Ingin Bercerai

Ayura sampai di rumah saat hari sudah mulai gelap, dia masuk ke dalam rumah dengan wajah yang sedih. Terbayang-bayang tentang resort yang Cristian buat untuk orang lain dengan konsep yang hampir sama dengan kenangan mereka.

“Kamu sudah pulang?” tanya Bibi Ima yang langsung menyambut Ayura di depan pintu. Ayura hanya mengangguk tanpa ekpresi. Melihat itu Bibi Ima sudah bisa menduga kalau pertemuan mereka tidak sesuai yang Ayura harapkan.

“Ayo cepat ganti baju kamu, sebentar lagi Den Rio pulang,” Ayura lalu naik ke kamar dan membersihkan dirinya.

Benar saja, saat Ayura selesai mengganti bajunya Rio datang.

“Ayura, buatkan aku kopi hitam,” perintah Rio. Ayura hanya menggangguk lalu pergi ke dapur dan membuatkan kopi hitam untuk Rio.

Saat kembali ke kamar membawa pesanan Rio, Ayura melihat suaminya itu sudah terbaring di atas tempat tidur. Sepertinya suaminya itu sangat lelah hingga dia ketiduran tanpa mengganti bajunya. Ayura tidak memperdulikannya dan kembali ke dapur membantu Bibi Ima menyiapkan makan malam.

Setelah makan malam siap, Ayura kembali ke kamar memanggil Rio. Suaminya itu ternyata masih tidur dan Ayura tidak mau mengganggunya, nanti yang ada Rio malah marah dan memaki dirinya. Jadilah Ayura turun sendiri.

Rena sepertinya sangat sibuk belakangan ini hingga dia jarang ada di rumah saat makan malam, seperti malam ini, Ayura hanya duduk sendiri di meja makan.

“Bi, ayo makan sama-sama,” ajak Ayura pada Bibi Ima. Dia merasa tidak enak makan sendiri.

“Nggak ah, nanti Den Rio sama Non Rena lihat, kita kena omel lagi,” tolak Bibi Ima yan tidak pernah mau duduk di meja makan meskipun majikannya sedang tidak berada di rumah.

Ayura lalu berdiri dan ke dapur lalu mereka berdua makan di dapur sambil bercanda. Tiba-tiba Rio datang dengan wajah kusutnya khas bangun tidur.

“Bagus yah kamu, enak-enak makan sendiri tidak panggil suami kamu,” Ayura langsung berdiri dan berhenti makan.

“Tadi aku ke kamar mau panggil Kak Rio, tapi Kak Rio tidurnya nyenyak sekali jadi aku tidak membangunkan Kak Rio,” kata Ayura.

“Alasan aja kamu,” balas Rio. Laki-laki itu menarik kursi di meja makan dengan kasar hingga menimbulkan suara. Ayura bergegas keluar dapur dan melayani Rio di meja makan.

“Bisa tidak sih satu hari kamu tidak buat aku marah, mau makan saja aku harus ribut dulu sama kamu,” kata Rio. Ayura tidak menjawabnya, dia hanya diam dan mengisi piring Rio dengan lauk pauk. Ayura yang sudah kenyang hanya duduk di samping suaminya itu sampai dia selesai makan.

Malam harinya, Rio kembali meminta haknya pada Ayura.

“Kak, apa kau masih berhubungan dengan Cindy?” tanya Ayura di sela-sela cumbuan Rio.

“Kenapa, kau cemburu?” tanya Rio yang tangannya sudah aktif memainkan bagian sensitiv Ayura.

“Kalau aku minta Kak Rio berhenti menemui Cindy apa Kak Rio mau?” tanya Ayura lagi dengan berani.

Rio menghentikan aktifitas yang sudah mulai mebakar gairahnya itu.

“Kenapa, kau keberatan dengan hubunanku dan Cindy?”

“Iya…” jawab Ayura singkat.

“Lalu kau mau apa?” Rio menatap Ayura menunggu jawaban istrinya itu.

“Ceraikan aku…”

Ayura mengatakannya dengan mantap. Setelah pertemuannya dengan Cristian, Ayura merasa bahwa seperti Cristian yang sudah hidup dengan baik dan bahagia maka diapun ingin hidup dengan bahagia.

“Kau bercanda yah, kalau aku menceraikanmu kau mau jadi apa?” kata Rio dengan sombong.

“Kau sudah tidak di terima di rumahmu, lalu kalau kau minta cerai dariku kau mau pergi kemana?” sambung Rio lagi.

