Bab 18. Mendadak Kaya

Bab 18. Mendadak Kaya

POV Lastri

Sekujur tubuhku mendadak kaku. Tubuhku seakan hilang tenaga sehingga membuat aku lemas dan sesak napas. Bagaimana orang tua ku mengetahui kehidupan ku yang tersiksa selama ini? Siapa yang sudah memberi tahu mereka?

Tanpa sadar mataku mulai mengembun di kelopak mata. Bulir-bulir bening perlahan jatuh tanpa di minta.

"Bu..."

Air mataku menetes perlahan di pipi.

"Pasti berat ya Las, kasihan anak Ibu..."

Ibu meraih tubuhku dan mendekapnya erat. Begitu pula aku yang tidak dapat membendung lagi segala rasa sakit yang selama ini aku tahan.

Aku menangis dalam pelukan ibuku. Menangis menumpahkan apa yang selama ini aku pendam sendiri. Segala rasa dan emosi meluap dalam dada ini dan tertuang lewat air mata.

Perasaan ini campur aduk. Sampai-sampai aku tak bisa berkata apa-apa. Hanya tangis sesunggukan yang keluar dari mulutku.

"Kamu pasti sudah berusaha menahannya selama ini. Tidak apa-apa Nak, luap kan saja. Kamu tidak perlu bercerita. Dari tangis mu ini sudah menguatkan keyakinan kami, bahwa kamu tidak baik-baik saja di sana selama ini. Itu sudah cukup, kamu tidak perlu bercerita, ibu paham dan mengerti semua perasaan mu... "

Lagi-lagi derai air mataku berjatuhan mendengar penuturan ibuku.

"Maafkan Lastri Bu... Huuwuuu..."

"Tidak apa nak, tidak apa. Ibu tidak marah padamu. Ibu dan Bapak yang salah, karena menuntut pertanggung jawaban Hendra dulu. Ibu dan Bapak yang harusnya minta maaf padamu..."

Suara ibu ku bergetar. Aku tahu ibuku pun menahan rasa yang sama seperti ku. Kami berdua saling berpelukan, saling tangis melepas ke piluan.

Sebagai anak aku merasa bersalah telah menyakiti perasaan orang tuaku. Tapi sungguh, tidak ada keinginan ku sampai terjadi hal-hal seperti ini dalam hidupku.

Sampai perasaan kami sudah mulai tenang, aku memberanikan diri bertanya pada Ibu.

"Bu, bagaimana Ibu dan Bapak bisa tahu tentang permasalahan rumah tangga yang aku hadapi?"

Ibuku menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkannya perlahan.

"Dulu itu, Bapak mu sangat rindu dengan Diah. Jadi Bapak di antar Pak Lek mu, pergi ke rumah kalian. Belum sempat Bapakmu bertanya pada orang di mana rumah mu, Bapak mendengar seorang ibu-ibu dan anak gadis memarahi wanita seperti binatang. Dan begitu terkejutnya Bapak ketika tahu kalau yang di marahi itu adalah kamu. Di tambah lagi, ibu-ibu di sekitar rumah itu membicarakan bagaimana kehidupan mu setiap harinya. Dari ghibahan mereka, Bapak mu jadi tahu keadaan mu yang sebenarnya. Bapak mu langsung meminta Darmo pulang saat itu juga."

Sudah tidak heran bagiku aku di ghibahkan oleh para tetangga di tempat tinggalku. Wajar saja mereka membicarakan ku karena setiap hari suara Ibu mertua juga saudari-saudari Mas Hendra begitu nyaring terdengar, dan tidak memikirkan tetangga yang mendengarkannya.

Kembali aku meneteskan air mata. Membayangkan betapa hancurnya perasaan Bapak ku ketika itu. Aku semakin merasa bersalah. Bukan memberikan kebahagiaan kepada kedua orang tua ku, justru aku menorehkan luka di hati mereka. Bapak pasti malu kala itu, juga kecewa pada ku keluarga Mas Hendra.

"Selama dua tahun kami menunggu mu untuk berbicara sendiri tentang kesulitanmu. Tapi kamu masih tetap enggan bicara. Sampai pada akhirnya kemarin itu, Pak Lek mu mengantarkan seorang pengusaha kaya yang ingin membeli rumah dan tanah ini. Begitu mendengar harga yang di tawarkan, Bapak mu langsung kepikiran padamu Las. Bapak berpikir dengan menjual semua ini, uang yang di dapati bisa untuk mu modal usaha. Dan memewahkan hidup mu selama ini yang serba kekurangan."

