Perubahan sikap Rio yang terlambat

Bunyi telepon Ayura membangunkan wanita itu, matahari sudah tinggi di luar sana dan dia baru bangun saat mendengar bunyi ponselnya. Buru-buru Ayura menjawab panggilang teleponnya karena tahu itu adalah Marsya karena hanya anaknya itu yang menelponnya.

“Mamaa…” kata Gadis kecil itu dari seberang telepon. Suaranya terdengar sedih membuat Ayura khawatir.

“Kenapa sayang, Marsya sakit?” kata Ayura.

“Marsya kangen sama Mama,” hancur hati Ayura mendengarnya. Anaknya itu pasti merasa sedih karena tidak bisa bertemu dengan Ibu kandungnya. Ayura bisa merasakan kesedihan yang Marsya rasakan karena dia juga merasakan hal yang sama.

“Mama juga sayang, Mama juga sangat merindukan Marsya. Marsya sabar yah, sebentar lagi Mama pasti akan jemput Marsya dan kita akan sama-sama selamanya sayang,”

“Mama janji?”

“Iya, Mama janji. Marsya percaya sama Mama kan,” Marsya mengangguk di seberang telepon.

“Apapun yang Nenek kamu bilang atau siapapun Marsya jangan percaya yah sayang, Marsya harus percaya sama Mama…” kata Ayura yang tidak kuasa menahan tangisnya.

“Mama menangis yah, jangan menangis, Ma. Marsya di sini juga tidak menangis, Marsya makan dan belajar dengan baik setiap hari,” kata gadis kecil itu yang menenangkan Ibunya.

“Ma… Nenek bilang sudah. Marsya matikan teleponnya yah, Marsya sayang sama Mama…” sambungan telepon putus padahal Ayura masih ingin mendengar suara anaknya.

Marsya memang sangat di batasi untuk berbicara dengan Ayura, paling lama hanya lima menit saja itupun hanya bisa sekali seminggu atau sekali sebulan. Hal itu tentu membuat Ayura sangat merana. Satu-satunya semangatnya untuk terus melanjutkan hidup malah di pisahkan jauh darinya.

Ayura lalu melihat keluar jendela dan melihat matahari sudah tinggi, dia melihat jam dan ternyata sudah hampir waktunya makan siang.

“Tumben dia tidak membangunkan aku,” Ayura melihat Rio sudah tidak ada, mungkin Rio merasa bersalah sudah hampir melenyapkan dirinya semalam. Tapi itu tidak akan membuat Ayura mengubah keputusannya. Dia akan tetap pergi dari rumah itu, meski dia harus tinggal di jalanan sekalipun, Ayura tetap harus kelaur dari rumah itu.

“Kak Rio pergi jam berapa, Bi?” tanya Ayura. Wanita itu sudah nampak rapi.

“Mungkin sekitar jam sembilan, dia bilang jangan bangunkan kamu,” kata Bibi Ima.

“Dia mungkin sudah mulai menyadari kesalahannya dan akan berubah,” sambung Bibi Ima lagi. Ayura hanya diam saja tidak mau mengomentari apa yang di katakan Bibi Ima. Dia yakin Rio tidak akan berubah semudah itu.

“Kamu mau keluar?” tanya Bibi Ima lagi melihat Ayura yang sudah rapi.

“Iya, aku mau ketemu sama teman,” jawab Ayura.

“Bukan dia,” sambung Ayura melihat tatapan Bibi Ima.

Setelah mengisi sedikit perutnya, Ayura lalu keluar rumah dan pergi bertemu salah satu teman lamanya. Bukan Cristian pastinya.

Di sebuah cafe yang agak jauh dari rumah, Ayura janjian dan ketemu dengan temannya.

“Apa kabar, Ayy?” Sandra mencium pipi kiri dan kanan Ayura dan memeluk wanita itu. Ayura berhasil mendapatkan akun sosial media Sandra dan menghubinginya, Ayura butuh bantuan seseorang untuk keluar dari rumah Rio secepatnya.

Ayura lalu menceritakan keadaan rumah tangganya pada Sandra meski tidak semuanya. Temannya itu sekarang sudah menjadi dokter seperti yang dulu mereka cita-citakan.

“Jadi anak kamu sama Neneknya?” tanya Sandra, Ayura mengangguk.

