Cindy di buat penasaran oleh Rio, dia terus membayangkan pertemuannya kemarin dengan suami saudara tirinya itu. Hingga Cindy mencoba mendatangi Rio di tokonya dengan alasan ingin membeli sesuatu.
Kebetulan hari itu Rio sedang menerima barang di depan. Dia yang melihat Cindy langsung memanggil salah satu karyawannya dan menggantikannya menerima barang.
“Cindy, kamu mau beli apa?” tanya Rio.
“Aku mau beli mie instan, Kak. Di suruh sama Mama buat persediaan,” jawab Cindy sambil memasang wajah sok imutnya.
“Oh, tunggu aku ambilkan. Kamu mau yang rasa apa?” Rio lalu mengambilkan pesanan Cindy dan membawakannya ke motor gadis itu.
“Terima kasih ya, Kak. Aku malah jadi merepotkan Kak Rio, padahal Kak Rio kan lagi sibuk,” kata Cindy.
“Tidak apa-apa, kalau kamu butuh apa-apa kamu bisa langsung datang ke sini saja. Kita ini kan keluarga,”
Kata Rio.
“Memangnya ada delivery nya yah, Kak. Biasanya aku malas kelaur rumah,” Cindy mulai memancing.
“Oh, kamu telepon aku aja. Nanti biar aku suruh orang buat antar kerumah,” mereka berdua lalu saling bertukar nomor ponsel.
“Jangan sungkan yah, kalau kamu butuh sesuatu kamu bisa langsung hubungi aku. Kapan saja aku akan siap untuk kamu,”
“Ih, Kak Rio…” kata Cindy malu-malu.
Setelah mendapatkan apa yang di inginkannya, Cindy lalu pulang kerumah dengan hati yang senang. Begitupun dengan Rio, dia merasa sangat penasaran dengan iparnya itu.
Saat malam tiba, Rio dan Cindy sudah asyik bertukar pesan. Mereka memulai pendekatan awal dengan saling bertanya kabar lewat pesan singkat.
“Kak, susu sama popok Marsya sudah hampir habis. Besok tolong belikan yah,” kata Ayura yang sedang menidurkan Marsya di samping Rio.
“Kau ini manja sekali, masak perkara susu sama popok harus selalu aku yang belikan. Apa kau tidak bisa pergi beli sendiri,” jawab Rio sambil senyum-senyum di depan layar ponselnya.
“Benar aku boleh pergi sendiri? Kak Rio tidak marah aku keluar rumah?” Ayura mencoba bertanya sekali lagi.
“Iya cerewet, pergi beli sendiri sana” Ayura tersenyum senang, ini adalah pertama kalinya Rio mengijinkan dirinya keluar rumah sendirian.
“Kak Rio sedang chat dengan siapa?” tanya Ayura yang entah kenapa tiba-tiba ingin bertanya. Padahal sebelumnya Ayura tidak pernah mau memperdulikan dengan siapapun Rio berhubungan.
“Kenapa kau cerewet sekali dari tadi, hah” Rio keluar kamar, tidak mau di ganggu oleh Ayura yang sedang asyik berbalas pesan dengan iparnya sendiri.
“Dia kenapa sih, aku kan hanya bertanya dia lagi chat sama siapa.”
Hari ini Rio sedikit berbeda, jika setiap hari dia berangkat ke toko hanya dengan baju rumahan dan sandal jepit. Hari ini Rio berangkat ke toko dengan penampilan yang lebih rapi. Dan jika biasanya Rio hanya naik motor, hari ini dia mengunakan mobilnya.
“Kak, aku bisa menumpang sampai supermaket di depan?” tanya Ayura yang juga sudah bersiap-siap untuk keluar. Marsya di titipkan pada Diana. Tentu Diana dengan senang hati akan menjaga bayi cantik itu.
“Tidak bisa, aku sedang buru-buru,” Rio lalu menaiki mobilnya dan meninggalkan Ayura. Padahal bisa saja Rio menurunan Ayura di supermaket lalu dia kembali ke toko. Tapi Rio malah pergi sendiri dan meninggalkan Ayura.
Ternyata Rio tidak langsung ke toko, dia bertemu dengan Cindy terlebih dahulu seperti janji mereka semalam.
“Wah, mobil Kak Rio bagus banget,” kata Cindy saat masuk ke dalam mobil Rio.
“Iya dong, khusus untuk jemput kamu,” balas Rio.
“Ayura tahu tidak kalau kita ketemuan?” Cindy mencoba memancing.
“Tidak tahu, untuk apa juga dia tahu,” jawab Rio acuh seolah Ayura bukan istrinya.
