Tetap tinggal di rumah

Diana sudah ngomel-ngomel di dapur sejak pagi, dia juga sudah berapa kali naik ke lantai atas mengecek kamar Rio dan Ayura. Tentu saja yang menyebabkan Diana marah sejak pagi adalah karena menantunya itu belum juga keluar kamar padahal jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Rio dan Ayura memang masih terlelap setelah permainan mereka semalam yang menguras tenaga.

Tidak sabar, Diana akhirnya mengetuk kamar Rio untuk membangunkan mereka.

“Rio, kau harus ke toko kan. Sudah seminggu kau tidak ke toko,” kata Diana dari luar sambil mengetuk pintu dengan keras. Padahal sebenarnya, Rio memang tidak pernah bangun pagi. Dia baru akan bangun sekita jam sembilan atau jam sepuluh, setelah itu barulah dia ke toko.

Tidak ada jawaban dari dalam membuat Diana kembali mengetuk pintu semakin keras. Ayura pun terbangun mendengarnya, meski begitu dia masih enggan beranjak dari tempat tidur karena melihat Rio di sampingnya juga masih terlelap.

“Apa yang kau lakukan, mereka itu masih pengantin baru biarkan saja mereka,” kata Evan yang menyusul istrinya ke lantai dua. Diana yang kesal setengah mati lalu ikut turun bersama suaminya sambil sesekali menoleh melihat pintu kamar Rio.

 “Ayura mana?” tanya Rena. Mereka bertiga sekarang sedang duduk untuk sarapan bersama.

“Masih tidur” jawab Diana kesal.

“Astaga, jam segini mash tidur. Dasar pemalas,” tambah Rena yang sengaja mengompori Ibunya.

“Awas saja kalau nanti dia bangun, Mama akan kasih pelajaran,”

“Jangan terlalu keras, Ma. Dia itu masih sangat muda, kau harus membimbingnya dengan baik. Ingat dia itu sekarang juga anakmu,” Evan sepertinya tidak seperti anggota keluarga yang lain. Sepertinya Evan tidak terlalu suka melihat cara Diana dan Rena memperlakukan Ayura.

“Anak, anak siapa. Anakku hanya ada dua dan Ayura itu hanya menantu, bukan anakku,” Diana tidak mau mengakui Ayura sebagai anaknya. Padahal menantu juga kan sudah termasuk anak karena dia menikah dengan anakmu.

“Pokoknya kau harus lebih baik padanya, kau juga Rena. Dia itu istri kakakmu, kau harus menghormatinya seperti menghormati kakakmu,” Rena yang manja melirik Ibunya. Mana mau dia menghormati Ayura, pada Rio saja dia sangat manja dan seenaknya apalagi pada Ayura yang hanya iparnya. Mereka tidak mau menganggap Ayura sebagai keluarga karena Ayura bukan menantu pilihan Diana. Ayura hanya gadis miskin yang terpaksa di nikahi untuk melunasi hutang Ayahnya.

Jam sembilan lewat Ayura baru keluar dari kamar sudah dengan penampilan yang rapi. Rio mengajaknya ke toko untuk di perkenalan pada karyawan toko. Ayura masuk ke dapur mencari makanan karena perutnya sudah lapar sejak tadi.

“Bi, apa ada yang bisa di makan?” tanya Ayura dengan sopan pada Bibi Ima.

“Cari saja sendiri. Kalau tidak ada ya berarti tidak ada,” kata Bibi Ima dengan ketus. Ayura hanya bisa sabar di perlakukan seperti itu bahkan oleh seorang pekerja rumah tangga.

“Perempuan kok malas banget, siang begini baru bangun. Gimana Ibuk nggak marah dan kesel sama dia” oceh Bibi Ima dengan suara pelan tapi masih di dengar dengan baik oleh Ayura yang berada di belakangnya.

Akhirnya Ayura hanya memasak mi instan untuk dirinya dan Rio, mereka berdua makan di meja makan. Rio tidak keberatan makan mi instan karena dia memang suka. Tapi Diana pasti akan marah kalau melihat anak laki-laki kesayangannya hanya di masakkan mie instan oleh istrinya sedangkan dia tidak pernah mau memberikan makanan itu pada anak-anaknya.