Sungguh, hatiku pilu mendengar keinginan orang tuaku. Bahkan sampai memikirkan kehidupan ku yang serba kekurangan, padahal Ibu dan Bapak sendiri dalam kehidupan yang sederhana.

"Maaf aku yang tidak pernah mengirimkan apapun kepada Bapak dan Ibu. Benar, hidupku serba kekurangan disana. Mas Hendra hanya memberikan aku sedikit dari gajinya. Karena dia tulang punggung keluarganya, jadi dia juga membiayai kebutuhan Ibu dan Adiknya."

"Makanya Bapak meminta mu pulang untuk mengurus semuanya. Besok pengusaha itu akan datang lagi untuk meminta jawaban dari Bapak mu."

"Tapi Bu, apa benar rumah ini dan tanahnya yang tidak seberapa di hargai segitu banyaknya?"

"Oalah, siapa bilang tanah ini tidak seberapa. Batas tanah Bapak mu ini dari pagar depan itu lebar nya ke samping sampai sawah dan kebun di sana. Terus memanjang ke belakang. Luasnya hampir 6,5 hektar Nak."

"Apa?!"

Aku terkejut buka main mendengar penjelasan dari Ibu. Tidak mengira Bapak memiliki tanah sampai berhektar-hektar banyaknya. Yang ku kira tanah Bapak hanya lah sekeliling rumah ini, sesuai pagar bambu yang mengelilinginya.

"Tapi Bu, bukannya sawah itu milik Pak Jaka dan kebun-kebun itu milik Pak Leman?"

Ibu tersenyum, lalu meraih kedua tangan ku dan menggenggamnya.

"Tidak Nak, tanah itu milik Bapak mu yang di pinjam mereka untuk bercocok tanam. Dan kadang kalau panen, mereka memberikan sedikit kepada kami. Itu sebabnya Bapak dan Ibu disini tidak pernah kekurangan." Jelas Ibu.

Aku mengerti sekarang. Tapi...

"Kalau rumah dan tanah ini dijual, Ibu dan Bapak jadi tinggal di mana?" Tanya ku, bingung.

"Bapak mu dan Pak Lek mu sudah sepakat akan membeli sebidang tanah di samping rumah Pak Lek mu. Dan akan membangun rumah di sana. Bapak dan ibu sudah tua, kami ingin menikmati hari tua tanpa beban hati dan pikiran dari. Jadi Bapak mu memutuskan akan berkebun saja di belakang rumah nanti. Yang hasil jual tanah nanti bisa kamu manfaatkan untukmu dan Diah. Untuk sekolahnya di masa depan sampai kuliah, bahkan ia menikah kelak."

Aku terharu Bapak dan Ibu memikirkan diriku dan Diah sampai sejauh itu. Bahkan Mas Hendra sendiri pasti tidak pernah memikirkan masa depan Diah yang merupakan putri kandungnya sendiri. Dan aku pun kembali memeluk ibuku.

***

Keesokan harinya.

Sesuai dengan apa yang Ibu katakan, pengusaha kaya itu datang kerumah kami. Jantungku berdebar-debar rasanya, karena sebelumnya aku tidak pernah melakukan hal semacam ini.

Pertemuan itu pun di lakukan di hadapan orang tuaku, Pak Lek serta Kepala Desa yang sudah aku kenal lama.

"Jadi Pak Rahman, apa harga yang Saya tawarkan sudah di setujui?" Tanya pengusaha kaya itu.

"Semua keputusan Saya serahkan kepada Lastri putri Saya Pak." Jawab Bapak.

Jantung ku berdegub ketika Bapak menyebut namaku. Dan semua mata pun tertuju padaku. Satu mata yang membuat aku terpaksa menundukkan pandangan, tatapan Kepala Desa yang sambil tersenyum tidak mampu aku tatap. Kepala Desa itu merupakan pria yang selalu membantuku di kampung ini ketika aku masih gadis.

Bersambung...

Minta like dan komennya ya readers 🙏😊

Terpopuler

Comments

🔮S⃟M༽༽༽༽༼.BLUEPINKL123💟🌸✅

🔮S⃟M༽༽༽༽༼.BLUEPINKL123💟🌸✅

no komen

2024-04-03

0

A͜͡ⁿᵘ 🅣︎🅗︎🅐︎ 🇵🇸

A͜͡ⁿᵘ 🅣︎🅗︎🅐︎ 🇵🇸

pak kades CLBk nih keknya.. kalau aku jd Lastri sih gak bakalan mikir2🤣 pasti langsung Terima tuh tawaran