“Aku takut kalau dia tahu dia pasti akan memarahiku, dia itu agak kasar. Dulu dia sering sekali memarahiku, ia bahkan tidak mau menganggap aku ini saudaranya,” Cindy berbohong, padahal apa yang dia katakan adalah sebaliknya.
“Benarkah?” Cindy mengangguk dengan wajah sedih.
“Tapi aku tidak pernah membalasnya, karena aku juga menyayanginya seperti saudara kandungku walapun dia tidak mau menganggapku,”
Jadilah mereka seling bercerita tentang kejelekan Ayura.
“Kak Rio tahu kan Ayura dulu pernah punya pacar. Dulu mereka bahkan pernah melarikan diri, untungnya Papa menemukan Ayura sebelum mereka meninggalkan kota ini,”
“Benarkah? Dulu Ayura mau melarikan diri dengan laki-laki itu?” Cindy mengangguk cepat. Mulailah dia mengaran cerita jelek tentang Ayura.
“Dia menangis berhari-hari karena tidak mau di nikahkan dengan Kak Rio. Katanya dia lebih baik tidak menikah dari pada harus menikah dengan Kak Rio,” tambah Cindy.
“Seandainya saja waktu itu aku yang di pilih menikah dengan Kak Rio, tentu saja aku akan langsung setuju,”
Rio menghentikan laju mobilnya dan meminggirkannya. Dia melihat Cindy dengan tersenyum seolah dia sangat bahagia mendengar apa yang di katakan Cindy.
“Benarkah? Kalau waktu itu kau yang di jodohkan denganku apa kau akan langsung menyetujuinya?” Cindy lagi-lagi mengangguk malu-malu.
Rio memegang tangan Cindy kemudian mencium punggung tangannya dengan lembut.
“Aku rasa sekarang masih belum terlambat” kata Rio.
“Tapi Ayura…”
“Tenang saja, aku akan megurusnya nanti.”
Sejak saat itu hubungan Cindy dan Rio semakin dekat. Setiap hari mereka akan bertemu dan saling berbagi kasih di sebuah apartemen yang di sewa Rio khusus untuk pertemuan mereka.
Hal itu membuat Rio semakin tidak memperdulikan Ayura, bahkan tidak jarang Rio memukul Ayura jika wanita itu melawan dan membantah kata-katanya.
Seperti tadi pagi di meja makan saat Rio meminta di ambilkan makanan padahal, Marsya sedang ada di pangkuan Ayura sehingga dia tidak bisa berdiri dan mengambilkan makanan untuk di sajikan di piring Rio.
“Aku tidak bisa, Kak. Aku sedang memangku Marsya,” kata Ayura.
“Dasar kau istri tidak berguna, melayani suamimu saja kau tidak becus,” kata Rio yang mulai emosi.
“Kak Rio kan bisa ambil sendiri, itu ada di depan Kak Rio,” kata Ayura lagi.
“Kau semakin hari semakin berani padaku,”
Plak, satu tamparan Rio berikan pada Ayura. Marsya yang berada di pengkuan Ayura tiba-tiba menangis mendengar teriakan Rio.
“Aaahhhh, tidak anak tidak Ibunya sama-sama membuat kepalaku sakit…”
Mendengar suara ribut, Diana dan Rena datang ke dapur.
“Ada apa Rio?” tanya Diana yang sudah melihat suasana meja makan berantakan.
Rio lalu mengadukan Ayura pada Ibunya, mendengar aduan Rio Diana pun menyalahkan Ayura.
“Lain kali kalau Rio mau makan, kau simpan dulu Marsya,” Diana mengambil Marsya dari gendongan Ayura meski Ayura enggan melepas anaknya itu.
“Aku rasa kau memang hanya setengah hati saja melayani suamimu,” sambung Diana yang kini sudah menggendong Marsya.
“Mulai sekarang Marsya biar Mama yang urus, kamu fokus urus saja suami kamu,” Marsya di bawah pergi oleh Diana, Ayura yang tidak mau di pisahkan dari anaknya pun menolak.
“Tidak perlu, Ma. Aku bisa mengurus Marsya dan Kak Rio,” kata Ayura.
“Kamu memang paling pandai membantah. Mulai sekarang Marsya akan di urus oleh Mama.”
“Tapi...”
“Aku sudah berulang kali bilang Ayura, jangan membantahku….” Suara teriakan Rio menggema hingga memenuhi setiap sudut rumah membuat Ayura terdiam seketika.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Emmy Simbolon
keluarga gendeng, kenapa ayuna tdk lar dr rmh itu ?
2024-06-01
0