Untung saja mereka selesai makan, Diana baru pulang dari pasar sehinga dia tidak sempat melihat apa yang di makan anaknya.

“Bagus yah, baru bangun sudah mau langsung pergi,” seru Diana saat melihat Ayura dan Rio sudah bersiap keluar rumah.

“Rio mau ajak Ayura ke toko, Ma. Buat liat-liat, siapa tahu Ayura bisa bantu urus keuangan toko,” kata Rio.

“Apa, keuangan. Kenapa kamu mau serahkan keuangan toko sama dia. Memangnya dia pahan masalah keuangan,” Diana menolak, dia tidak mau sampai Ayura memegang keuangan. Dia tida mau orang lain memegang keuangan keluarga.

“Rena kan bisa membatu kamu kalau kamu sudah kesulitan di toko. Rena kuliah bisnis, dia pasti paham kalau hanya masalah keuangan toko. Tidak perlu Ayura yang mengurus masalah toko. Dia cukup di rumah saja membatu Mama.” Protes Diana yang tidak mau Ayura ikut campur masalah di toko.

“Ayura kan bisa belajar, Ma. Ayura cepat mengerti kok kalo di ajari,” kata Ayura. Jika tidak di ijinkan melanjutkan kuliah, setidaknya dia ingin punya kesibukan dan bukan hanya di rumah saja seharian bersama mertua yang cerewet dan judes seperti Diana.

“Rio, kamu dengar Mama tidak. Kalau Mama bilang istri kamu tinggal di rumah, berarti dia harus tinggal di rumah.” Titik, Diana tidak mau di bantah.

Rio melihat Ayura dengan wajah menyesal, sepertinya dia tidak bisa membantah Diana. Sejak dulu, Rio memang anak Mama yang selalu menuruti kemauan Diana. Hanya saat ingin menikahi Ayura saja Rio tidak mematuhi Ibunya itu.

“Ya sudah kalau begitu, Rio tidak akan meminta Ayura bekerja di toko,” Ayura melirik Rio. Dia tidka percaya Rio tidak mau membantunya bicara di depan Ibunya.

“Tapi Kak Rio sudah bilang kalau Ayura bisa membantu di toko. Kalau tidak boleh mengerjakan keuangan tidak apa-apa. Ayura bisa kok kerja yang lain,” kata Ayura masih berharap dia bisa bekerja di toko dari pada harus tinggal di rumah.

“Apa bedanya kerja di toko dengan di rumah. Pokoknya kamu tidak boleh keluar dari rumah kalau saya tidak mengijinkan kamu.”

“Iya, Ma. Ayura akan tinggal di rumah saja, sama Mama,”

“Kak Rio…”

“Sudah, Ayura. Jangan suka membantah.” Ayura diam, dia tidak bisa berkata apa-apa lagi.

“Ayo ke dapur, bantu Bibi masak,” perintah Diana. Ayura menatap Rio dengan rasa kecewa yang teramat dalam.

Tadi di dalam kamar, Rio sudah setuju kalau Ayura akan ikut dengannya sehari-hari di toko untuk membantu Rio yang memang sudah kewalahan walaupun sudah punya beberapa karyawan. Rio tidak keberatan dan bahkan menyukai ide Ayura karena itu berarti dia bisa memantau Ayura.

Rencananya memang Rio akan memberikan semua nota-nota pembelian dan penjualan toko untuk Ayura urus. Semua nota tagihan dari distributor akan menjadi tanggung jawab Ayura sehingga Rio bisa lebih fokus mengurus keluar masuk barang.

Tapi rencana hanya tinggal rencana saja, Diana ternyata tidak mengijinkan Ayura untuk bekerja di toko. Dia lebih suka Ayura tinggal di rumah dan membantu pekerjaan rumah. Padahal sebenarnya, Diana juga tidak suka ada Ayura di dekatnya. Tapi dia ingin menyiksa gadis malang itu, dia ingin membuat Ayura bekerja lebih keras di rumah.

Akhirnya Ayura harus kembali memakai pakaian rumahan dan bersiap menjadi babu di rumah kelaurga Rio.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!