neneknya.

Memang bagi kita yang melihat sekilas tentang hal ini itu hanyalah sekedar boneka yang bisa kita ganti dengan boneka yang lain jika hanya untuk bermain. Tapi mungkin tidak bagi Diah yang baru pertama kali menerima hadiah boneka itu dari sang Ayah.

"Mala jahat! Nenek jahat! Huuuwuu...."

Lastri mendekati putrinya yang menangis sambil tertunduk dan menarik-narik ujung bajunya.

"Sayang... Jangan sedih ya. Siapa tahu nanti Ayah belikan lagi boneka buat Diah. Atau kalau Diah mau, Ibu belikan boneka dua buah untuk Diah, mau?"

Diah menggeleng.

"Mau boneka itu... Huuuwuu...."

Sekali lagi Lastri membuang napas berat karena bujukannya tidak berhasil. Lastri pun menatap sendu anaknya.

Kasihan kamu Nak, semoga saja Mas Hendra mau mengambil kembali boneka itu dari Ibu. Aku akan mencoba berbicara dengan Mas Hendra nanti . Sabar sayang..., batin Lastri.

Lastri membelai lembut kepala Diah yang masih terisak tangis walau tidak lagi bersuara. Lalu melihat jam dinding yang menujukan waktu sudah pukul 17.12 sore.

"Diah mandi yuk, sudah sore. Sebentar lagi Ayah pulang." Ajak Lastri.

Mendadak Diah berhenti menangis. Gadis kecil itu mengusap air matanya dengan punggung tangannya. Kemudian melihat ke luar jendela untuk memastikan warna langit yang menunjukan keadaan sore hari.

Diah pun mengangguk.

Lastri menghela napas lega. Diah tidak lagi menangis meski hatinya pasti masih merasa sedih. Setidaknya anaknya itu bukanlah anak yang terkadang ingin permintaannya selalu di turuti. Diah berbeda, anak itu penurut dan terkadang peka dengan keadaan yang ada. Padahal usianya masih kecil.

Lastri pun menuntun anaknya ke kamar mandi. Selagi Diah mandi sendiri, Lastri menyiapkan pakaian tidur untuk Diah.

Hari mulai menjelang malam. Diah sudah duduk rapi dan bersiap untuk makan malam, Hendra pulang sambil membawa boneka yang tentu saja sangat Diah kenali. Seketika senyumnya pun terbit.

"Mas sudah pulang?"

Sapa Lastri melihat Hendra pulang sambil membawa boneka. Lastri yang tadinya ingin berbicara, alih-alih membatalkan karena melihat Diah sudah kembali tersenyum senang.

"Berikan pada Diah. Jangan marah sama mbak Tatik maupun Ibu. Mereka hanya salah paham padamu. Dan Jangan di permasalahkan lagi. Yang penting boneka ini sudah kembali pada Diah." Ujar Hendra menyodorkan boneka itu pada Lastri.

Lastri menerimanya.

"Tapi Mas, ada hal lain yang ingin aku tanyakan."

"Apa lagi Lastri?!"

"Apa Mas meminjamkan motor sama mbak Tatik? Terus Mas ke kantor naik apa?"

"Tatik lagi ada perlu saja hari ini. Jadi Mas kekantor naik ojol. Besok-besok Mas sudah ke kantor naik motor lagi." Kilah Hendra dengan santainya.

Kecurigaan di hati Lastri memudar sedikit. Tetapi Lastri tidak ingin sepenuhnya percaya ucapan Hendra, karena bisa saja Hendra hanya ingin melindungi keluarganya seperti yang suaminya itu lakukan selama ini.

"Sudah, aku lapar! Aku mau keluar nanti malam di ajak teman ngopi. Siapkan makan untukku!" Perintah Hendra.

Lastri tidak membantah karena itu kewajibannya.

"Baik Mas."

Lastri pun menggoreng telur dan menghangatkan sayur asem yang tadi siang ia beli. Kemudian menyajikannya di meja makan.

Hendra sudah tampak rapi kembali, lebih segar dan wangi setelah mandi. Ia langsung duduk di meja makan. Tanpa menanyakan Lastri sudah makan atau belum, Hendra makan dengan lahapnya.

Tidak banyak percakapan yang terjadi diantara pasangan suami istri itu. Memang seperti itu yang terjadi selama ini selama bertahun-tahun. Lastri sudah tidak heran lagi, meski tetap saja kadang kala hatinya sedih bila melihat keluarga orang lain yang hidup rukun dan saling menyayangi.