“Kalau nanti anak kamu kembali dan kamu tidak ada bagaimana, dia pasti akan sedih dan kecewa sama kamu,” lata Sandra setelah Ayura mengatakan niatnya untuk pergi dari rumah itu.

“Aku akan titip pesan sama Bibi di rumah, aku percaya sama dia,” setelah mendengarkan cerita Ayura, Sandra tentu saja akan membantu temannya itu. Mereka berdua dulu memang sahabat yang sangat dekat, hanya saja ponsel Ayura di buang oleh Rio sehingga dia tidak bisa menghubungi teman-temannya.

Setelah perbincangan mereka sesesai, Ayura lalu kembali ke rumah. Dia takut Rio ada di rumah dan dia tidak ada.

Saat sampai di rumah, Ayura mengumpulkan semua perhiasan yang di berikan Rio padanya saat Rio masih bersikap baik padanya. tidak hanya itu, Ayura juga mengambil buku tabungannya. Meski kasar dan suka main tangan, Rio tidak pernah lupa memberikan uang bulanan pada Ayura. semua uang itu Ayura simpan dan akan dia gunakan suatu hari nanti.

Sekaranglah saatnya Ayura menggunakan uangnya, meski tidak banyak tapi setidaknya cukup untuknya meninggalkan rumah Rio dan pergi jauh dari kota itu.

Sambil menunggu informasi dari Sandra, Ayura mulai merapikan bajunya sedikit demi sedikit. Rio sama sekali tidak memperhatikan apa yang diam-diam Ayura lakukan.

Beberapa hari ini Rio bahkan selalu pulang tepat waktu, dia tidak pernah berkata kasar atau membentak Ayura. Rio seperti kembali saat pertama mereka menikah dulu. Dia kembali memperlakukan Ayura dengan baik. Mungkin Rio baru menyadari bahwa lebih dari Cindy dia jauh lebih menginginkan Ayura.

“Sayang…” Rio bahkan sudah kembali memanggilnya sayang padahal sebelumnya Rio hanya memanggil namanya saja. Ayura tidak menjawab tapi dia menoleh pada Rio.

“Lihat, aku sudah memesan tiket untuk kita liburan. Kita tidak pernah liburan kan, aku akan membawamu ke tempat yang sangat indah,” kata Rio dengan semangat sambil menunjukkan ponselnya pada Ayura.

“Kau tidak mau?” Rio bertanya dengan nada biasa, tidak dengan marah seperti biasa ketika Ayura mengabaikannya atau membantahnya.

“Aku sedang tidak ingin kemana-mana, nanti kalau Marsya pulang dan aku tidak ada dia akan marah padaku,” kata Ayura beralasan.

“Mereka tidak akan pulang dalam waktu dekat ini sayang, urusan Papa masih sangat lama di sana, lagi pula Marysa juga sekolah.”

Ayura tahu, mereka tidak akan pulang dalam waktu dekat, itu hanya alasan Ayura saja untuk menolak ajakan Rio.

“Bagaimana? Kau mau kan?” Ayura menoleh menatap Rio.

“Bagaimana dengan Cindy, dia tidak marah kau pergi liburan bersamaku dan bukan bersamanya?” tanya Ayura memancing Rio. Wanita itu memperhatikan perubahan wajah Rio saat Ayura menyebut nama selingkuhan suaminya itu.

“Jangan sebut namanya kalau kita sedang berdua, aku hanya milikmu sekarang. Tidak ada yang akan menggantikan posisimu di hatiku selamanya,” Rio mengecup manis kening Ayura.

Mungkin Rio sudah merasa bahwa Cindy tidak ada apa-apanya di bandingkan denan istrinya, mungkin saat ini Rio sedang berusaha memperbaiki hubungannya dengan Ayura. Mungkin kata cerai yang Ayura ucapkan kemarin telah menyadarkannya kalau jauh di dalam hatinya dia tidak mau kehilangan wanita yang sudah memberikannya seorang putri yang sangat cantik.

Namun sayangnya, apapun yang Rio lakukan sudah tidak akan merubah keputusan Ayura untuk segera pergi dan berpisah dari suaminya. Apa yang Rio lakukan sekarang sudah sangat terlambat gabi Ayura. jika saja Rio tidak berubah, jika saja Rio tidak membiarkan Cindy merusak rumah tangga mereka mungkin saja saat ini Ayura sudah menerimanya dengan sepenuh hati sebagai suaminya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!