Anak pertama

Rio tidak pernah absen meminta jatahnya pada Ayura, bahkan Ayura yang sedang hamil pun harus memaksakan diri melayani Rio.

Ya, usia kandungan Ayura sudah memaski bulan ke sembilan. Selama hamil, pekerjaan Ayura di rumah sedikit berkurang. Walau masih enggan menerima Ayura sebagai menantu, tapi Diana pasti menginginkan anak yang di kandung Ayura. Walau bagaimanapun, anak yang di dalam perut Ayura adalah darah daging anak kandungnya.

Sebentar lagi Ayura akan melahirkan anak pertamanya dengan Rio. Mau tidak mau, suka tidak suka, Ayura harus melahirkan anak itu ke dunia.

Awalnya, Ayura hendak menggugurkan anak yang masih berbentuk gumpalan darah di dalam rahimnya. Ayura tidak mau mengandung anak Rio. Bukan, Ayura tidak mau melahirkan anak untuk Rio. Ayura merasa sangat terpukul saat tahu dia sedang berbadan dua.

Ayura sempat mengusulkan pada Rio untuk menggugurkan anak itu, hal itu membuat Rio murka hinga kembali menampar Ayura.

“Kenapa kau tidak mau melahirkan anakku, kenapa kau mau membunuhnya. Kau masih ingin bersama laki-laki itu, kau hanya mau melahirkan anaknya, hah.”

Ayura sangat menyesal, harusnya dia bisa mencegah kehamilan dengan meminum pil penunda kehamilan. Tapi bagaimana dia mendapatkannya jika keluar rumah saja dia tidak di perbolehkan.

Banyak cara yang Ayura lakukan secara diam-diam untuk melenyapkan anak yang ada di dalam rahimnya. Mulai dari minum obat-obatan yang dia temukan dalam kotak p3k, hingga mogok makan. Tapi anak itu malah tumbuh dengan kuat di dalam perutnya.

Ayura menyerah menggugurkannya, yang ada hanya dia yang merasakan sakitnya. Ayura perlahan mulai menerima semua yang di gariskan dalam hidupnya, dia lalu mulai merawat anak yang ada di dalam perutnya itu hingga perlahan-lahan Ayura mulai menyayangi dan menginginkan anaknya.

Rio sebagai suami benar-benar hanya tahu enaknya saja saat membuat anak. Dia sama sekali tidak membantu Ayura selama masa kehamilannya. Dia tidak memperdulikan kebutuhan Ayura dan hanya sibuk dengan tokonya saja.

Untung saja bayi yang ada dalam perutnya sangat mengerti kondisi ibu dan ayahnya. Bayi itu tidak pernah minta yang aneh-aneh. Ayura tidak pernah ngidam selama masa kehamilannya hingga Ayura tidak perlu meminta Rio untuk membelikannya ini dan itu.

Hari persalinan tiba, Ayura yang sudah merintih sejak pagi dan ketubanya juga sudah pecah baru di bawah ke rumah sakit oleh Diana siang ini. Rio yang di hubungi melempar tanggung jawab pada Ibunya.

“Mama saja yang bawa Ayura ke rumah sakit. Rio sedang sibuk di toko. Hari ini banyak barang yang masuk, Ma. Rio tidak bisa meninggalkan toko,” kata Rio saat Diana menghubunginya.

“Dasar kamu, yah. Itu kan anak kamu, Rio. Kamu dong yang harusnya mengurusnya,” protes Diana. Wanita itu sangat malas jika harus mengurus Ayura.

“Tidak bisa, Ma. Mama saja, yah. Nanti pulang dari toko Rio menyusul Mama ke rumah sakit.”

Hampir saja Ayura dan anaknya tidak bisa di selamatkan karena Ayura sudah kehabisan tenaga untuk berkuat. Untungnya anak yang Ayura lahirkan sangat kuat, dia berjuang bersama Ibunya keluar dari kematian.

Seorang bayi perempuan yang sangat cantik, matanya, hidungnya, bibirnya semua copy paste dari Ayura. Cantik.

Sementara Ayura masih terbaring dengan lemah, dia kehabisan tenaga dan belum bisa bergerak. Tidak ada seorangpun di sampingnya. Tidak ada Ibu yang menguatkannya, tidak ada suami yang menggenggam tangannya. Ayura benar-benar sendirian di ruangan itu.

