Tidak boleh kuliah

Hari ini adalah hari pertama Ayura akan menginjakkan kakinya di rumah keluarga Rio. Mulai sekarang dan seterusnya, Ayura akan tinggal di rumah itu bersama Rio dan keluarganya.

“Sayang…” Diana menghampiri Rio saat melihat anaknya itu masuk ke dalam rumah. Dia menariknya dan membawanya menjauh dari Ayura.

“Bagaimana malam pertamamu, apakah dia masih perawan?” tanya Diana yang sangat penasaran sejak semalam. Dia biasa melihat Ayura di antar jemput Cristian hampir setiap hari. Diana sangsi jika Ayura masih perawan. Dia berfikir Ayura perempuan tidak beres yang sudah hilang keperawanannya.

“Masih, Ma. Masih tersegel,” jawab Rio sambil tersenyum mengingat bagaimana semalam ganasnya dia menikmati tubuh Ayura. Bukannya lega, Diana malah mencibir tidak jelas dan kembali di mana Ayura masih berdiri.

“Ganti bajumu, lalu ke dapur membantu pekerjaan Bibi,” kata Diana lalu meninggalkan Ayura.

“Ayo, sayang. Aku akan menunjukkan kamar kita,” Rio mengandeng tangan Ayura menaiki tanga di mana kamar Rio berada. Cukup besar dan luas, sangat bersih dan rapi.

“ini lemari pakaianmu, kau bisa menyusun semua pakaianmu di sini,” kata Rio membuka sebuah lemari kosong yang sudah di persiapkan untuk istrinya.

Baru saja Ayura mendudukkan dirinya di tempat tidur, suara ketukan sudah terdengar seiring suara Diana yang memanggil namanya.

“Ayura… ayo cepat turun. Jangan malas-malasan,” teriak Diana.

“Apa aku tidak bisa istirahat sebentar, aku masih sangat lelah,” protes Ayura pada Rio. Namun sungguh di luar dugaan Ayura…

“Kau baru bangun sayang, apa istirahat mu tidak cukup. Keluarlah dan dengarkan Mama,” Ayura membulatkan matanya. Bukannya membela istrinya dia malah membela Ibunya.

“Tapi aku….”

“Sudahlah Ayura, jangan manja. Semua orang di rumah ini bekerja, tidak ada yang bersantai-santai.”

Ayura benar-benar terkejut, Rio ternyata tidak membelanya dan memihak pada Ibunya.

‘Oh, Tuhan. Rumah macam apa yang aku masuki’.

Setelah mengganti bajunya dengan baju rumahan, Ayura keluar kamar sesuai perintah Rio dan Diana dan langsung menuju dapur mencari apa yang bisa dia kerjakan walaupun sebenarnya tubuhnya sangat lelah dan masih butuh istrirahat.

“Apa yang aku bisa bantu?” tanya Ayura pada Bibi yang membantu pekerjaan rumah.

“Cucikan panci itu, aku mau masak sayur sup untuk makan malam,” kata Bibi. Ayura terkejut dengan cara asisten rumah tangga itu menyuruhnya sudah seperti nyonya saja.

Setelah selesai mencuci yang ternyata bukan hanya panci tetapi banyak peralatan lainnya, Bibi Ima lalu menyuruh Ayura untuk mengupas sayuran. Setelah itu mereka memasak bersama.

Makan malam sudah tersaji di atas meja, satu persatu penghuni rumah sudah duduk di meja makan di kursinya masing-masing. Ayura juga mengambil tempat di samping Rio.

“Ambilkan aku ikan pedas, dong” kata Rena, adik perempuan Rio yang juga seumuran Ayura. Ayura diam saja karena mengira kalau bukan dia yang di maksud Rena.

“Hei, kau dengar tidak. Aku bilang ambilkan aku ikan pedas yang di depanmu itu,” kata Rena setengah teriak sambil melihat Ayura.

“Aku…” kata Ayura menunjuk dirinya.

“Iya, kamu. Siapa lagi” semua orang termasuk Rio sama sekali tidak menegur Rena yang dengan kurang ajarnya memerintah Ayura. Ayura lalu berdiri mengambil piring Rena dan mengisinya dengan ikan pedas seperti yang di inginkan gadis itu.

“Aku juga mau sayang, ambilkan aku juga,” setelah memberikan kembali piring Rena, giliran Rio yang menyodorkan piringnya.