“Sejak kapan Kak Rio perduli padaku, waktu itu Kak Rio juga mau mengusirku kan. Sekarang aku yang minta Kak Rio ceraikan, biarkan aku pergi.”

Rio terdiam mendengar apa yang Ayura katakan. Cerai, Ayura minta cerai darinya. Rio bangun dan duduk di samping Ayura, dia melihat wanita yang sudah setengah polos di sampingnya itu.

“Aku pastikan kau tidak akan bertemu lagi dengan Marsya jika kau pergi dari rumah ini,” ancam Rio yang tiba-tiba merasa tidak mau kehilangan Ayura.

“Aku pasti akan mengambil anakku suatu hari nanti,” kata Ayura dengan yakinnya.

Melihat keseriusan Ayura, Rio yakin kalau istrinya itu sudah memikirkan semuanya dengan matang. Tapi entah mengapa ada satu sisi di dalam hati Rio yang tiba-tiba tidak mau kehilangan Ayura.

“Aku tidak mau, aku tidak akan menceraikanmu,” kata Rio. Laki-laki itu bangkit dan memakai kembali semua pakaiannya.

“Aku tidak akan pernah menceraikanmu, Ayura. Kau akan selamanya menjadi istriku.” Kata Rio.

“Kenapa Kak Rio menjadi serakah, bukankah sekarang sudah ada Cindy yang jauh lebih baik dari pada aku. Ceraikan saja aku agar Kak Rio bisa menikahi Cindy.” Kata Ayura yang sudah membulatkan tekadnya untuk berpisah dengan Rio.

“Aku tidak perlu menceraikanmu untuk bisa memiliki Cindy, aku bisa memiliki kalian berdua sekaligus,” Ayura membuang mukanya saat mereka bertatapan. Ayura sungguh sudah muak dengan tingkah Rio yang sangat gampang mempermainkan pernikahan.

Ayura berdiri dan juga memakai pakaiannya kembali.

“Kalau Kak Rio tidak mau menceraikan aku, aku yang akan menceraikan Kak Rio.” Ayura lalu keluar kamar dan meninggalkan Rio yang tediam mendengar ancaman Ayura.

“Sial, sejak kapan dia jadi seberani itu padaku.” Rio berlari keluar dan menyusul Ayura.

“Apa maksudmu?” tanya Rio yang menjeal Ayura di tangga. Ayura menyentak tangan Rio dengan kasar dan terus berjalan menuruni anak tangga.

“Aku akan tidur bersama Bibi Ima mulai malam ini, aku tidak mau lagi tidur bersama Kak Rio,” entah dari mana keberanian Ayura sampai berani menantang Rio seperti itu.

“Siapa yang menyuruhmu tidur dengan Bibi Ima, kau harus tetap di kamar bersamaku.” Rio dengan cepat menarik tangan Ayura dan memaksanya untuk kembali ke kamar. Meski Ayura melawan dia tidak akan mampu menyaingi kekuatan Rio.

“Kak Rio…” seru Ayura saat Rio sudah menutup pintu.

Rio mendekati Ayura dan mencengkram dagu Ayura dengan kuat hingga membuat gadis itu merintih.

“Sakit, Kak. Lepaskan…” kata Ayura dengan terbata. Tapi bukannya melepaskan Ayura, Rio malah semakin mencengkramnya hingga membuat Ayura merintih kesakitan.

“Kau berani menceraikan aku, hah,” teriak Rio.

“Aku tidak akan membiarkanmu keluar dari rumah ini hidup-hidup jika kau berani melakukannya,” Rio melempar Ayura ke atas tempat tidur dengan kasar lalu menindih istrinya.

“Dengar aku baik-baik istriku sayang, aku tidak akan menceraikanmu dan kau tidak boleh menceraikan aku. Kau akan menjadi istriku dan tinggal di rumah ini selamanya denganku,” kata Rio dengan lembut di telinga Ayura.

“Aku sudah tidak mau lagi menjadi istri Kak Rio, aku tidak tahan lagi,”

“Arrggghhh…” kali ini Rio mencekik Ayura. wanita itu kembali merintih.

“Aku bilang kau tidak boleh melakukannya, berarti tidak boleh…”

“Ampun, Kak…” mohon Ayura yang sudah hampir kehabisan nafas.

“Kau masih berani mengatakan kata cerai di depanku lagi?” Ayura menggeleng, Rio lalu melepaskannya.

Ayura memegang lehernya yang sakit dan merah sambil terisak. Bagaimanapun, dia akan pergi dari rumah itu. Ayura sudah tidak kuat lagi hidup bersama Rio yang sangat ringan tangan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!