"Jangan tunggu aku pulang. Tidur saja duluan." Ujar Hendra setelah menghabiskan makanan.

Tanpa mempedulikan Lastri, Hendra pun pergi dengan sepeda motornya.

Lastri menghela napas, dan menutupi pintu rumahnya rapat-rapat. Namun belum jauh langkah kaki Lastri masuk ke dalam rumah, pintunya sudah kembali di gedor dari luar.

"LASTRI!! LAS..!! BUKA PINTUNYA?!"

Lastri mengenali suara teriakan itu. Suara ibu mertua yang minta di bukakan pintu.

"Ibu! Ada apa Bu?" Tanya Lastri.

"Ibu mau minta nasi. Nasi ibu kehabisan di rumah." Ujar Bu Ida.

Wanita paruh baya itu menyelonong masuk tanpa di minta. Ia segera menuju dapur di rumah itu dan mengambil nasi dan menaruhnya di wadah yang ia bawa.

"Wah ada sayur asem. Ibu suka ini!"

Lastri terdiam melihat ibu mertuanya mengambil semua nasi yang tersisa. Padahal dirinya dan Diah belum makan malam. Bahkan sampai sayur asem pun di bawa, serta tahu dan tempe yang biasanya di makan oleh Lastri dan anaknya.

Astagfirullah..., habis semua makanan kami ibu bawa. Padahal anakku dan aku belum juga makan, batin Lastri mengeluh.

"Bu.... Aku dan Diah belum makan." Ucap Lastri.

Bu Ida menatap sinis pada Lastri.

"Halah, kamu sama mertua sendiri pelit! Kamu kan bisa masak lagi. Sudah, ibu mau pulang dulu. Dino dan Marla sudah menunggu."

Tapi memikirkan perasaan Lastri, Bu Ida pun pulang membawa lauk pauk serta nasi dari rumah Lastri.

Lastri meremas ujung bajunya.

Lagi-lagi untuk cucu kesayangannya. Pasti mbak Tatik yang menyuruh dan ia sendiri tidak berani kesini karena malu kalau tadi ia sudah salah merebut boneka Diah, batin Lastri menggerutu.

Lastri menatap anaknya yang bingung memandang dirinya. Pastilah Diah bertanya-tanya dalam hati, apa yang akan mereka makan sedangkan makanan mereka di bawa semua oleh neneknya.

"Bu...., kita makan apa?" Tanya Diah.

Lastri hanya memendam rasa marah dan kesalnya dalam hati. Baru saja keadaan sudah mulai damai, ada saja prilaku ibu mertuanya yang bikin ia harus banyak menahan sabar.

"Kita beli bakso mau?"

Mata Diah berbinar dan segera mengangguk.

Biar saja dapur rumah ini kosong, dari pada isinya lari ke perut mereka. Belum lagi aku yang selalu di salahkan dan tidak di pedulikan oleh mereka. Lebih baik aku dan Diah makan enak di luar sana, batin Lastri.

Kalau saja bukan karena anak dan memikirkan kehidupan orang tua yang sulit di kampung, sudah lama rasanya Lastri ingin berpisah dari Hendra. Apalagi Lastri sering merasa sakit hati oleh sikap keluarga suaminya.

Lastri bukanlah wanita yang penuh kesabaran, dan ketabahan saat ujian dan cobaan terus mendera. Ia juga wanita yang rapuh dan mudah marah meski hanya bisa di tahan dalam dadanya.

Satu hal yang mungkin membuat Lastri menyerah, yaitu jika Hendra sampai memiliki istri lain selain dirinya.

Lastri dan Diah pun menutup pintu rumahnya, dan berjalan kaki menuju ujung gang dimana banyak para pedagang menjajakan jualan mereka.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

𝑆𝐴𝑇𝑟𝑖𝑜

𝑆𝐴𝑇𝑟𝑖𝑜

haiisssh Bu Idha serekki sekkiya/Panic/
bisa2nya ngambil makanan di tempat mantu. nggak tahu malu/Facepalm/
kenapa gw malah kesel sama karakter Lastri.plin plan bgt, penakut./Smug/

2024-04-16

0

Marlyne Lia Lyne

Marlyne Lia Lyne

pastri.. Lastri kpn bangkit nya keluarga toxic bgt gk ush di pertahankan..