Ayura barus saja ingin duduk dan ikut makan, tapi lagi-lagi Rena kembali memerintahnya.

“Buatkan aku jus jeruk dong,” kata Rena.

“Sekarang, tapi aku juga mau makan,” kata Ayura yang mulai kesal.

“Aku mau sekarang!” kata Rena sambil matanya memelototi Ayura. Ayura melihat semua orang termasuk suaminya yang sama sekali tidak menegur Rena yang sudah keterlaluan. Gadis manja itu seenaknya saja memerintah Ayura. Padahal walau bagaimana pun Ayura adalah istri dari kakaknya, itu berarti Ayura juga adalah kakaknya meski mereka berada di usia yang sama.

Ayura lalu kembali berdiri dan ke dapur untuk membuatkan jus untuk Rena. Setelahnya, Ayura mengantarkan jus pesanan Rena dan menaruhnya di atas meja di depan gadis itu.

Setelah makan malam yang menjengkelkan untuk Ayura itu, semua orang duduk di ruang tengah sambil berbincang sementara Ayura harus membereskan meja makan dan membantu Bibi Ima membersihkan di dapur.

Bibi Ima, wanita paruh baya itu sama sekali tidak menaruh hormat dan sopan pada Ayura meski Ayura adalah anggota keluarga yang berarti juga adalah majikannya. Namun Bibi Ima sudah tahu kalau pemilik rumah tidak ada yang menyambut hangat kedatangannya jadi wanita itu juga tidak mau melayani Ayura sebagai seorang majikan.

Pekerjaan dapur selesai, Ayura ingin kembali ke kamar untuk istirahat namun Rio memanggilnya.

“Sayang, kau sudah selesai di dapur?” tanya Rio. Ayura hanya mengangguk malas.

“Ayo sini duduk” ajak Rio. Ayura menggeleng.

“Aku ada kelas pagi besok, aku ingin langsung tidur saja,” kata Ayura yang ingin segera pergi dari hadapan keluarga itu.

“Kelas…? Maksud kamu kamu mau kuliah?” tanya Diana. 

“Iya, besok aku ada kulaih pagi. Kenapa Ma?” tanya Ayura balik.

“Untuk apa kamu kuliah lagi, sekarang kamu sudah menikah dan menjadi istri. Tugas kamu sekarang hanya mengurus suami dan rumah. Untuk apa kuliah, buang-buan uang saja,” Ayura mengkerutkan keningnya. Dia melihat Rio berharap suaminya itu mau membelanya.

“Benar, sayang. Untuk apa kamu butuh kuliah, kamu hanya butuh aku saja sudah cukup,” Rio tersenyum membanggakan dirinya.

“Aku punya cita-cita, Kak. Aku harus selesaikan sekolah ku. Aku sudah janji sama Mama ku kalau aku akan menjadi dokter,”

Diana dan Rena tertawa mendengar Ayura, tawa yang mengejek tentunya.

“Apanya yang lucu?” tanya Ayura.

“Untuk apa kamu mau jadi dokter, dokter sudah banyak di kota ini. Kamu lebih baik jadi ibu rumah tangga saja, urus suami sama mertua kamu,” kata Diana mengejek cita-cita Ayura.

“Urus aku juga sekalian,” sambung Rena.

‘Dasar keluarga gila’

“Tapi aku….”

“Sudahlah sayang, Mama benar. Untuk apa kamu jadi dokter, kalau ada yang sakit kita bisa langsung ke rumah sakit, di sana pasti banyak dokter. Lagi pula perempuan itu tidak perlu sekolah tinggi-tinggi karena biar bagaimanapun nanti akan jadi ibu rumah tangga juga yang kerjanya ya urus suami.”

“Dengarkan suamimu, Ayura. Lagi pula biaya kuliah itu tidak murah, siapa yang mau membiayai mu.”

Benar-benar keluarga yang kompak, mulai dari orang tua hingga anak-anaknya. Mereka semua kompak melarang Ayura melanjutkan kuliahnya.

“Merusak suasa saja,” kata Rena dengan kesal dan kembali ke kamarnya. Diana menyusul tidak lama, mertua Ayura itu menyusl Rena masuk ke kamar. Sementara Ayura masih terdiam seperti orang bingung. Sungguh Ayura tidak menyangka keluarga Rio akan mempermasalahkan kuliahnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!