Rio akhirnya datang ke rumah sakit saat mendengar anaknya sudah lahir dalam keadaan sehat. Dia melihat bayi itu dan tidak berhenti mengaguminya.

“Lihat sayang, dia sangat mirip denganmu,” Rio mendekatkan bayi itu pada Ayura. Ayura melihatnya dan tersenyum.

Semua rasa sakit yang harus dia alami selama sembilan bulan, sakit di hati dan tubuhnya memudar seketika melihat makhluk kecil seperti malaikat itu. Rio memberikan bayi itu pada Ayura untuk di beri asi. Ayura mengelus pipi bayi yang masih merah itu dan tidak terasa air mata Ayura menetes.

‘Maafkan kalau Mama dulu ingin melenyapkan kamu. Terimakasih sayang sudah mau berjuang bersama Mama. Mama akan membesarkan kamu tanpa kurang apapun sayang, Mama akan memberikan semua yang tidak pernah Mama dapatkan. Mama janji.’

“Marsya, aku mau kasih nama anakku Marsya,” kata Ayura.

“Nama yang sangat cantik, secantik wajahnya,” Ayura melirik Rio. Dia tidak akan lupa bagaimana Rio mengabaikan panggilannya saat dia merasa sakit yang luar biasa di perutnya.

Sendirian di rumah dan tidak ada orang yang bisa dia mintai tolong untuk segera membawanya ke rumah sakit. Terlambat sebentar lagi, mungkin saat ini mereka sudah menghadiri pemakaman Ayura dan anaknya. Dan tanpa rasa bersalah Rio datang dengan wajah sumringah menggendong anaknya tanpa meminta maaf terlebih dahulu kepada Ayura.

“Kenapa aku telepon kamu tidak jawab?” Ayura sebenarnya tidak ingin mempermasalahkannya, tapi dia sangat jengkel melihat suaminya itu.

“Aku sibuk, sayang. Banyak pembeli dan juga barang masuk,” jawabnya masih tidak juga mengatakan maaf.

Tiga hari berada di rumah sakit, Ayura dan bayi nya sudah di perbolehkan pulang oleh dokter. Mereka berdua sudah dalam keadaan sehat dan baik-baik saja.

Di rumah, Ayura kembali harus merasa terasing. Di kamarnya sendiri, Ayura sama sekali tidak di perdulikan oleh Diana dan Renata. Kedua wanita itu hanya berbicara dengan Marsya dan menganggap Ayura tidak ada di dalam kamar itu.

“Sayangnya Tante Rena, kalo sudah besar kita shoping bareng yah” kata Rena dengan suara di buat seperti anak kecil.

“Oma juga ikut dong, kita bertiga aja” tambah Diana sambil melirik Ayura.

“iya, kita bertiga aja…”

Ayura tidak perduli, Marsya adalah anaknya dan dia yan paling berhak atas anaknya itu.

“Aku mau memberinya asi” kata Ayura mengusir secara halus Diana dan Rena dari kamarnya. Tanpa kata, Rena dan Diana pun meninggalkan kamar Ayura.

“Ma, bagaimana kalau kita saja yang membesarkan Marsya. Ayura pasti akan mengatakan hal-hal yang tidak baik pada Marsya tentang kita kalau anak itu sudah besar,” kata Rena memberi usul pada Diana untuk mengambil anak Ayura.

“Mama memang akan membesarkan Marsya dengan cara Mama, tapi tidak sekarang. Sekarang dia masih bayi, masih butuh asi ibunya,”

“Kita kan bisa membelikan susu, banyak kok susu untuk anak bayi,”

“Memang banyak, sayang. Tapi asi bisa lebih sehat.”

Perbincangan mereka di dengar oleh Ayura yang keluar kamar hendak mengambil makanan di dapur. Ayura lalu buru-buru kembali ke kamarnya dan tidak mau sampai kedua wanita itu mengetahui Ayura mendengar perbincangan mereka.

“Tidak akan ada yang bisa memisahkan kita, sayang. Kamu milik Mama, dan Mama yang akan membesarkan kamu. Mama tidak akan mengijinkan siapapun mengambil kamu dari Mama.”

Terpopuler

Comments

Widi Widurai

Widi Widurai

memperbaiki keturunan bgt

2024-02-26

1

Queen_A

Queen_A

Lanjut Kak...

2024-02-16

1

Yoeni Menil

Yoeni Menil

buat ayura pergi thor

2024-02-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!