2024-05-12

1

Bulmen Bulmen

Bulmen Bulmen

cerita ini terlalu membodohkan perempuan yg berstatus istri...kyk tdk punya otak

2024-04-30

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Anak Sakit
2 Bab 2. Tukang Ngadu
3 Bab 3. Tukang Cuci
4 Bab 4. Status
5 Bab 5. Berkurang Lagi
6 Bab 6. Pembantu
7 Bab 7. Kompor
8 Bab 8. Boneka 1
9 Bab 9. Boneka 2
10 Bab 10. Makanan
11 Bab 11. Bertemu Wanita Lain
12 Bab 12. Selalu Salah
13 Bab 13. Mendapat Kabar
14 Bab 14. Bujuk Rayu Wawan
15 Bab 15. Surat
16 Bab 16. Pulang Kampung
17 Bab 17. Pura-pura Sakit
18 Bab 18. Mendadak Kaya
19 Bab 19. Rencana Menikah Lagi
20 Bab 20. Rencana Pulang
21 Bab 21. Perjalanan
22 Bab 22. Mencari Hendra
23 Bab 23. Pembohong
24 Bab 24. Tinggal Bersama
25 Bab 25. Pembalas Di Mulai
26 Bab 26. Tidak Mau Menurut Lagi
27 Bab 27. Nilam Jatuh
28 Bab 28. Nilam Keguguran
29 Bab 29. Sepupu Jauh
30 Bab 30. Ngambek
31 Bab 31. Seatap Dengan Madu
32 Bab 32. Melihat Properti
33 Bab 33. Perawatan Diri
34 Bab 34. Berkelit
35 Bab 35. Kembali Ke Rumah
36 Bab 36. Gertakan Sambal Lastri
37 Bab 37. Bertengkar
38 Bab 38. Rahasia
39 Bab 39. Murka
40 Bab 40. Jatuh Talak
41 Bab 41. Ratu Baru
42 Bab 42. Tamu Di Pagi Hari
43 Bab 43. Konsultasi Pengacara
44 Bab 44. Jalan - Jalan
45 Bab 45. Surat Gugatan
46 Bab 46. Sidang Mediasi
47 Bab 47. Nguber Lastri
48 Bab 48. Debat Sidang
49 Bab 49. Ribut
50 Bab 50. Hidup Hemat
51 Bab 51. Membeli Tanah Baru
52 Bab 52. Gelut Mulut
53 Bab 53. Wawan Dan Nilam
54 Bab 54. Bu Ida Jatuh Sakit
55 Bab 55. Bagi Tugas
56 Bab 56. Terbongkar
57 Bab 57. Antara Tatik Dan Nilam
58 Bab 58. Praha Rumah Tangga
59 Bab 59. Menjenguk Mantan Mertua
60 Bab 60. Pertemuan
61 Bab 61. Keinginan Indri Gagal
62 Bab 62. Laporan
63 Bab 63. Ketar Ketir
64 Bab 64. Pendekatan
65 Bab 65. Calon Keluarga Kecil
66 Bab 66. Dua Duka
67 Bab 67. Pulang Ke Desa
68 Bab 68. Sama-sama Susah
69 Bab 69. Menjadi Mahasiswa
70 Bab 70. Teman Baru
71 Bab 71. Di Curigai
72 Bab 72. Di Suruh Nikah Paksa
73 Bab 73. Di Pinang Juragan Tanah
74 Bab 74. Kedatangan Fahri
75 Bab 75. Fahri DiTabrak
76 Bab 76. Sah Jadi Nyonya Tersayang
77 Bab 77. Info Tentang Lastri
78 Bab 78. Di Serang Para Isteri
79 Bab 79. Aku Tidak Mencintaimu Lagi
80 Bab 80. Mengejar Lastri
81 Bab 81. Diah Menolak
82 Bab 82. Jawaban
83 Bab 83. Berita Lamaran
84 Bab 84. Bertemu Indri
85 Bab 85. Teguhkan Hati
86 Bab 86. Panik
87 Bab 87. Masuk Bui
88 Bab 88. Bertunangan
89 Bab 89. Di Bawa Hendra
90 Bab 90. Tidak Semudah Itu
91 Bab 91. Kaum Patah Hati
92 Bab 92. Menikah
93 Bab 93. Kembali Ke Kampus
94 Bab 94. Nilam Di Hajar Para Isteri
95 Bab 95. Menyambung Silahturahmi Yang Terputus
96 Bab 96. Kurang Adonan
97 Bab 97..Kabar Bahagia
98 Bab 98. Suami Siaga
99 Bab 99. Bagi Warisan
100 Bab 100. Jual Rumah
101 Bab 101. Tamu Tak Diundang