2024-03-27

2

𝐀⃝🥀🅣🅗🅐𝒂𝒍𝒚𝒂ᴳ᯳ᷢ📴

𝐀⃝🥀🅣🅗🅐𝒂𝒍𝒚𝒂ᴳ᯳ᷢ📴

kenapa pulang pak, harusnya Bpk langsung menghampiri nya biar mertua nya malu

2024-03-13

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Anak Sakit
2 Bab 2. Tukang Ngadu
3 Bab 3. Tukang Cuci
4 Bab 4. Status
5 Bab 5. Berkurang Lagi
6 Bab 6. Pembantu
7 Bab 7. Kompor
8 Bab 8. Boneka 1
9 Bab 9. Boneka 2
10 Bab 10. Makanan
11 Bab 11. Bertemu Wanita Lain
12 Bab 12. Selalu Salah
13 Bab 13. Mendapat Kabar
14 Bab 14. Bujuk Rayu Wawan
15 Bab 15. Surat
16 Bab 16. Pulang Kampung
17 Bab 17. Pura-pura Sakit
18 Bab 18. Mendadak Kaya
19 Bab 19. Rencana Menikah Lagi
20 Bab 20. Rencana Pulang
21 Bab 21. Perjalanan
22 Bab 22. Mencari Hendra
23 Bab 23. Pembohong
24 Bab 24. Tinggal Bersama
25 Bab 25. Pembalas Di Mulai
26 Bab 26. Tidak Mau Menurut Lagi
27 Bab 27. Nilam Jatuh
28 Bab 28. Nilam Keguguran
29 Bab 29. Sepupu Jauh
30 Bab 30. Ngambek
31 Bab 31. Seatap Dengan Madu
32 Bab 32. Melihat Properti
33 Bab 33. Perawatan Diri
34 Bab 34. Berkelit
35 Bab 35. Kembali Ke Rumah
36 Bab 36. Gertakan Sambal Lastri
37 Bab 37. Bertengkar
38 Bab 38. Rahasia
39 Bab 39. Murka
40 Bab 40. Jatuh Talak
41 Bab 41. Ratu Baru
42 Bab 42. Tamu Di Pagi Hari
43 Bab 43. Konsultasi Pengacara
44 Bab 44. Jalan - Jalan
45 Bab 45. Surat Gugatan
46 Bab 46. Sidang Mediasi
47 Bab 47. Nguber Lastri
48 Bab 48. Debat Sidang
49 Bab 49. Ribut
50 Bab 50. Hidup Hemat
51 Bab 51. Membeli Tanah Baru
52 Bab 52. Gelut Mulut
53 Bab 53. Wawan Dan Nilam
54 Bab 54. Bu Ida Jatuh Sakit
55 Bab 55. Bagi Tugas
56 Bab 56. Terbongkar
57 Bab 57. Antara Tatik Dan Nilam
58 Bab 58. Praha Rumah Tangga
59 Bab 59. Menjenguk Mantan Mertua
60 Bab 60. Pertemuan
61 Bab 61. Keinginan Indri Gagal
62 Bab 62. Laporan
63 Bab 63. Ketar Ketir
64 Bab 64. Pendekatan
65 Bab 65. Calon Keluarga Kecil
66 Bab 66. Dua Duka
67 Bab 67. Pulang Ke Desa
68 Bab 68. Sama-sama Susah
69 Bab 69. Menjadi Mahasiswa
70 Bab 70. Teman Baru
71 Bab 71. Di Curigai
72 Bab 72. Di Suruh Nikah Paksa
73 Bab 73. Di Pinang Juragan Tanah
74 Bab 74. Kedatangan Fahri
75 Bab 75. Fahri DiTabrak
76 Bab 76. Sah Jadi Nyonya Tersayang
77 Bab 77. Info Tentang Lastri
78 Bab 78. Di Serang Para Isteri
79 Bab 79. Aku Tidak Mencintaimu Lagi
80 Bab 80. Mengejar Lastri
81 Bab 81. Diah Menolak
82 Bab 82. Jawaban
83 Bab 83. Berita Lamaran
84 Bab 84. Bertemu Indri
85 Bab 85. Teguhkan Hati
86 Bab 86. Panik
87 Bab 87. Masuk Bui
88 Bab 88. Bertunangan
89 Bab 89. Di Bawa Hendra
90 Bab 90. Tidak Semudah Itu
91 Bab 91. Kaum Patah Hati
92 Bab 92. Menikah
93 Bab 93. Kembali Ke Kampus
94 Bab 94. Nilam Di Hajar Para Isteri
95 Bab 95. Menyambung Silahturahmi Yang Terputus
96 Bab 96. Kurang Adonan
97 Bab 97..Kabar Bahagia
98 Bab 98. Suami Siaga
99 Bab 99. Bagi Warisan
100 Bab 100. Jual Rumah
101 Bab 101. Tamu Tak Diundang
102 Bab 102. Menolak Rujuk
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Bab 1. Anak Sakit
2
Bab 2. Tukang Ngadu
3
Bab 3. Tukang Cuci
4
Bab 4. Status
5
Bab 5. Berkurang Lagi
6
Bab 6. Pembantu
7
Bab 7. Kompor
8
Bab 8. Boneka 1
9
Bab 9. Boneka 2
10
Bab 10. Makanan
11
Bab 11. Bertemu Wanita Lain
12
Bab 12. Selalu Salah
13
Bab 13. Mendapat Kabar
14
Bab 14. Bujuk Rayu Wawan
15
Bab 15. Surat
16
Bab 16. Pulang Kampung
17
Bab 17. Pura-pura Sakit
18
Bab 18. Mendadak Kaya
19
Bab 19. Rencana Menikah Lagi
20
Bab 20. Rencana Pulang
21
Bab 21. Perjalanan
22
Bab 22. Mencari Hendra
23
Bab 23. Pembohong
24
Bab 24. Tinggal Bersama
25
Bab 25. Pembalas Di Mulai
26
Bab 26. Tidak Mau Menurut Lagi
27
Bab 27. Nilam Jatuh
28
Bab 28. Nilam Keguguran
29
Bab 29. Sepupu Jauh
30
Bab 30. Ngambek
31
Bab 31. Seatap Dengan Madu
32
Bab 32. Melihat Properti
33
Bab 33. Perawatan Diri
34
Bab 34. Berkelit
35
Bab 35. Kembali Ke Rumah
36
Bab 36. Gertakan Sambal Lastri
37
Bab 37. Bertengkar
38
Bab 38. Rahasia
39
Bab 39. Murka
40
Bab 40. Jatuh Talak
41
Bab 41. Ratu Baru
42
Bab 42. Tamu Di Pagi Hari
43
Bab 43. Konsultasi Pengacara
44
Bab 44. Jalan - Jalan
45
Bab 45. Surat Gugatan
46
Bab 46. Sidang Mediasi
47
Bab 47. Nguber Lastri
48
Bab 48. Debat Sidang
49
Bab 49. Ribut
50
Bab 50. Hidup Hemat
51
Bab 51. Membeli Tanah Baru
52
Bab 52. Gelut Mulut
53
Bab 53. Wawan Dan Nilam
54
Bab 54. Bu Ida Jatuh Sakit
55
Bab 55. Bagi Tugas
56
Bab 56. Terbongkar
57
Bab 57. Antara Tatik Dan Nilam
58
Bab 58. Praha Rumah Tangga
59
Bab 59. Menjenguk Mantan Mertua
60
Bab 60. Pertemuan
61
Bab 61. Keinginan Indri Gagal
62
Bab 62. Laporan
63
Bab 63. Ketar Ketir
64
Bab 64. Pendekatan
65
Bab 65. Calon Keluarga Kecil
66
Bab 66. Dua Duka
67
Bab 67. Pulang Ke Desa
68
Bab 68. Sama-sama Susah
69
Bab 69. Menjadi Mahasiswa
70
Bab 70. Teman Baru
71
Bab 71. Di Curigai
72
Bab 72. Di Suruh Nikah Paksa
73
Bab 73. Di Pinang Juragan Tanah
74
Bab 74. Kedatangan Fahri
75
Bab 75. Fahri DiTabrak
76
Bab 76. Sah Jadi Nyonya Tersayang
77
Bab 77. Info Tentang Lastri
78
Bab 78. Di Serang Para Isteri
79
Bab 79. Aku Tidak Mencintaimu Lagi
80
Bab 80. Mengejar Lastri
81
Bab 81. Diah Menolak
82
Bab 82. Jawaban
83
Bab 83. Berita Lamaran
84
Bab 84. Bertemu Indri
85
Bab 85. Teguhkan Hati
86
Bab 86. Panik
87
Bab 87. Masuk Bui
88
Bab 88. Bertunangan
89
Bab 89. Di Bawa Hendra
90
Bab 90. Tidak Semudah Itu
91
Bab 91. Kaum Patah Hati
92
Bab 92. Menikah
93
Bab 93. Kembali Ke Kampus
94
Bab 94. Nilam Di Hajar Para Isteri
95
Bab 95. Menyambung Silahturahmi Yang Terputus
96
Bab 96. Kurang Adonan
97
Bab 97..Kabar Bahagia
98
Bab 98. Suami Siaga
99
Bab 99. Bagi Warisan
100
Bab 100. Jual Rumah
101
Bab 101. Tamu Tak Diundang
102
Bab 102. Menolak Rujuk

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!