102 Bab 102. Menolak Rujuk
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Bab 1. Anak Sakit
2
Bab 2. Tukang Ngadu
3
Bab 3. Tukang Cuci
4
Bab 4. Status
5
Bab 5. Berkurang Lagi
6
Bab 6. Pembantu
7
Bab 7. Kompor
8
Bab 8. Boneka 1
9
Bab 9. Boneka 2
10
Bab 10. Makanan
11
Bab 11. Bertemu Wanita Lain
12
Bab 12. Selalu Salah
13
Bab 13. Mendapat Kabar
14
Bab 14. Bujuk Rayu Wawan
15
Bab 15. Surat
16
Bab 16. Pulang Kampung
17
Bab 17. Pura-pura Sakit
18
Bab 18. Mendadak Kaya
19
Bab 19. Rencana Menikah Lagi
20
Bab 20. Rencana Pulang
21
Bab 21. Perjalanan
22
Bab 22. Mencari Hendra
23
Bab 23. Pembohong
24
Bab 24. Tinggal Bersama
25
Bab 25. Pembalas Di Mulai
26
Bab 26. Tidak Mau Menurut Lagi
27
Bab 27. Nilam Jatuh
28
Bab 28. Nilam Keguguran
29
Bab 29. Sepupu Jauh
30
Bab 30. Ngambek
31
Bab 31. Seatap Dengan Madu
32
Bab 32. Melihat Properti
33
Bab 33. Perawatan Diri
34
Bab 34. Berkelit
35
Bab 35. Kembali Ke Rumah
36
Bab 36. Gertakan Sambal Lastri
37
Bab 37. Bertengkar
38
Bab 38. Rahasia
39
Bab 39. Murka
40
Bab 40. Jatuh Talak
41
Bab 41. Ratu Baru
42
Bab 42. Tamu Di Pagi Hari
43
Bab 43. Konsultasi Pengacara
44
Bab 44. Jalan - Jalan
45
Bab 45. Surat Gugatan
46
Bab 46. Sidang Mediasi
47
Bab 47. Nguber Lastri
48
Bab 48. Debat Sidang
49
Bab 49. Ribut
50
Bab 50. Hidup Hemat
51
Bab 51. Membeli Tanah Baru
52
Bab 52. Gelut Mulut
53
Bab 53. Wawan Dan Nilam
54
Bab 54. Bu Ida Jatuh Sakit
55
Bab 55. Bagi Tugas
56
Bab 56. Terbongkar
57
Bab 57. Antara Tatik Dan Nilam
58
Bab 58. Praha Rumah Tangga
59
Bab 59. Menjenguk Mantan Mertua
60
Bab 60. Pertemuan
61
Bab 61. Keinginan Indri Gagal
62
Bab 62. Laporan
63
Bab 63. Ketar Ketir
64
Bab 64. Pendekatan
65
Bab 65. Calon Keluarga Kecil
66
Bab 66. Dua Duka
67
Bab 67. Pulang Ke Desa
68
Bab 68. Sama-sama Susah
69
Bab 69. Menjadi Mahasiswa
70
Bab 70. Teman Baru
71
Bab 71. Di Curigai
72
Bab 72. Di Suruh Nikah Paksa
73
Bab 73. Di Pinang Juragan Tanah
74
Bab 74. Kedatangan Fahri
75
Bab 75. Fahri DiTabrak
76
Bab 76. Sah Jadi Nyonya Tersayang
77
Bab 77. Info Tentang Lastri
78
Bab 78. Di Serang Para Isteri
79
Bab 79. Aku Tidak Mencintaimu Lagi
80
Bab 80. Mengejar Lastri
81
Bab 81. Diah Menolak
82
Bab 82. Jawaban
83
Bab 83. Berita Lamaran
84
Bab 84. Bertemu Indri
85
Bab 85. Teguhkan Hati
86
Bab 86. Panik
87
Bab 87. Masuk Bui
88
Bab 88. Bertunangan
89
Bab 89. Di Bawa Hendra
90
Bab 90. Tidak Semudah Itu
91
Bab 91. Kaum Patah Hati
92
Bab 92. Menikah
93
Bab 93. Kembali Ke Kampus
94
Bab 94. Nilam Di Hajar Para Isteri
95
Bab 95. Menyambung Silahturahmi Yang Terputus
96
Bab 96. Kurang Adonan
97
Bab 97..Kabar Bahagia
98
Bab 98. Suami Siaga
99
Bab 99. Bagi Warisan
100
Bab 100. Jual Rumah
101
Bab 101. Tamu Tak Diundang
102
Bab 102. Menolak Rujuk

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!